Balas Dendam

17 7 0
                                    

"Iya, gue juga setuju sama Lo. Kita nggak boleh biarin geng Hyper itu bebas buat obat kayak gitu!"

"Gua juga mau gebukin Van tuh! Songong kali dia.."

"Tapi kalo kita kesana.. Bisa jadi ini tuh jebakan.. Lagipula kan kita sebelumnya udah lapor ke polisi."

"Bodo! Ya! Lagipula ngapain mereka pasang jebakan bawa-bawa nyawa orang!"

Riuh suara anggota geng motor. Masing-masing dari mereka mengutarakan pendapatnya. Ada yang bersikap bijaksana. Ada yang bersikap sembarangan.

"Gimana kalo kita buat jebakan juga untuk mereka?"Teo tersenyum licik.

。◕‿◕。

"Kira-kira dimana dia sekarang?"Cyian sedikit berbisik. Ketikac dia sampai di markas geng Hyper tapi tidak melihat keberadaan Teo.

"Pasti sekarang dia sedang berunding di markas!"Lisa terpikirkan.

"Cyian! Cepat! Kita harus ke sana!"Lisa berusaha menepuk punggung Cyian berkali-kali.

"Hm..."Cyian masih berpikir.

"Lo jangan diem gitu lah.. Keburu berangkat Anda gengnya tuh, kakak gue!"

"Ah! Jangan bilang dia ada di markas!?"

"Ampun dah!"Lisa menepuk dahinya.

。◕‿◕。

Entah kenapa Cyian menjadi sangat lambat dalam berpikir. Hal itu Lisa rasakan setelah dia menjadi hantu gentayangan. Cyian bersikap sangat aneh. Benar-benar aneh. Tapi, ya sudahlah. Kan dia sudah meninggal.

"Jangan!"

"Kenapa sih?"

"Jangan! Pokoknya jangan! Kan tau sendiri kalo mereka ada orang dalam di kepolisian. Hancur satu gengnya ni juga dah entar!"Cyian menjelaskannya panjang lebar.

"Mereka punya kepolisian. Kita punya hakimnya. Eh, lupa. Nggak boleh disuap ya.."

"Kalo gitu gimana kalo kita buat jebakan aja?"

"...."Teo tidak bisa berkata-kata.

"Kenapa diem aja?"

"Gimana ya.. Awalnya kita-kita juga mau buat jebakan."Teo memutar bola matanya malas.

"Oh.. Yaudah deh kalo gitu. Lanjutin aja. Aku liatin nanti. Aku mau pulang bentar."

"Kemana?"

"Kerumah Lo. Mau mastiin bokap ama mokap Lo. Udah pulang atau belom aja."

"Oh. Baru aja mau gue ingetin. Yaudah kalo gitu. Sana dah!"

。◕‿◕。

Karena Cyian kerumah. Tentu saja Lisa juga mengikutinya. Dia menaiki motornya juga. Karena, dia tidak bisa berteleportasi. Tapi dia hanya bisa berjalan.

"Oke. Sekarang Aku lupa mau ngapain.."Cyian bersidekap ketika dia berada di depan rumah. Terkadang bahasa Cyian memang tidak pasti. Lagi pula tidak ada bahasa yang pasti sih disini.

"Lo nggak jelas deh. Gue baru tau dulu pacaran ama orang kayak gini."Lisa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh, iya! Kan Aku mau ke kamarnya."

"La? Ngapain ke kamar gua?"

"Gue cabut, ah."

。◕‿◕。

Krieet....

"Dimana, ya?"Cyian terlihat mencari sesuatu.

"Dimana dia naruh...?"

"Lo nyari apa sih?"

"Buku yang judulnya... Apa ya? Gua lupa ih."Cyian terlihat sedang mencoba mengingat-ingat.

"Ah! 'Cinta yang Direbut'! Kok bisa gua lupa ya... Padahal itu kan buku kesukaannya."

Sebenarnya Lisa mengira buku itu terlalu lebay untuknya. Novel pemberian Cyian. Judulnya saja ada cinta-nya. Walaupun dia cukup menyukai cover-nya. Cukup bagus. Siluet seorang gadis yang menunduk menatap jurang.

Tapi, setelah dia baca Lisa langsung suka. Bagus saja. Walaupun ending nya si tokoh utama bunuh diri di jurang itu. Ya. Akhir yang cukup menyedihkan bagi tokoh utama.

"Oh... Itu mah ada di lemari. Bagian atas."Lisa menggerakkan tangannya dengan slay.

Tepat setelah Lisa selesai berbicara itu. Cyian langsung mencari di lemari bagian atas. Cyian seperti dapat mengetahui segalanya.

"Loh, Cyian? Lo bisa ndengerin gue?"Lisa mendekat kearah Cyian sambil memiringkan wajahnya.

"Ah! Ini dia..."Cyian meletakkan buku itu di kasur. Lalu memandanginya cukup lama.

"Oke, Lisa. Sekarang Lo masuk aja kesini, oke? Mending Lo nggak liat gimana kita balas dendam untuk Lo. Meskipun sad ending sih... Tapi gue percaya Lo bisa ngubah segalanya di sana jadi indah. Good bye..."

"Cy-Cyian? Kenapa kau...?"

Cyian entah kenapa dapat menyentuh Lisa. Dia lalu menariknya dan mendorong Lisa kearah kasur. Lisa tidak sengaja menyentuh buku itu lalu tiba-tiba dia masuk kedalamnya.

。◕‿◕。



Merubah Takdir.जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें