Part 1 - Riyaz Zayd

Start from the beginning
                                    

"Rae--"

Belum sempat dia menyapa gadis yang dipanggilnya Rae, gadis itu pergi menghindarinya. Tangan Riyaz mengepal menahan emosinya agar tidak meledak-ledak. Bahaya baginya jika menuruti emosinya, bisa jadi jalannya operasi terhambat dan membahayakan seseorang.

"Oke, selama operasi jaga pandanganmu Yaz, jangan lirik Raena !" seseorang dalam dirinya memperingati.

"Yang benar saja ! Mana mungkin aku tidak melihatnya, mengapa harus dia yang menjadi dokter anestesinya di situasi seperti ini" umpatnya dengan mata yang tertuju pada Raena.

***

Setelah selesai operasi, Riyaz langsung ke ruangannya. Di meja nya sudah terdapat beberapa berkas, dia membuka beberapa berkas dengan malas. Namun ada satu yang menarik perhatiannya, berkas berwarna kuning yang berisi data seorang dokter yang dipindahkan dari rumah sakit cabang.

"Caesha Lubna Arvanica..Caesha..nama nya lucu" gumamnya.

Perhatiaannya yang terpusat pada berkas Caesha langsung teralihkan pada sebuah pesan di ponselnya, nama Raena tertera disana.

Aku diatap, ada yang ingin kubicarakan.

Setelah mendapat pesan itu, Riyaz langsung menemui Raena yang tengah duduk memandangi Kota Jakarta dari atas sini.

"Rae.."

Raena menoleh dan menatapnya sambil tersenyum lembut namun terkesan pahit. Dia menyerahkan minuman kaleng pada Riyaz.

"Jakarta begitu indah dari atas sini" Tak ada sahutan dari Riyaz.

"Lihatlah orang-orang bak semut yang mengerumuni makanan manis, dan aku yakin diantara orang-orang itu akan ada seseorang yang akan menjadi istri Riyaz dan suami Raena, benar begitu kan Ri ??"

Riyaz terdiam berusaha memahami kata-kata perkata yang diucapkan calon makmumnya.

"Ri..jika kau menikah kelak antarkan undanganmu ke rumahku, insyaallah aku akan datang bersama pasanganku di hari bahagiamu"

Riyaz menatap mata bening gadis di depannya, menilisik tajam hingga dia tau tak ada sedikitpun maksud gurauan dari ucapannya.

"Rae, aku tak mengerti dengan apa yang kau bicarakan"

"Aku yakin kau mengerti, kau tidak bodoh Riyaz, terimakasih sudah mau menemuiku disini, assalamualaikum"

"Kenapa ?"

Suara paraunya menghentikan langkah Raena.

"Kenapa begini Rae ? Bertahun-tahun hubungan kita, kau akhiri begitu saja tanpa ada alasan yang jelas, aku tidak suka caramu bertindak Raena"

"Alasanku cukup jelas Ri, kau dan aku berbeda"

"Beda kau bilang ?? Berbeda itu bukan hal yang salah Rae !!"

"Itu tidak salah Ri, tapi aku menyerah karna kita tak pernah sama dalam segala hal, kupikir aku dan kamu tak akan pernah bisa menjadi kita !"

Diam, 'tak menyangka' hanya itu yang ada di benak Riyaz, dia tak memyangka seseorang yang hendah di khitbah nya mengatakan kata-kata semenyakitkan itu.

"Baiklah, terserah padamu Rae, jika kelak kau menyesal, kau tak perlu menangis darah demi mendapatkanku kembali, dengan senang hati aku akan menunggu penyesalanmu"

***

"Kenapa Yaz ?" Suara Jihan cukup membuat Riyaz sedikit rileks.

"Raena Mi"

"Kenapa dia Yaz ?"

"Dia mengakhiri hubungan ini Mi, dia bilang kita tak sepaham"

"Apa dia tau akhir pekan ini kau berencana melamarnya ?"

"Belum sempat Riyaz mengatakannya, Rae sudah memutuskannya secara sepihak tanpa memikirkannya baik-baik, ternyata Raena tidak sedewasa yang aku kira" Riyaz terlihat gusar, dia mengusap wajahnya dan berulang kali menghela nafas.

"Riyaz putra Umi, kau harus ingat, jika dia bukan untukmu seberapa kuat kau menggenggamnya, mempertahankannya, Allah tetap memiliki ribuan cara untuk memisahkan kalian, begitupun sebaliknya, kau harus yakin tulang rusukmu tak akan tertukar, Riyaz"

"Allah pasti menyiapkan wanita yang lebih baik kan Mi ??"

Jihan mengangguk dan mengusap lembut rahang tegas putranya. Tatapannya meyakinkan bahwa Riyaz tak perlu khawatir akan takdirnya.

"Umi memang wanita terbaik Riyaz dan tak ada yang bisa menggantikan Umi, tak akan ada"

Riyaz memeluk wanitanya, karna menurutnya sepelik apapun masalah yang dia hadapi akan terasa mudah hanya dengan memeluk Umi nya.

Past MistakesWhere stories live. Discover now