Mereka berhenti di ujung bangunan yang dilengkapi dua sofa santai. Jungkook menarik Sera yang toleh kanan toleh kiri untuk berdiri di sisinya, menunjuk bagian puncak gunung Grissan yang masih tertutup kabut tipis.

"Sera, lihat ke sana, sebentar lagi." Jungkook tersenyum melihat Sera mengikuti instruksinya.

Kemudian, lamat-lamat muncul Arunika di atas horizon sebelah timur, menghapus jejak twilight dengan tumpahan rona kemerahan di kaki langit, menyilaukan tetapi sangat menawan. Sera terpana sampai tidak bisa bicara, lama sekali dia tidak melihat keindahan semewah pagi ini.

"Wah!" gumamnya, melihat sunrise terbaik di antara ketenangan pagi sampai membuatnya berkaca-kaca, mengantarkan sejuta rindu pada sosok Ibunya yang telah tiada.

Sera mengusap ujung matanya yang berembun sebelum Jungkook menyadarinya, tersenyum lebar sembari menghirup udara pagi sebanyak-banyaknya. Dia menoleh pada Jungkook yang ternyata tengah memandanginya, tersenyum samar sebelum kembali memandangi matahari yang terus merangkak naik.

"Apa setiap pagi seindah ini?" tanya Sera tanpa melihat Jungkook.

"Hhmm... kecuali kalau hujan," jawab Jungkook, masih memandangi Sera yang kini kembali tersenyum kepadanya, senyum paling cantik yang pernah dia lihat dari gadis itu.

Tangan Jungkook bergerak ke sisi bahu Sera. Andai hubungan pernikahan mereka normal, dia pasti akan menarik Sera ke balik dekapan lengan saat mendapati gadis itu mengusap air mata. Tetapi Jungkook memilih menyelipkan tangannya ke saku celana, dia telah memutuskan untuk memulai hubungan baru sewajarnya, pelan-pelan, sebab mereka memang belum lama kenal.

Dia bahkan tidak tahu seperti apa Sera sebelum bertemu dengannya, bagaimana sikap gadis itu sebenarnya. Dia hanya tahu Sera sebagai gadis nampan yang memukulnya sampai gegar otak, mengabaikan dan membencinya paska pelecehan yang dia lakukan. Jungkook cuma tahu Sera yang berani membela diri sendiri dari pria-pria kurang ajar di kelab, juga Sera yang rapuh dan menahan semua bebannya sendirian.

"Apa besok kita bisa melihat sunrise lagi?"

"Hhmm," Jungkook mengangguk tanpa mengalihkan atensi. "Setiap pagi juga bisa."

"Baiklah, aku akan bangun pagi." Sera tertawa riang sembari merenggangkan otot-ototnya yang pegal, dia melirik Jungkook yang tidak juga mengalihkan pandang.

"Kau tahu, sekarang ini kau tampak seperti psikopat yang tengah mengincar mangsanya."

"A-apa?" Jungkook mengernyit, belum sepaham dengan Sera.

"Mataharinya di sana Tuan Jeon," Sera menunjuk ke depan, "bukan di sini!" tambahnya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Jungkook tertawa tanpa berusaha memutar arah, lalu tiba-tiba bertanya hal yang membuat Sera mengernyit heran.

"Tinggimu berapa?"

"163—sepertinya, aku lupa."

"Kecil sekali."

"Bukan aku yang kecil, kau saja yang terlalu besar." Sera mendengus kesal, tapi sosok yang bikin dia kesal cuma tertawa senang.

"Apa hal yang kau kuasai, Sera?" tanya Jungkook lagi.

Pertanyaan Jungkook agak aneh, rasanya Sera tengah berada di ruang HRD untuk wawancara pekerjaan.

"Aku bisa masak, menyulam, menggambar—" Sera mengambil jeda. "Hobi yang membosankan. Oh, aku juga suka berkebun, senang sekali bisa mengenal Bibi Hayeon di sini."

"Kau pernah sekolah?"

"Tentu saja!" Sera jelas tersinggung. "Pikirmu aku semiskin itu? Aku bisa membaca dan menulis, sekolah 12 tahun, kalau nanti uangku sudah cukup aku juga mau kuliah."

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now