05. Teori Astronomi

33 4 0
                                    

Guru berperawakan gembul menggoreskan tinta, mengisi tiap putih papan tulis dengan rumus matematika. Kelas yang dihuni siswa-siswi predikat A amat senyap, kondisi berbanding 180° jika sebuah tanya menguar. Serentak, berebut menjawab. Mereka amat aktif, namun juga kompetitif.

Jika soal ulangan bocor, mereka tak segan menolak. Lagipula, siswa yang mencontek adalah siswa yang ragu akan kapasitas otaknya. Siswa peringkat atas amat menjunjung ego masing-masing. Terlebih Batavia menerapkan sistem drop-out jika terciduk melakukan tindak kecurangan dalam ujian.

"In mathematics, the logarithm is the inverse function to exponentiation. That means that the logarithm of a number x to the base b is the exponent to which b must be raised to produce x."

"For instance, in the base 10 system, 10 must be multiplied by 10 to produce 100. So the logarithm of 100, in a base 10 system, is 2."

"Misi, Pak."

Pak Rusli menoleh, serta merta dengan satu ruangan. Pemuda itu membungkuk sekejap, mengumamkan kata 'maaf telat' lalu mematri langkah menuju deret belakang tanpa menunggu komando.

"Maju! Siapa yang nyuruh kamu duduk?!"

"Galdran Ghaksan," sebut Pak Rusli dengan suara berat, yang dipanggil lebih dulu menenggak minumannya hingga tandas.

"Iya, Pak?"

Pak Rusli melotot. "IYA-IYA APA?! MAJU KEDEPAN ATAU KELUAR! SAYA SUDAH CATAT KAMU ALPHA!"

"Pemalsuan absensi itu namanya, Pak." Galdran bangkit dari kursi, mulai melangkahkan kaki.

Agatha tertawa sekilas mendengar guyonan sarkas, sementara Laura sedikit terkejut dengan tingkah pemuda itu.  Pak Rusli, guru ter-killer sepanjang sejarah Batavia tidak berimbas apa-apa.

"Darimana kamu?!"

"Toilet, Pak."

"Ngapain?"

Dahi Galdran mengerut. "Ya ... apa lagi selain itu?"

Pak Rusli mengibas tangan. "Alasan. Mau jadi apa Indonesia kalau generasi penerusnya rusak seperti kamu. Nggak disiplin, melanggar aturan. Bisa jadi masa depanmu suram. Perusahaan juga pasti mikir dua kali memperkejakan orang kayak kamu."

"Sikap nggak menentukan kecerdasan akademik maupun masa depan seseorang, Pak. Toh, saya nggak pernah skip ulangan harian ataupun kuis," tawanya kecil, bagai lelucon.

"Halah nggak usah sok bijak. Lihat berapa kali kamu dapat surat peringatan?" tanya Pak Rusli dongkol. "Lihat juga absensi kamu di kelas saya dan Astronomi. Bolong semua!"

"Keluar kamu! Bikin efisiensi kelas saya rusak!"

"Saya beneran mau belajar, Pak. Masa diusir?"

Pak Rusli menghembuskan napas, menahan amarah. Buang-buang energi menasehati anak ini. "Terserah. Saya izinkan kamu masuk kelas hari ini, syaratnya jawab semua pertanyaan saya. Tanpa salah, tanpa tapi. Kamu hampir tidak pernah hadir di Klub Astronomi, saya menyimpulkan kamu sudah merasa pintar, tidak butuh ilmu."

Sejujurnya ia heran. Dari sekian banyak anak teladan mengapa Galdran yang mendapat ranking unggulan? Sikap dan attitude-nya tidak mencerminkan, bertolak belakang. Dirinya pernah menjadi pengawas ujian, selama itu juga ia ada di radar terdekat Galdran. Mawas jika anak yang konon katanya 3 kali ditawari akselerasi itu membawa alat pendengar ataupun modifikasi kalkulator.

Metal detector selalu dipakai tiap memasuki ruang ujian namun, barangkali Galdran lolos? Kemungkinan kecil bukan berarti nihil.

Hasilnya tetap sama. Nilai teratas juga bersih dari tindak kecurangan.

MetamorfosisOù les histoires vivent. Découvrez maintenant