Suara

469 9 0
                                    

Malam harinya, Mama juga Sahira adik Samuel menginap dirumahnya,Samuel langsung saja mengajaknya untuk memasuki kamar padahal mereka sedang berbincang-bincang.

"Mas masih ada Mama, gimana sih malah ngajak masuk gak enak tau Mas"

"Biarin, gak usah dipikirkan " Samuel segera melahap bibir manis Brigitha, mengimbanginya iya Brigitha lakukan bahkan apa yang diajarkan Samuel sekarang ia bisa melakukannya.

"Pelan-pelan mas, lecet nanti"  Brigitha mengigit bibirnya.

"Maaf kelepasan sayang, yuk"

Seminggu Samuel membuat Brigitha kelelahan, hingga malam tembus pagi ia selalu memintanya,jika cuma satu ronde Brigitha tidak akan protes,Samuel selalu meminta lima ronde.

"Ahh mas lebih dalam lagi mas ahhh enak" suaranya terdengar hingga luar, bahkan Mama Nara dan Sahira hanya saling bertatapan, apakah ada pergulatan panas antara keduanya.

"Panggil namaku Githa"

"Yaaa ahhh Sam"

"Lebih keras sayang"

"Sammm ahhh hmmm pelan-pelan ahhhh sammm "

"Enak kan, jangan menolaknya sayang nikmati permainan ini"

"Sam sakit nyeri"

"Padahal sudah berulang kali kita melakukannya kenapa tetap sempit sih sayang, tapi nikmat aku jadi semangat melakukannya setia hari denganmu sayang"

"Mas aku malu, jangan disini"

"Sebelum menjadi milik anak kita,aku mau menikmatinya sayang"

"Sialan, jika Samuel terus seperti itu bagaimana jika Githa hamil, aku gak mau mempunyai cucu dari Githa "Mama Nara berusaha membuat Brigitha tidak hamil anak putranya,karena untuk apa memiliki cucu dari perempuan yang tidak jelas asal-usulnya.

Dua bulan kemudian, Brigitha bangun dari tidurnya tiba-tiba saja kepalanya pusing, bahkan ia setiap pagi mual, Brigitha menatap kalendernya astaga ia telat dua bulan.

"Hoek Hoek"

"Kamu kenapa Githa" Samuel yang mendengarnya langsung saja bangun, ia juga heran apakah semalam Brigitha salah makan.

"Kepala ku pusing Mas, aku telat dua bulan dan gak mungkin aku hamil kan" Brigitha menatap testpack di tangannya itu, garis dua tandanya ia hamil kenapa ia hamil disaat ia belum siap untuk menjadi seorang ibu, ia tidak ingi anaknya melihat Papanya yang terkadang jahat.

"Syukurlah jika kamu hamil, aku sudah menantikan kehadiran seorang anak darimu"

"Enggak aku gak mau Mas, aku gak mau hamil anak kamu, kamu jahat Mas" Brigitha memukul perutnya yang masih rata itu, Samuel langsung saja marah ketika Brigitha menyakiti calon anaknya.

"Kamu gila hah, kamu mau menyakiti dia jangan macam-macam dengan anakku Brigitha,kamu hanya ibunya"

"Aku belum siap hamil Mas, aku takut gak bisa jadi ibu yang baik Mas, gimana ini mas"

"Setidaknya kamu bersyukur disana masih banyak orang yang pengen hamil tapi belum rezekinya, sedangkan kamu malah seperti ini"

"Untuk apa aku hamil anak kamu mas, jika cinta kamu bukan milikku kamu jarang pulang, kamu selalu membandingkan aku dengan mbak Dara dan Laura"

"Tidak usah menyangkut mereka, kenyataan kamu aja yang lemah"

"Aku bukan mereka Mas, aku Githa aku punya kehidupan sendiri dan kamu menghancurkan semuanya mas, aku benci kamu aku benci"

"Apa yang kamu katakan hah, tidak usah merasa diri kamu sempurna Githa, jika tidak aku dinikahin kamu bukan siapa-siapa ingat itu"

"Justru aku akan memilih diri aku bukan siapa-siapa Mas, dibandingkan dinikahi kamu tapi batinku tersiksa "

"Mandilah kita akan periksa ke dokter, aku mempunyai kenalan dokter yang dari dulu saat kehamilan Agnes"

Setelah itu Brigitha pergi mandi, walaupun ia tidak menginginkan bayi ini ia ingin tahu bagaimana keadaannya, Brigitha tidak mau jika anaknya merasakan hal yang sama, ia tidak dianggap sebagai istri dan menantu bagaimana dengan anaknya nanti.

