Bab 2

26.3K 1.6K 21
                                    

Adi merasa kepalanya di hantam oleh batu besar ketika ia menerima semua ingatan Adi Permana-Tubuh yang ia tempati. Adi sudah menerima keadaannya yang tiba tiba di pindahkan ke tubuh orang lain, Adi juga menebak jika tubuh aslinya sudah mati di dunianya, Karna usia yang sudah rapuh mungkin saja tubuhnya tidak kuat dengan rasa sakit setelah terpeleset dari tangga apalagi ia memiliki riwayat penyakit jantung.

Dan Adi Permana juga sepertinya sudah di pindahkan ke raga lain atau sudah mati Adi pun tak tahu, tapi yang ia yakin jiwa Adi Permana sudah cukup rapuh dan sudah sangat menginginkan kematian, mungkin karna cobaan yang ia dapat terlalu berat untuknya.

Dari yang Adi tahu dari ingatan Adi Permana yang dia dapat tidak heran Adi Permana tidak kuat dengan cobaan yang ia dapat, Adi Permana ini sudah terbiasa hidup enak sejak kecil, makanya saat di timpa kemiskinan ia tak kuat dan malah terperosok ke lubang hitam.

Sedangkan Adi ia merintis perusahaan nya dari nol, dan ia juga sudah terbiasa dengan kemiskinan Karna dulu ia juga merasakan bagaimana hidup hanya bermodalkan mie instan dalam 1 hari. Bedanya ia dengan Adi Karna terlalu larut dengan kesibukan kerja ia malah lupa membina sebuah keluarga alhasil semua harta kekayaannya sia sia Karna tidak ada satupun yang mewarisi semua hartanya, tetapi sebelum pindah sebenarnya ia sudah memberikan wasiat jikalau ia mati semua perusahaan dan hartanya di sumbangkan saja ke badan amal agar biasa jadi amal jariyah untuknya.

Adi juga akan mencoba menerima Meira sebagai istrinya menggantikan sosok Adi Permana dan menerima Juna sebagai anak nya. Ia tak akan menyia nyiakan kesempatan yang di berikan oleh Allah kepadanya untuk membina sebuah keluarga yang sudah ia harapkan dari dulu.

Adi sedikit menyayangkan Karna hartanya tidak bisa ia bawa ke dunia ini, tapi Adi akan mencoba merintis semuanya dari nol lagi.Ia akan mencoba membahagiakan istri dan anak Adi Permana yang sekarang sudah berganti kepemilikan menjadi miliknya.

Adi mulai berjalan keluar kamar mendekati kedua orang yang akan menjadi bagian dari hidupnya saat ini. Ia mulai terenyuh melihat wanita dengan perut yang sudah mulai membesar yang kini adalah istrinya itu mencoba menenangkan Juna yang menangis di pelukannya.

Adi meringis ngilu saat Meira dengan tubuh yang kecil dan perut yang besar mencoba menggendong Juna yang sudah besar Karna sang anak yang tidak berhenti menangis.

Tak berpikir panjang Adi lantas merebut Juna yang berada dalam gendongan Meira, tanpa memperdulikan wajah Meira yang terkejut dengan kedatangannya dan Juna yang mulai meronta dalam gendongan nya.

"Hei hati hati ra, kamu saat ini lagi mengandung, jangan gendong Juna yang udah besar,rasanya aku ngilu melihatnya" Adi berkata kepada Meira seraya mengelus punggung Juna yang mulai agak tenang di gendongannya.

Meira terbengong heran melihat Adi yang tampak khawatir kepadanya, ia juga agak terenyuh dengan perlakuan Adi yang  tampak perhatian kepada Juna, tapi ia cepat cepat menepis semua harapannya ia tak mau sakit hati lagi.

"Gak apa mas, Juna biar sama aku aja, mas sekarang makan aja"ujar Meira lembut berusaha merebut Juna dari Adi, tapi Adi malah memeluk Juna lebih erat lagi, hingga Meira tidak bisa merebutnya.

Adi tahu Meira belum percaya dengan perubahannya yang mendadak lembut, padahal pagi tadi baru saja Adi Permana membentak nya perihal masalah sarapan yang lama, tapi Adi bukan Adi Permana ia akan mencoba merebut kepercayaan Meira lagi perlahan lahan.

"Syutt kamu gak usah cemasin Juna kamu makan aja cepat, kasian adek udah lapar, pasti kamu belum makan kan dari pagi?" Adi bertanya dengan lirik sambil tersenyum lembut lalu mengelus pelan kepala Meira.

Meira tersentak saat kepalanya di usap lembut oleh Adi, dadanya berdebar kala Adi berucap lembut kepadanya, ia mulai berharap bahwa Adi yang dulu sudah kembali dan apa katanya"Adek? Kamu bilang apa mas?"Meira takutnya ia salah dengar perkataan Adi, Meira hanya takut berharap, pasalnya semenjak ia di Ketahun hamil lagi Adi tak pernah perhatian kepadanya ia malah makin arogan memperlakukan Meira.

