2. Suspect

2 1 0
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi, semua murid langsung berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

Syelin mengajak Kiara untuk ke kantin bersama, tak lupa ia mengajak serta Za.

"Ayo ke kantin Za," ajak Syelin.

Za menggeleng, "Gak kalian aja. Gue bawa bekel, " ujarnya.

"Yaudah, kalo gitu kita ke kantin dulu yaa."

Za mengeluarkan kotak bekalnya yang berisi nasi dan chicken katsu, ia memakannya dengan tenang sambil mendengarkan musik dari ponselnya.

Selesai makan, ponsel Za berbunyi. Menampilkan panggilan masuk dari asistennya. Za mengangkat panggilan itu.

'Iya pak? Ada apa?'

'...'

'Hah? Jadi bapak udah tau siapa pelaku yang nabrak Yudha?'

'...'

'Ravendra? Ahhh iya pak, saya tahu'

'...'

'Iya pak makasih yaa, bapak serahin aja semua ke saya. Biar saya yang urus sisanya'

'...'

'Iya pak makasih banyak ya, saya bakal hati-hati kok. Jangan bilang sama papa juga yaa'

Za meletakkan ponselnya diatas meja, matanya menoleh ke jendela dan melihat kearah lapangan. Disana terlihat beberapa lelaki tengah bermain basket, namun ia hanya tertuju pada satu orang.

Tatapannya menajam ketika melihat lelaki itu sibuk memainkan bola oranye di tangannya dengan lihai, Za tersenyum miring seraya bergumam.

"Gue pastikan hidup lo gak akan tenang Ravendra Bagaskara,"

🤍

Za berjalan menuju walk in closetnya dan mengganti bajunya menggunakan pakaian kasual.

"Nona mau kemana? Biar saya antar," tanya salah satu bodyguard yang ada di mansion.

"Saya mau jalan-jalan bentar, gak usah dianter. Saya gak lama kok," jawab Za ramah.

"Yasudah kalau begitu hati-hati non, kalau ada apa-apa langsung kabari yaa."

Za mengangguk, ia berjalan menuju garasinya dan masuk ke mercy putih miliknya dan langsung melajukannya meninggalkan mansion mewahnya.

"Kiara? Kenapa tadi gue liat dia turun dari mobil Ravendra ya? Siapa dia?" gumamnya.

Ia menggelengkan kepalanya dan melajukan mobilnya menuju salah satu bar yang sangat terkenal, ingin mencari tahu sesuatu.

Mobil itu terparkir dengan apik, Za memakai kacamata hitamnya dan bergegas turun dari mobilnya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya masuk kedalam bar, tanpa menunjukkan identitas apapun ia bisa langsung masuk.

Suara musik yang kencang, aroma alkohol, bau asap rokok, lampu kelap-kelip dan banyaknya wanita berpakaian minim menyambut Za yang baru masuk.

Ia berjalan dengan tegas menuju meja bartender dan langsung disambut oleh salah seorang bartender muda disana.

"Waw, siapa gerangan yang membuat nona cantik kita datang kesini?" tanya bartender itu.

Za berdecak malas, ia duduk disalah satu kursi dan melepas kacamata hitamnya. Ia menyunggingkan senyum sinisnya.

"Lo pasti tau alasan apa gue datang kesini," jawab Za.

Bartender dengan nametag 'Kevin' itu tersenyum dan mengangguk. "Ravendra?"

"Ada masalah apa lo sama dia? Bukannya kalian udah putus dari lama?"

"Bukan soal itu, tapi alasan lain. Kasih tau gue kronologi kenapa dia kesini, sama siapa dan ngomongin apa?" jawab dan tanya Za.

"Dia kesini sama dua temen gilanya, tapi dua temennya langsung diusir Raven ketika dia udah mau mabuk. Dan pas udah bener-bener mabuk dia ngeracau kalau dia gak mau dijodohin dan langsung nikah,"

"Nikah?"

Kevin mengangguk, "Yap. Katanya sih dijodohin sama cewe kampung gitu, dan gak kalau gak salah denger nama cewenya itu Kiara."

Deg

Za terdiam, Kiara katanya? Kiara murid baru di kelasnya? Jadi yang dia lihat waktu itu benar Ravendra dan Kiara yang mungkin sudah sah menjadi suami-istri.

"Waw, impresif sekali. Suka nih gue, makasih infonya Kevin." kata Za seraya beranjak.

"Ehhh, bayaran gue mana?"

"Ntar gue transfer, no rekening lo masih itu kan?"

Kevin menggeleng, "Bukan duit yang gue mau." jawabnya.

"Hah? Terus mau lo apa?"

Kevin tersenyum manis dan menunjuk pipinya, "Kiss disini."

"Lo mau gue yang tonjok apa Yudha yang tonjok?"

Kevin terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Becanda, iyadah ntar lo tf aja"

Za tak menyahut dan bergegas meninggalkan bar itu, ia berniat menuju minimarket untuk membeli camilan.

🤍

Za mengambil keranjang dan berjalan menuju rak snack, ia mengambil berbagai macam snack dan memasukkannya kedalam keranjang.

"Loh neng Za? Ada disini juga ya?" celetuk seorang lelaki.

Za menoleh dan memutar bola matanya malas, "Ngapain lo disini?"

"Yaa mau belanja lah, masa mau bangun rumah sakit."

"Yaudah sana gak usah deketin gue,"

Za beranjak menuju kulkas berisi berbagai jenis minuman.

"Ehh neng, abang Ken boleh minta tolong gak?" Ken mengikuti Za dari belakang.

"Apaan sih?"

Ken mendekatkan bibirnya ke telinga Za dan berbisik, "Beliin pembalut. Gue gak tau yang mana, nyokap yang nyuruh."

"Yaudah ikut gue sini," kata Za seraya berjalan menuju rak pembalut.

"Biasanya gue pake yang ini kalau yang wings dan yang ini kalo biasa. Gue gak tau nyokap lo suka pake yang mana, tapi mending beli yang gue pilihin ini aja." jelas Za mengambil dua pembalut yang berbeda.

Ken mengambilnya dan tersenyun, "Makasih ya neng Za. Mau bareng gak nih? Biar sekalian abang bayarin belanjaannya,"

"Gak usah, gue masih mampu bayar. Udah sana lo pergi, males gue liat muka lo." Za mendorong Ken menjauh. Ia lantas kembali memilih minuman yang tertunda.

Simfoni hitamWhere stories live. Discover now