[Bab 06; Maksud Pertemuan]

6 1 0
                                    

Penulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penulis.

Tubuh jangkung Hasbi berjalan dengan langkah besar nan cepat menuruni beberapa anak tangga yang menjadi penghubung antara ruang tunggu administrasi dan poliklinik. Ruang praktik Hasbi berada di ujung ruangan, dekat dengan laboratorium dan klinik spesialis Paru. Iya, dirinya berkarir sebagai seorang dokter umum di rumah sakit swasta.

" Pagi dok " sapa seorang suster yang berjaga di nurse station, nampak tengah sibuk dengan banyak status pasien dalam genggaman namun ia menyempatkan diri menyapa. Usai membalas sapaan singkat, Hasbi bergegas masuk ke dalam ruangan.

Masih ada cukup waktu untuknya guna menarik nafas sejenak. Ia meletakkan botol minum pribadinya di atas meja setelah sempat meneguk sedikit air dari botol tersebut. Rasa-rasanya berjalan cepat dari area parkir sampai ruang praktik memang lumayan menguras tenaga.

Suster sebelumnya masuk ke dalam ruangan dan menyodorkan status rekam medis milik pasien, masih kosong dan baru yang Hasbi asumsikan pasien kali ini merupakan pasien barunya. Hasbi membaca nama yang tertera pada bagian atas rekam medis, bersamaan dengan seorang pasien yang duduk di hadapannya, bersebrangan bersekat meja praktik.

" Ners! " setelah melihat siapa pasien yang akan ia tangani, Hasbi memanggil kembali suster yang baru saja sampai di ambang pintu berniat untuk keluar ruangan. Tubuh mungil suster tersebut berjalan masuk kembali menghampiri Hasbi.

" Bantu saya " ucap Hasbi yang diangguki oleh si suster.

Sementara suster tersebut berdiam di samping Hasbi dengan sopan, Hasbi mulai menatap si pasien. Senyum dilukis oleh si pasien, sedikitnya kedua mata Hasbi agak menyipit memerhatikan setiap detail wajah pasien.

" Anindya Renjana, Nindy. Sakit apa? "

Iya, Nindy, wanita berambut coklat yang mengaku sebagai kawan lama Aruna. Wanita yang sama dengan wanita yang bertamu tempo hari dan memberi bingkisan.

" Saya susah tidur, tiga hari belakangan saya cuma bisa tidur dua jam perhari. Alhasil kepala saya rasanya pusing, saya juga mual, muntah "

Hasbi memastikan bahwa ia tidak menatap Nindy terlalu lama, ia lebih memilih untuk menulis setiap gejala yang dirasakan oleh Nindy dalam secarik kertas di atas meja.

" Boleh baring dulu, biar saya periksa " tubuh Nindy bangkit bersamaan dengan Hasbi yang juga bangkit. Sementara Nindy beranjak naik ke atas ranjang, Hasbi meminta suster untuk tetap berada di dekatnya.

Dipakai stetoskop kesayangannya dengan handal, ia mulai memeriksa ulang tekanan darah Nindy, memompa dan memperhatikan pergerakan jarum yang menunjukkan tekanan sistol dan diastol dari Nindy.

" 90/70 ya.. "
" Normal kah? "
" Normalnya 120/80, Nindy.. Maaf ya, saya periksa yang lainnya "
" Perlu dibuka? "
" Eh?! " Hasbi terkejut dan memekik ketika Nindy bergerak guna membuka lapisan cardigan yang ia kenakan. Dengan cepat Hasbi mencegah, meminta Nindy diam berbaring dengan nyaman karena Hasbi masih bisa memeriksa meskipun tubuh Nindy berbalut beberapa lapis kain.

Serayu SenjaWhere stories live. Discover now