"Kau pernah bekerja di perusahaanku, jadi seharusnya kau terbiasa bangun pagi."

"Aku lelah berkebun."

"Cho Sera, kau sengaja tidak ingin sarapan denganku," ucap Jungkook, menegakkan punggung. "Padahal aku ingin sekali menunjukkan sesuatu padamu kalau kau bangun lebih pagi, sayang sekali kau selalu bangun siang."

Nada bicara Jungkook terdengar menghakimi, berat dan lugas. Sera jadi tidak enak hati, karena telah diadili tanpa bisa memberikan pembelaan. Jungkook terlalu terang-terangan mengungkap kebohongannya, sampai dia menyerah dan menundukkan kepala.

"Cepat mandi, ada yang harus kita temui."

"Siapa?" tanya Sera, menegakkan pandangan.

"Hhmm." Jungkook bergumam serak sembari menarik Sera turun dari ranjang, menggandeng gadis itu ke kamar mandi tanpa penolakan.

"Mereka yang kau rindukan," tukasnya. Sebelah lengannya menahan pintu, sebelahnya lagi menyisihkan helaian rambut Sera yang menutupi pipi dan dahi.

"Aku? Tidak ada yang kurindukan." Sera menunjuk dirinya sendiri, mengerjap dua kali. Namun tidak ada satu nama pun muncul dari otaknya yang tumpul, belum pulih dari tarikan alam bawah sadar.

"Kita akan menemui mereka setelah sarapan." Jungkook mendorong Sera masuk kamar mandi. "Jangan lama-lama, sebentar lagi mereka sampai."

Sera menutup pintu kamar mandi sambil berpikir, sama sekali tidak tahu siapa yang Jungkook maksud. Dia membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi lalu ganti baju. Sera menarik terusan cream polos selutut dengan kancing-kancing besar di sepanjang dada, menggelung rambutnya ke atas lalu menaburkan bedak tipis dan pelembab bibir.

Hal menajubkan menjadi istri Jeon Jungkook adalah walk in closet, besarnya melebihi kamarnya yang dulu, mungkin enam kali lipat. Penuh baju-baju bagus, tas dan sepatu dari merek terkenal, lengkap dengan meja rias penuh makeup dan serangkaian skincare untuk dipakai pagi sampai malam. Meski tidak semua barang atau makeup yang disediakan Jungkook Sera sukai, tetapi sebagian besar memang pernah Sera incar bila uangnya memadai.

Sera bersyukur setelah selesai mandi Jungkook sudah tidak ada di kamarnya. Dia memeriksa ke balkon samping sampai depan kamarnya untuk memastikan Jungkook benar-benar tidak ada. Sera menghirup udara pagi banyak-banyak sampai paru-parunya terasa lega dan lapang, udara pengunungan di penghujung musim semi memang yang terbaik.

Sera berbalik arah dan seketika memekik tertahan, tahu-tahu Jungkook berdiri di depannya.

"Mencariku?" tanya Jungkook

"Ya, Tuhan—!" Sera menarik napas, tubuhnya lemas karena terkejut. "Kenapa munculnya tidak ada suara?"

"Kenapa mencariku?" Jungkook mendekat, Sera otomatis mundur sampai tanganya menyentuh pembatas balkon.

"Aku tidak mencarimu."

"Mencariku juga tidak apa-apa."

"Tidak, sama sekali tidak." Sera berusaha memalingkan pandang dari Jungkook, lalu terkejut lagi saat Jungkook menarik tangannya, keluar sama-sama dari kamar.

🍁🍁🍁

Keduanya sarapan roti panggang madu dengan bacon dan topping alpukat. Jungkook sarapan tenang dan tertata, berbeda dengan Sera yang kepingin muntah. Dia tidak suka alpukat di atas roti, terbiasa makan buahnya saja.

"Tidak suka?" tanya Jungkook.

"Suka, asal tidak ada alpukatnya."

Jungkook menoleh dari balik bahu, Hayeon mengangguk paham. Lima menit kemudian Hayeon muncul membawa roti panggang bacon dan keju. Keduanya lanjut sarapan tanpa obrolan, lalu menikmati teh hangat di antara suara Sera yang tiba-tiba berujar.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now