"Pak macet ya?" Tanya Farel sampai di batas antara kota dan desa.

Supir Farel mengangguk, "Kayaknya tadi sore hujan deres, terus di depan banjir."

"Ya udah, gak apa pak. Pelan-pelan aja asal kita selamat sampai rumah."

"Siap pak."

🌷🌷🌷

Beberapa bulan kemudian.

Hari telah berlalu, begitu juga bulan yang sangat cepat berlalu. Sekarang, saatnya Elen bersekolah di sekolah yang agak jauh dari tempat tinggalnya.

"Wah putri Mama udah siap sekolah nih?" Tanya Vanya membenahi rambut Elen.

Sembari memasukkan buku tulis ke dalam tas, Elen mengangguk. Dia juga sangat senang di hari pertamanya sekolah kemarin. Banyak anak seusianya yang mau bermain dengan dirinya.

"A-aku pu-punya t-te-teman!!" Girang Elen selesai di kucir dua oleh Vanya.

"Senang ya punya temen baru? Oh ya, Elen mau bawa bekal? Bentar Mama ambilkan."

"Se-seneng bang-banget. Me-mereka p-pada baik sa-sa-sama aku."

"Kemarin main apa aja sama mereka, hm?" Tanya Vanya dari arah dapur dan Elen bercerita.

Sambil mendengarkan cerita Elen, Vanya memasukkan bekal anak itu ke dalam tas. Tak lupa dengan botol minumnya. Setelah semua beres, saatnya Vanya mengantar Elen sebab perjalanan lumayan jauh. Apalagi mereka jalan.

Setelah kurang lebih 20 menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di sebuah TK. Ada satu guru yang selalu standby di depan kelas.

"Selamat pa-pagi, B-bu Irene," Elen menyalami tangan gurunya.

"Pagi Elen. Kamu siap sekolah hari ini?" Tanya Irene jongkok, menyamakan tinggi badan Elen.

"Si-siap!" Jawab Elen semangat. Soal sekolah, gadis itu selalu siap penuh semangat.

Irene tersenyum lalu mengusap-usap pucuk kepala Elen. Saatnya berbicara dengan wali Elen mengenai perkembangan putrinya.

"Bu, hari ini sekolah pulang jam 10, ibu bisa jemput 15 menit sebelum anak-anak keluar. Sama, setiap hari jumat tolong bawakan anaknya mukenah ya," Ucap Irene diangguki Vanya.

"Terima kasih banyak, Bu Irene. Saya titip Elen ya, kalau ada yang bully dia tolong amankan. Saya percaya 100% sama sekolah ini."

Irene mengangguk, "Sudah seharusnya guru mengajari para murid berperilaku baik. Ya sudah, Elen, masuk kelas sana. Udah banyak temen kok di dalam."

Elen mengangguk, dia menyalami tangan Vanya. Lalu seperti biasa, Vanya mengecup seluruh wajah Elen.

"J-jemputnya, ja-jangan telat."

"Siap tuan putri!"

Irene pun mengantar Elen masuk ke dalam. Saatnya Vanya pulang dan melakukan pekerjaannya sebagai pemulung.

Ketika di perjalanan pulang, sebuah mobil melaju lumayan kencang di jalanan yang sepi itu. Ketika melewati Vanya, dia membuang dua buah botol mineral ke jalan. Vanya menggeleng melihat perilaku orang tersebut.

Dengan segera, Vanya ambil botol mineral itu untuk dibawa pulang. Lumayan, kalau dapat banyak botol mineral bisa menghasilkan uang walaupun hanya 7-10 ribu.

"Orang-orang paham gak sih kalau buang sampah kayak gini bisa buat alam rusak?" Ucap Vanya pada dirinya sendiri.

Sesampainya di rumah wanita itu mencari sosok ibu yang sangat menyayangi Vanya selama kurang lebih 6 tahun belakangan. Vanya melihat Ayumi sedang menimba air di sumur. Dengan membawa karung dan alat pulung, Vanya berjalan mendekati ibunya.

"Bu, aku kerja dulu ya? Nanti Elen pulang jam 10. Kalo aku belum pulang, Ibu bisa jemput?"

"Bisa dong! Apapun buat Elen, ibu pasti akan mengusahakan."

"Terima kasih--"

"Ssttt, ibu suka capek dengerin kamu ngucapin kata terima kasih terus. Udah ibu bilang, kita ini keluarga. Emang seharusnya saling tolong menolong kayak gini."

Vanya terkekeh, ibunya ini selalu saja seperti itu. "Selalu baik! Ya sudah, Vanya berangkat. Dah ibu!!!"

"Dah!! Hati-hati!"







Bersambung.

Jangan jadi silent readers dong, aku sedih loh. Masa udah dibela-belain bikin cerita kalian cuma baca doang...

Banyak Vote = cepet update.

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora