[Bab 02; Tujuh Tahun Berlalu]

23 3 1
                                    

Penulis.

Derap langkah terdengar berisik di sepanjang koridor, tubuh kurus Aruna berlari secepat yang ia mampu. Ia menghabiskan seluruh tenaga hanya karena ingin lekas sampai di tempat yang dimaksud dalam telpon tadi. Tidak peduli berapa banyak orang yang tidak sengaja tertabrak, Aruna terus berlari hingga tubuhnya berhenti ketika sampai di depan pintu ruangan yang tertutup.

Di depan pintu, tepat di luar ruangan dan di hadapan Aruna, seorang wanita berusia di atas 50 tahun tengah menangis sejadinya. Berteriak memanggil satu nama yang mana membuat Aruna semakin cemas.

Dengan langkah yang terkesan ragu dan kaki yang terasa seperti dipaku pada ubin, Aruna berjalan mendekat.

Hasbi, ada di sana, menenangkan si wanita yang merupakan Ibundanya.

' Abi kecelakaan '

' Rumah Sakit Bumi Langit, ruang- '

Suara-suara yang ia dengar melalui telpon beberapa menit ke belakang kembali terngiang, bagaimana ia mendapat kabar tidak menyenangkan perihal sosok bernama Abi, yang kini tengah ditangisi.

Aruna sampai di hadapan Hasbi dan Ibunda. Begitupun Hasbi yang memberi tatap dengan kedua mata memerah dan wajah yang tak kalah padam dari Ibunda.

" M-mas Abi, mana? " Aruna tidak langsung mendapat jawaban dari Hasbi. Hasbi membopong tubuh berisi Ibunda untuk duduk pada kursi tunggu, lekas ia menghampiri Aruna yang berdiri dengan gemetar.

" Abi sudah pulang "
" Pulang? "
" Meninggal "

Seluruh tulang dalam tubuh Aruna rasanya seperti remuk seketika, namun ia masih berusaha untuk tetap berdiri dengan sisa tenaga yang ia miliki. Air mata tak berhasil ditahan dan mengalir dengan sendirinya.

Di tempatnya Aruna kehabisan kata untuk sekadar merasa tidak percaya dengan perkataan yang baru saja Hasbi lontarkan. Ia tidak melakukan apapun di tempatnya, bahkan tidak memilih untuk duduk dan menyingkir ketika pintu terbuka dan menampilkan satu ranjang yang tengah ditiduri oleh pria bernama Abi.

Ranjang yang didorong keluar itu terhenti karena Aruna yang memblokir jalan. Ia tetap berdiri di tengah dengan kedua mata jatuh menatap Abi. Wajah lelaki itu menderita banyak luka dan memar, bahkan kain putih yang menutupi tubuhnyapun tidak gagal menutupi rembesan darah yang menembus.

Ketika tangan Hasbi berusaha menuntun Aruna menyingkir, Aruna mengelak dan membanting tangan Hasbi. Ia masih berdiri dalam diam.

" Abi.. " hanya nama tersebut yang berhasil diucapkan oleh suara Aruna.

Serayu SenjaWhere stories live. Discover now