1-

117 7 1
                                    

"Aku hidup..."

Lu Hua membuka matanya perlahan dan melihat sekeliling dengan linglung.

Ini adalah hari ke dua sejak kelahirannya kembali dan dia masih merasa seperti sedang bermimpi.

Dia mengangkat tangannya ke atas mengepalkan mengendurkan berungkali. Saat tangannya mulai terasa mati rasa, barulah dia menurunkannya.

Otak Lu hua mulai memilah-milah kembali ingatannya yang kacau.

Perasaan jiwa meninggalkan tubuhnya secara perlahan dan menyakitkan masih segar dalam ingatannya. Dia pikir setelah dia mati maka semuanya akan berakir.

Tapi tidak.

Jiwanya tidak menghilang, namun berkeliaran di sekitar tubuh matinya. Seolah-olah ada rantai yang mengikat kakinya sehingga dia tidak bisa pergi melebihi panjang rantainya.

Lu hua yang tidak hidup ataupun mati menyaksikan bagaimana ibunya pingsan saat melihat mayatnya.

Bahkan ayahnya yang Lu hua pikir sangat perkasa, gemetar pelan.

Tidak tahu bagaimana nasib orang tuanya setelah itu, tapi Lu hua tidak pernah melihat ibunya lagi.

Di hari pemakaman Lu hua, dia menyaksikan rambut ayahnya memutih hanya dalam rentang waktu beberapa hari. Tidak ada lagi tampilan seorang pria tenang dan mantap yang bisa memikul beban dunia.

Sekarang dia hanya terlihat seperti pria tua yang bahkan sulit untuk memikul beban tubuhnya sendiri.

Melihat bagaimana Ibu dan Ayahnya terluka karena dia, Lu Hua hancur. Hatinya perih serasa dicabik-cabik, sangat sakit hingga terasa mati rasa.

Pipinya basah oleh air mata yang tidak bisa berhenti mengalir. Perasaan ini terasa sangat menyesakkan.

Jika ini adalah cara untuk menyiksanya atas kesalahannya, maka dia akan mengakui bahwa penyiksaan ini benar-benar berhasil.

Lu hua menyesal.

Lu Hua tidak tahu berapa lama dia dipenjara di tempat itu. Dia mulai melupakan konsep waktu. Hanya terasa sudah sangat lama.

Dia pikir dia akan terus seperti ini hingga sebuah bisikan tiba-tiba terdengar di telinganya.

Suaranya sangat samar sehingga sangat sulit untuk dimengerti.

Dia mencoba beberapa saat, tapi bisikan itu hanya terjadi sepersekian detik dan kemudian hening lagi.

Sesaat setelah suara itu hilang, jiwanya tersedot dengan keras.

Dan saat dia membuka matanya lagi, dia telah kembali ke tahun pertama kuliahnya.

"Hua er, ayo bangun dan sarapan. Ibu membuat sandwich kesukaanmu." Pikirannya terputus oleh suara ibunya.

"Aku datang!" Balas Lu Hua.

Dia bangkit segera turun ke ruang makan dan melihat ayah ibunya sudah duduk di meja makan.

Matanya kembali terasa panas.

Ya, tidak peduli bagaimana akir ceritanya dimasa lalu, dia masih bernapas sekarang.

Ibu dan Ayah nya masih berada di masa jaya mereka. Ini semua nyata.

Bagaimanapun dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya.

Dalam kehidupan ini, mari hidup tanpa penyesalan.

"Hua er, ibu ada seminar di kampusmu pagi ini. Ayo pergi ke kampus bersama ibu?" Ibu Lu Hua, Shi shian bertanya pada putri kecilnya.

Rebirth[Second Chance]Where stories live. Discover now