BAB 5

34 2 0
                                    

Jangan lupa follow, like, dan komen ya ...
.
.
.
.
.
Happy reading

Suara pintu terbuka setelah Namira memasukan pin membuat ia lekas berjalan masuk, tak lupa menutup pintu itu kembali.

Ruangan yang dibuat sesimpel mungkin ini sudah Namira tapaki sejak beberapa bulan lalu.

"Ck kesel banget gue," kesalnya yang langsung melempar tas selempang nya sembarang arah dan bergegas menuju dapur.

Saat ia tengah asyik menikmati segelas air dingin, suara rendah dari arah belakangnya membuat Namira menoleh dengan malas.

"Ngapain di sini?"

"Menurut ngana?" Balas Namira malas.

"Mira!" Nada suara Bian penuh penekanan.

"Ya lagian Bapak, udah tau disuruh buat pulang sama Ibu Mina malah minggat ke apartemen." Kesal Namira yang kini berlalu meninggalkan dapur menuju ruang keluarga.

"Mami yang nyuruh kamu?" tanya Bian yang kini ikut bergabung duduk di sofa yang ada di hadapan Namira.

"Kalau bukan beliau siapa lagi? Mimi peri?!"

Namira geram, kenapa sih dia harus berurusan juga dengan masalah pribadi seperti ini?!

"Mira--"

"Kenapa sih, Bapak nggak nerima aja pilihan Ibu Mina, ini tuh demi kebaikan Bapak, udah tua aja masih ribet," pelannya di akhir kalimat.

"Saya nggak mau sama pilihan Mami, saya mau wanita pilihan saya sendiri," balas Bian ketus.

Kesal juga dirinya dengan Mami-nya, selalu saja mendorong dia untuk segera menikah. Padahal usianya baru menginjak 27 tahun, masih muda lah untuk segera menikah, pikirnya.

"Ya makanya Bapak cepet cari pacar supaya nggak di jodohin terus." Namira berucap seraya memakan keripik yang ada di dalam stoples.

Bodoamat jika dibilang tidak sopan karena melakukan hal tersebut, apalagi dihadapan atasannya, karena Namira tahu, atasannya itu sudah hafal betul dengan segala sikap dan sifat bar-bar nya itu.

"Saya nggak mau pacaran Mira," kata Bian dengan menatap Namira lekat.

"Lah terus? Gimana? Ini udah saya kasih saran buat cari pacar biar nggak dijodohin terus malah nggak mau. Terus maunya apa? Langsung nikah? Ya udah tinggal terima pilihan orang tua Bapak aja, gitu aja ribet" cerocos Namira tanpa henti. Kesal rasanya.

"Bukan begitu Mira, saya--" Bian tak melanjutkan kalimatnya karena menurutnya ini akan membuat suasana jadi tidak jelas dan canggung. Pada akhirnya Bian memilih diam dan memperhatikan Namira yang asyik dengan stoples keripik di pangkuannya.

"Coba deh Pak, sekali aja nerima permintaan Ibu, siapa tahu pas kan bisa tuh langsung gas," kata Namira memberi wejangan, meskipun dirinya ogah-ogahan.

"Lagian ya Pak, pasti Ibu juga milih cewek yang baik-baik, nggak mungkin beliau milih cewek mantan narapidana." Berhenti sejenak, "Udah gitu pasti ceweknya cakep tuh, glowing-glowing, shimering, splendid lah pokoknya, kan ceweknya anaknya Emak-emak gaul," sambungnya ngawur.

Bian justru terdiam. Bukannya memperhatikan segala perkataan dari Namira, dirinya justru terfokus pada bibir semerah Cherry yang sedari tadi tak berhenti bergerak mengeluarkan kata demi kata.

"Udah gitu ya Pak, cewek-cewek kayak gitu tuh pasti jaga image banget. Misal nih lagi makan, makannya pelan, baru tiga suap udah kenyang. Coba saya, mana bisa tiga suap langsung bikin kenyang cacing di perut saya." Lah, kok jadi adu kekenyangan perut?

"Ya intinya Bapak tuh--" ucapannya terhenti begitu melihat ke arah Bian yang justru sibuk memperhatikannya, bukan setiap perkataannya.

"Bapak dengerin saya nggak sih?!" Namira berseru kesal membuat Bian tersadar dari lamunannya yang cukup liar.

"H-hah, apa??" tanyanya bingung. Dalam hati Bian terus merutuki kebodohannya yang justru memikirkan hal tidak-tidak.

'Sadar Bian,' ucapnya dalam hati seraya menggelengkan kepalanya membuat Namira terheran melihatnya.

"Bapak kenapa?" Namira yang bingung pun mendekati Bian dan langsung menepuk pundaknya.

Bian mendongak bertepatan dengan wajah Namira yang berada di dekatnya, cukup lama mereka saling menatap dengan pandangan yang berbeda, Namira kembali bertanya, "Bapak kenapa?"

"Nggak papa," balasnya. "Kamu mau makan apa? Saya pesankan, kebetulan saya belum makan."

Bian mengalihkan pembicaraan dan bergerak menjauh dari Namira yang kini sudah heboh memikirkan makanan apa yang enak dimakan saat ini.

"Pesan sendiri, saya ke dapur." Bian melenggang pergi menuju dapur setelah memberikan ponselnya kepada Namira, membiarkan wanita itu memesan sesukanya.

Meneguk air dingin langsung dari botolnya, Bian menengadahkan kepalanya seraya menutup matanya.

Bisa-bisanya dia membayangkan hal-hal yang tidak pantas ia bayangkan karena hal itu juga termasuk tindakan yang salah. Tapi Bian sendiri pun baru pertama kali membayangkan hal tersebut. Jadi jangan bilang jika Bian laki-laki yang tidak benar karena itu salah. Mungkin.

"Pak uangnya mana?!" Teriak Namira dari ruang depan membuat Bian bergegas menuju ke arahnya.

"Emang udah sampai?"

"Belum sih," jawab Namira sekenanya.

"Terus kenapa teriak-teriak?!" Kesal Bian karena teriakan Namira membuatnya yang tengah melamun kaget.

"Ya siapa tahu Pak Bian lupa atau malah bohong."

"Saya pernah bohong?" Bian bertanya dengan senyum miringnya, karena ia merasa tidak pernah berbohong sama sekali.

"PERNAH!!" Seru Namira semangat.

"Waktu itu Bapak kasih saya hari libur untuk istirahat, nyatanya Bapak malah nyuruh saya temenin ke luar kota untuk rapat. Terus Bapak janji mau bikin hari libur saya hari ini tenang nggak ada gangguan tapi karena Bapak saya jadi terganggu," jelasnya menggebu-gebu.

"Itu bukan termasuk bohong Mira, itu--"

Ucapannya terpotong begitu bel apartemennya berbunyi. Bergegas Namira menghampiri dan diikuti oleh Bian yang sudah mengeluarkan uang dari saku celananya.

"Kenapa banyak sekali?" Tanyanya bingung melihat banyaknya makanan yang di antar oleh kurir makanan tersebut.

"Katanya terserah, ya udah saya pesan semua yang sama pengin," jawabnya polos. Lebih tepatnya pura-pura polos.

Bian hanya mampu menghela napasnya pelan dan membantu Namira membawa makanan pesanannya ke ruang makan, dan mereka makan dengan diselingi perdebatan kecil oleh keduanya.

_____
Bersambung ....

Jangan lupa follow akun aku ya ....
@PeNaila_
@naasyriz_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CRAZY BOSS WITH CRAZY SECRETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang