Lucu.

Itu kata yang terlintas dalam benakku saat melihatnya. Akan kusimpan foto ini, tidak boleh sampai hilang!

***

Pagi hari seperti biasa rutinitasku adalah pergi sekolah. Aku berangkat bareng Ran, kami menaiki angkot bersama.

"Gimana, Lan? Aman gak sama Fauzan?"

"Hmm aman sih, Ran. Lagian gak nyangka aja kalau dia yang bakal nge-chat."

"Terus udah jadian belum?"

"Nggak sampai jadian jugalah, Ran, haha. Aku udah punya teman cowok aja udah itu."

"Kenapa nggak jadian aja? Kan kalian sama-sama jomlo."

Aku hanya menggeleng singkat sambil terkekeh. Aku tidak ada niatan untuk berpacaran dengannya.

Anggap saja kalau aku cuma ingin berteman. Keinginanku dari kecil adalah mempunyai sahabat cowok yang selalu ada, terinspirasi dari Rachel dan Farel. Aku iri melihat persahabatan mereka, ya walaupun aku tidak ingin kisahnya seperti mereka juga cinta bertepuk sebelah tangan.

Maka dari itu, aku ingin meyakinkan diriku kalau tidak boleh sampai baper. Cukup berteman saja.

"Ran, duluan, ya!" kataku pamit pada Ran, karena sudah sampai kelas. Sedangkan Ran harus menaiki satu tangga lagi menuju kelasnya.

Kami memang beda jurusan. Aku Akuntansi, sedangkan Ran Pemasaran. Namun, kelas kami masih di gedung yang sama cuma beda lantai saja.

"Halo, guys!" sapaku pada Tim Bodok---teman dekat se-circle denganku.

"Hai, Lan," sapa balik mereka.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, semua murid pun masuk ke dalam kelas menunggu guru yang akan mengajar.

Aku hendak menyimpan HP tetapi tak sengaja melihat ada notif WhatsApp. Tanganku tergerak untuk melihat pesan yang masuk.

Fauzan

Morning!

Tanpa sadar aku tersenyun sekilas.

Dih, apaan, sih, pakai ucapan selamat pagi segala. Udah kayak sama pacar aja.

Kulihat ke arah pintu, belum ada tanda-tanda guru masuk, aku pun berniat membalas pesannya.

Fauzan

Wkwk, morning too! Tumben amat. Kesambet apaan lu?

Setelah itu aku mematikan data, lalu menyimpan HP ke dalam tas, karena guru sudah masuk.

***

Sudah satu bulan berlalu sejak taruhan konyol yang kubuat dengan Tekni. Kini, aku hendak pergi bermain ke rumah Tekni.

Aku jalan kaki saja, tak sampai sepuluh menit sudah sampai di rumahnya.

Aku menyapa mamanya yang berada di teras. Lalu, aku pun disuruh langsung masuk saja, karena Tekni di kamar.

"Tekniii!" sapaku membuka pintu kamarnya.

3/10 Where stories live. Discover now