Adi tersenyum miris melihat perempuan yang sekarang istrinya itu menatap penuh harap padanya "iya adek, sekarang Juna kan udah jadi Abang ya, jadi yang di perut bunda kita panggil adek ya bang Juna?"Adi bertanya kepada Juna yang tampak kaku dalam gendongannya.

Juna yang di sebut namanya menatap takut takut kepada ayahnya yang sekarang entah kenapa menjadi baik hati, tak ayal hati juna berdebar senang mendengar ayahnya memanggil dia dengan lembut dan penuh perhatian.

Juna menganggukkan kepala pelan lalu mencoba bersandar di dada ayahnya, menikmati usapan lembut yang di berikan ayahnya di punggung nya. Adi tersenyum senang melihat Juna yang mulai nyaman di pelukannya.

"Tuh lihat bund, Juna mau dipanggil Abang, jadi yang di perut mu kita panggil adek ya ra?" Tanya Adi meminta persetujuan.

Awalnya Meira bingung tapi melihat anaknya-Juna terlihat nyaman di pelukan adi, ia pun mengangguk dengan ragu ragu "boleh mas, terserah mas saja"

Mendengar jawaban Meira Adi pun langsung memeluk tubuh Meira ia membisikan kata kata yang membuat hati Meira terenyuh di buatnya, ia akan mencoba mempercayakan Adi lagi, ia merasa Adi nya sudah kembali seperti dulu.

"Maaf ya ra, dan terimakasih sudah sabar menunggu saya"

Mendengar kata kata Adi membuat air mata meira pun lolos dari pelupuk mata perempuan manis itu, ia membalas pelukan Adi dan menyembunyikan wajahnya di dada Adi yang sedang menggendong Juna.

....

Ketiganya makan dengan tertib tidak ada yang mengeluarkan suara hingga makanan habis, setelah Adi dan Juna beres makan Meira pun beranjak dari duduknya ia membereskan alat makan yang sudah di pakai.

Adi dengan sigap membantu istrinya tersebut, ia menyapu bekas makan Juna yang acak acakan Karna Juna makan sendiri jadi ya makannya pun tidak rapih, nasi berjatuhan di atas karpet dan minyak dari tangannya sudah menempel di karpet Karna setelah makan Juna tidak lantas membersihkan tangan, Adi juga lantas mengajak Juna mencuci tangan, membersihkan wajahnya yang sudah kotor oleh nasi.

Ouh sebelum lanjut, kontrakan Adi dan Meira ini memiliki kamar 1 dan dapur kecil yang terhubung dengan kamar mandi, dan ada ruang tv yang juga di jadikan ruang tamu, dan mereka juga makan di sana dengan beralaskan karpet.

Setelahnya Adi menyuruh Juna bermain di ruang tamu dengan mainan seadanya. Lalu Adi bergerak menghampiri Meira yang sedang mencuci piring di kamar mandi Karna tidak ada wastafel di kontrakan tersebut.

Adi menatap kasian kepada Meira yang tak henti hentinya bekerja sejak tadi, ia tidak habis pikir dengan Adi, apa ia sama sekali tidak kasihan dengan Meira? Sudah membawa perut yang besar ia juga harus mencari nafkah dan mengerjakan pekerjaan rumah, dan hal ini sudah berlangsung dari bulan pertama kehamilan Meira, ia takjub dengan keteguhan hati perempuan tersebut.

"Ra" panggil Adi sambil bersandar di pintu kamar mandi.

Meira mendongakkan kepalanya ke atas menatap ke arah Adi "kenapa mas?"tanya Meira sambil melanjutkan pekerjaan nya menggosok panci bekas memasak tadi.

"Kamu resign aja dari kerjaan kamu, biar mas yang cari uang sekarang. Sudah cukup mas ngerepotin kamu selama ini" ucap Adi kepada Meira.

Meira terdiam sebentar lalu berkata "aku tidak merasa di repotkan kok mas, biar aku kerja saja gak apa apa, itung itung buat tambahan bayar hutang mas"

Adi menghela nafas mendengar ucapan Meira "jangan Ra,aku khawatir sama kamu,apalagi kamu lagi hamil besar takutnya kenapa kenapa, maaf karna selama ini sudah bersikap tidak peduli, tapi mas mohon agar kamu keluar saja dari pekerjaan kamu, jangan pikirkan hutang, hal itu biar jadi pikiran mas saja kamu gak usah khawatir tentang itu, kamu cukup di rumah saja dan mengurus Juna, insyaallah jika sudah masuk semester baru,Juna biar aku masukan ke tk biar kamu tidak susah saat adek udah lahir" ucap Adi panjang lebar membuat Meira terenyuh mendengar kekhwatiran suaminya tersebut.

"Baiklah mas, makasih ya mas"Meira tersenyum manis kepada Adi.

Adi pun ikut tersenyum melihat senyum Meira yang kelewat manis itu, ia berjongkok menyesuaikan tingginya dengan sang istri yang sedang sibuk mencuci piring tersebut.

"Ra, coba menghadap mas"pinta Adi kepada Meira, Meira pun menoleh ke Adi. Tak lama kemudian sebuah ciuman hangat mendarat di dahi Meira, membuat Meira terkejut.

"Pintarnya istri mas"

2023.10.16

Transmigrasi AdiKde žijí příběhy. Začni objevovat