Bagian 19

135 23 6
                                    



"Chanyeol" Wendy menyetuh lengan pria yang sedang tertidur dihadapannya, "Chanyeol bangun, kau harus meminum obatmu"

"Eugh..."

Chanyeol berkeringat saat ia membuka matanya. Ia sedang berusaha beradaptasi dengan cahaya lampu diatas kepalanya.

"Kau bisa tidur lagi setelah minum obat" Wendy mengambil gelas berisikan air dan dua table obat berwarna putih, lalu ia menunggu Chanyeol untuk segera bergerak dan bangkit duduk.

"Chanyeol, ada apa? Apa kepalamu pusing?"Ucap Wendy panik, saat Chanyeol hanya membuka mata tapi tidak bergerak sedikitpun. Pria itu hanya memandangi langit-langit studionya.

Wendy meletakkan kembali obat dan air itu keatas meja, lalu ia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Chanyeol, "Sudah tidak panas" Ucapnya dalam kebingungan, Dia memperhatikan wajah pria itu, "Ada apa? Apa yang kau pikirkan?"

Chanyeol mengalihkan arah pengelihatannya saat ia menangkap sorot mata Wendy, wajah pucatnya tidak bisa berbohong kalau dirinya dalam keadaan kurang nyaman.

Kedua alis Wendy menyatu, saat dia bisa menangkap gerak bibir Chanyeol yang seperti sedang berdecak. Ada apa dengan pria ini? Dia sedang marah?

Yang awalanya tubuh Wendy agak menunduk, ia tegakkan kembali. Sepertinya ia tahu apa yang sedang terjadi sekarang. Lalu Dia memilih untuk duduk di atas meja, menghadap pada tubuh Chanyeol.

"Kau marah padaku?" Ucap Wendy to the point, setelahnya dia melipat tangan di depan dada. "Chanyeol, apa kau mendengarkanku?"

Memang suasana hati Chanyeol pasti masih belum membaik, tapi Wendy masih tidak bisa terima kalau dia harus melihat pria itu seperti ini. Setidaknya katakan sesuatu agar dia bisa mengetahui apa yang harus diperbuat.

"Pergilah"Suara serak Chanyeol akhirnya terdengar, tanpa melihat lawan bicaranya, ia bergerak memunggungi Wendy. "Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu repot untuk merawatku disini"

Wendy membuang nafasnya panjang, apakah ia harus kembali bersabar? Setiap perkataan Chanyeol membuatnya pusing, Dia menyentuh punggung pria itu, "Jangan seperti ini Chanyeol, apa aku melakukan kesalahan? Katakan sesuatu" Bukannya tidak tahu apa yang sedang Chanyeol pikirkan, Wendy ingin pria itu jujur sekarang.

"Aku tidak mau lagi berharap apapun padamu. Jadi lebih baik kau pergi. Aku yakin bisa mengurus diriku sendiri"

"Chan-"

"Wendy, sudahlah. Ini semua sangat melelahkan, aku butuh waktu untuk menerima keadaan saat ini. Jadi aku harap kau mengerti"Ucap Chanyeol final, lalu ia menutup matanya.

Baiklah. Kalau ini kenginan Chanyeol, memangnya Wendy bisa apa? Lagipula lebih dan kurang, semua kejadian ini karena dirinya.

Wendy bangkit berdiri, "Baiklah. Aku akan menghubungi Baekhyun agar menjemputmu. Jangan lupa minun obatmu, aku meletakkannya diatas meja" Lalu ia meraih tasnya, tanpa keraguan Wendy mendekatkan setengah badannya pada Chanyeol, lalu mengecup pucuk kepala pria itu dalam.

"Aku mencintaimu" Ucap Wendy, lalu berjalan meninggalkan Chanyeol.

Tidak akan ada yang tahu sebanyak apa air mata Chanyeol keluar setelah kepergian Wendy saat itu. Pria itu menangis dalam diam. Hatinya hancur.

_______

Sehun langsung berdiri dan berlari ke pintu masuk Drom saat ia mendengar suara pintu terbuka. "Hyung..." Panggilnya saat melihat Chanyeol dan Baekhyun masuk.

"Chanyeol Hyung" Panggil Sehun pelan ia ingin menyetuh punggung pria itu, tapi tidak jadi karena Chanyeol berjalan begitu saja melawatinya. Melihat kearah Sehun saja tidak, Dia berjalan lurus menuju ke kamarnya. Padahal beberapa member EXO sudah menunggu kehadiran Chanyeol di ruang tamu.

SORRYحيث تعيش القصص. اكتشف الآن