Brigitha memang tidak berani melawannya tapi suatu saat ia akan membuat Samuel hancur dan merasa kehilangannya, sekarang ia hanya bisa diam diperlakukan seperti ini.

Samuel pun juga sudah rapi, mereka langsung turun saja, diperjalanan Brigitha tetap memalingkan wajahnya dari Samuel, hingga mereka sampai di parkiran rumah sakit.

"Selamat pagi Tuan Samuel, datang bersama siapa ini" tanya Dokter Sinta

"Pagi Dok, dia istriku duduklah sayang" Brigitha hampir mual ketika Samuel bersikap manis sekali kepadanya.

"Loh mbak Dara kemana tuan" tanyanya

"Dara sudah meninggal Dok, sekitar lima tahun yang lalu"

"Baiklah tujuan kalian kemari kenapa" tanyanya

"Istriku mengalami mual di pagi hari dok, dan pusing badannya juga sering kali lemas"

"Oh okay silahkan naik saya periksa terlebih dahulu mbak"

Brigitha naik di atas ranjang,dan ia menatap ke arah USG, ia menatap adanya satu kantong yang ukurannya seperti kacang tanah.

"Wah selamat ya mbak, ternyata mbak hamil dan usia kandungannya sudah memasuki minggu kedelapan,kalau mual wajar semua ibu hamil juga merasakannya,tapi harus dijaga ya mbak, jangan sampai stres juga nanti saya tulis vitaminnya ya, sering-sering periksa buat mengetahui perkembangan bayinya,sejauh ini tidak ada yang perlu ditakuti semua normal"

"Terimakasih Dokter,saya akan menjaganya "

"Selamat Tuan Samuel,anda sebentar lagi akan menjadi ayah lagi,kabar baik untuk anda"

"Oh ya, syukurlah Dok,lalu jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan ya Dok "

"Belum terlihat ya pak harus menunggu delapan mingguan lagi, mau perempuan ataupun laki-laki yang penting keduanya sehat sampai lahiran nanti, tolong juga dijaga istrinya jangan diizinkan melakukan aktivitas yang berat, dan untuk sementara ini istirahat dulu dirumah, jangan sampai ibu hamilnya stres"

"Baiklah terimakasih Dokter Sinta, kami permisi "

Di dalam mobil, Brigitha memegangi perutnya yang masih datar itu, ia tidak pernah menyangka bahwa disini ada kehidupan, bahkan menikah dengan Samuel tidak ada dalam rencananya apalagi memiliki anak darinya,Samuel tersenyum lalu mengelus perutnya yang masih datar itu.

"Sayang sehat-sehat ya, Papa sama Mama menunggu kamu"

"Aku mau makan, aku laper tapi mau makan pedas"

"Enggak gak boleh, kenapa harus pedas"

"Anak kamu Mas yang mau, kalau gak boleh yaudah "

Mereka kini telah sampai di restoran korea, Brigitha memang menyukai toppoki ia langsung memesan dua porsi dengan pedas yang sedang saja lalu tak lupa dengan corndog, dan roti garlic, sedangkan  Samuel memesan odeng dan rabboki.

"Habiskan jika tidak habis jangan pulang oke"

"Kan ada kamu Mas, kenapa harus aku yang menghabiskan "

Setelah makanannya habis, Brigitha merasa kenyang ia juga aneh kenapa nafsu makannya bertambah apa karena ia sedang hamil, biasanya tidak ia selalu menjaga porsi makannya.

Samuel tidak bisa membuat Brigitha sedih ataupun stres nanti akan berbahaya bagi calon anaknya ia memutuskan untuk sering pulang kerumah dan menghabiskan waktunya bersama Brigitha.

Ia ingin menyaksikan bagaimana rasanya dirumah seharian dengan istrinya, ya walaupun kadang istrinya mood tidak baik.

Istri Kecil DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang