CHAPTER 12

13 2 0
                                    

¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤


Jemarinya dengan lihai mengetik sesuatu di layar ponselnya. Sembari mengetik Kise membiarkan para staff menata rambutnya. Pergerakan jarinya diakhiri dengan tombol pesawat. "Yosh, terkirim," gumamnya. Mengetukkan ponselnya ke dagu, matanya menatap pantulan dirinya di cermin. Tersenyum memikirkan apa yang ada di pikirannya.

"Aku penasaran reaksi mereka seperti apa."

¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤

Di tempat yang berbeda, seorang gadis yang sedang asik makan bersama temannya menoleh ke arah ponselnya yang diletakkan di atas meja, terdapat notifikasi pesan yang masuk. Alisnya berkerut, bingung dan bertanya-tanya apa tujuan si pengirim pesan mengiriminya pesan.

Membuka pesan tersebut, matanya bergerak membaca isi pesan. Seketika kedua manik merah mudanya melebar, tidak mempercayai isi pesan yang baru saja dibacanya. Tangannya bergetar. Tanpa menunggu lama jemarinya melakukan apa yang dituliskan, menghubungi nomor yang tertera di pesan itu.

Mendekatkan ponselnya ke gendang telinga. Dering telepon tersambung terdengar. Menunggu panggilannya diangkat orang diseberang sana dengan cemas. Hingga sebuah suara yang sudah lama tidak didengarnya menyambutnya. Suara dari seseorang yang dikenalnya, orang yang sangat dirindukannya, orang yang menjadi teman sekaligus sahabatnya saat SMP.

"Hallo."

Menutup mulutnya dengan tangannya yang lain, matanya mulai berair, tidak mempercayai apa yang didengarnya.

"Ini siapa?," tanya orang diseberang.

Tangannya menekan tombol ponsel merah (Off). Meletakkan ponselnya di atas meja, kedua tangannya menutup wajah cantiknya. Suara isakan kecil terdengar, menangis. Gadis itu tidak kuat menahan dirinya lagi.

Teman prianya yang sedari tadi sibuk makan menghentikan aktivitasnya, menatap bingung teman perempuannya itu. Heran kenapa gadis didepannya tiba-tiba menangis setelah menelepon seseorang. Ketika mulutnya terbuka untuk menanyakan apa yang terjadi terhenti setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadis didepannya.

Perkataan yang sama sekali tidak pernah dia duga. Tubuhnya seolah membeku, ada suatu desiran merasuk hatinya mendengar nama itu. Nama seseorang yang berharga baginya. Seseorang yang membuat kesehariannya jadi menyenangkan selain olahraga yang disukainya.

"Hiks.. Itu sungguh suaranya... Hikss.. Suara Chizu-chan. Hiks."

¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤ ¤¤¤¤

Diwaktu yang bersamaan, dering ponsel terus berbunyi, membuat Kagami yang sedang rebahan di sofa merasa terganggu.

"Chizuru ada yang telepon!," seru Kagami yang masih rebahan dengan lengan menutup matanya.

Chizuru yang baru saja keluar dari kamar mandi mengerutkan alisnya. Siapa yang menghubunginya malam-malam begini.

Riko-senpai? Tetsu-kun? Atau Ryo-kun?

Ketiga nama itu yang terlintas dibenaknya. Sebelah tangannya mengeringkan rambutnya dengan handuk, sebelahnya lagi meraih ponselnya. Menatap layar ponsel, alisnya makin berkerut saat melihat nomor tidak dikenalnya justru tertera di layarnya.

Tanpa pikir panjang, Chizuru mengangkat panggilan itu.

"Hallo," sapanya.

Hening. Tidak ada yang menjawab. Chizuru mencoba bertanya siapa yang menelponnya.

Chance || OC X Kuroko no BasketWhere stories live. Discover now