CHAPTER 13

671 149 7
                                    

Ledakan beruntun yang terjadi di alun-alun pun membuat tanah bergetar, asap hitam memenuhi segala arah, serta puing-puing bangunan yang terkena ledakan.

Para petinggi yang mendengar dan merasakan getaran yang dihasilkan ledakan itu pun menjadi panik. Mereka serempak berdiri. Sementara Mr. Kanemoto langsung menggunakan alat komunikasinya dan menanyakan keadaan pada petugas yang berjaga di area featival.

"Ledakan apa itu barusan?!"

"Tiba-tiba terjadi ledakan, Tuan. Kami sedang mencari tahu asal ledakan," jawab petugas utama yang terengah-engah karena asap hitam menghalangi penglihatan dan pernapasan.

"Pertama-tama evakuasi warga!" titah Mr. Kanemoto.

"Terjadi ledakan di alun-alun dan itu tidak hanya terjadi sekali!" ujar Mr. Kanemoto pada yang lainnya. "Kalian juga segera tinggalkan tempat ini!"

Oleh himbauan Mr. Kanemoto, para petinggi dan pendamping pun bergegas keluar dari gedung.

Di tengah-tengah kondisi genting, Mr. Kanemoto mencoba menghubungi Haruto lewat alat komunikasi. Namun, tiba-tiba muncul puluhan kelompok berpakaian hitam dengan helm tempur menutupi wajah mereka. Kelompok itu menutup pintu dan menodongkan senapan ke arah para petinggi.

"Apa-apaan ini! Siapa kalian?!"

"Ikat mereka!"

Pemimpin kelompok itu mengabaikan teriakan Mr. Kanemoto.

Mr. Kanemoto yang tidak bisa diam saja akhirnya melakukan perlawanan. Pada awalnya Mr. Kanemoto berhasil melumpuhkan 5 orang kelompok itu, namun perlawanan Mr. Kanemoto tidak berlangsung lama ketika pimpinan kelompok itu menembak bahu dan  kaki Mr. Kanemoto.

Pada akhirnya Mr. Kanemoto, satu-satunya orang yang melakukan perlawanan pun dilumpuhkan dan ditahan. Tangan para petinggi dan pendamping itu diborgol dan kepala mereka ditutupi kain hitam.

Kemudian, mereka dibawa entah ke mana.


















Di alun-alun sendiri, ledakan itu masih terjadi, asap hitam memenuhi udara. Para hunter yang bertugas pun turun tangan, mengevakuasi para warga yang kesulitan dan terjebak dalam reruntuhan.

Di sisi lain, Jaehyuk tampak panik karena dia tidak bisa menemukan keberadaan Haruto dan yang lainnya.  Namun, dia tidak menyerah. Jaehyuk menerobos puing-puing bangunan bersama pasukannya dan tetap melanjutkan pencarian.

Sekarang Jaehyuk paham, Mr. Hamada mengirimnya ke sini bukan tanpa alasan.

"T-tolong...."

"Doyoung?!"

Jaehyuk sontak berlari ke arah stan yang sudah roboh, di bawah stan itu ada Doyoung yang tergeletak lemah, kepalanya berdarah karena benturan.

"J-Jae?"

"Doyoung! Syukurlah lo selamat."

Jaehyuk membantu Doyoung berdiri dengan memapahnya.

"Yang lainnya ke mana? Kenapa lo bisa misah dari mereka?"

Dengan lemah Doyoung menjawab, "G-gue pamit misah sebentar, terus... tiba-tiba ledakan itu...."

Melihat Doyoung tidak berdaya, Jaehyuk berhenti bertanya. Dia menyerahkan Doyoung pada salah satu pasukannya.

"Bawa dia ke markas utama! Cepat!"

Setelah itu, Jaehyuk melanjutkan pencariannya.



















Mr. Hamada terdiam dengan tangan mengepal.

Dia sudah terlambat.

Kondisi ruangan yang tampak kacau itu jelas menjadi bukti bahwa telah terjadi perkelahian di sini. Dan entah ke mana Ayah, saudara dan para petinggi itu di bawa pergi.

Hamada menyesali keteledorannya, andai saja dia datang lebih cepat.

"Om Hamada?"

Hamada menoleh setengah terkejut kala terdengar suara familiar. Seorang pemuda dengan napas terengah-entah, berdiri di depan pintu.

"Haruto?"

"Beneran Om Hamada!" Haruto terlihat lega.

Tidak lama kemudian, Mashiho, Yedam, Hyunsuk, dan Junghwan yang baru tiba pun mendekat. Keadaan mereka sangat kacau, masing-masing mendapat luka, entah luka gores, terjatuh, dan terbentur.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Mr. Hamada khawatir. "Sebenarnya apa yang terjadi, ledakan apa itu tadi?"

"Saya juga gak tau, Om, tiba-tiba aja ada ledakan," ujar Mashiho. "Jaringan Internet juga mati, jadi saya gak bisa akses apa pun."

Hyunsuk terlihat lesu. "Gara-gara itu juga kami kepisah sama Doyoung, Jihoon, dan Yoonbin."

"Kalian tidak perlu khawatir, Om bakal bantu kalian mencari mereka," ucap Mr. Hamada. "Tapi kenapa kalian malah ke sini?"

"Itu karena kami teringat sama Kakek dan Paman Kanemoto," jawab Yedam.

"Sudah terlambat," gumam Mr. Hamada.

"Apa maksud Om?" tanya Haruto.

"Sepertinya mereka diculik oleh kelompok yang membuat petisi 1 Faksi."

"Apa?!"

"Semalam ada pesan anonim yang menyuruh Om datang ke sini secara rahasia dengan beberapa pasukan, tapi Om terlambat karena terlalu bimbang." Nada suara Mr. Hamada terdengar menyesal.

"Itu bukan salah Om, jadi jangan terlalu merasa bersalah."

Meski begitu, Mr. Hamada tetap merasa bersalah. Dia kemudian memperhatikan kondisi pada keponakannya, juga Junghwan dan Hyunsuk.

"Kalian ikutlah dengan beberapa pasukan ke markas, Om akan mencari keberadaan Mr. Kanemada dan Mr. Kanemoto."

"Yang lainnya balik aja, gue bakal ikut sama Om Hamada," kata Haruto.

Mashiho tampak tidak terima. "Tapi--"

"Tolong sekali ini aja jangan bantah," potong Haruto.

Meski tidak terima karena khawatir, Mashiho terpaksa mengalah.

"Jaga diri baik-baik, To," pesan Hyunsuk.

Mashiho, Junghwan, Yedam dan Hyunsuk pun pergi dari sana dengan dikawal oleh beberapa pasukan Mr. Hamada.

"Kamu yakin tidak apa-apa?" tanya Mr. Hamada memastikan.

"Saya gapapa, Om."

Keduanya pun lantas bergegas pergi.





















Namun di tengah perjalanan, mereka dihadapkan oleh sesuatu yang di luar perkiraan mereka.

100 meter dari jarak mereka, tampak puluhan Chronos keluar dari sebuah lingkaran raksasa yang berenergi biru.

Itu adalah lingkaran kubah energi yang bocor.

Sekarang mereka tahu, asal ledakan tadi adalah kubah energi.

Keduanya pun sontak menatap sekitar.

Benar saja, tidak hanya satu, terdapat lingkaran lainnya. Di arah barat 3 lingkaran, di arah timur 2 lingkaran, dan di arah selatan 4 lingkaran.

Ratusan Chronos meluap keluar dari sana seperti kerumunan semut yang keluar dari sarangnya.

"Sial!" Hamada mengumpat keras dan menggenggam erat tangan Haruto. "Haruto, lari!"







***

Ghoul 2 | TREASUREWhere stories live. Discover now