Vanya sedikit menoleh sambil tersenyum, "Tapi emangnya disekolah nanti Elen bakal baik-baik aja, Bu?"

"Atas kuasa Tuhan ibu yakin Elen selalu baik-baik saja."

"Aamiin."

🌷🌷🌷

Elen menghampiri El di rumahnya. Elang, nama anak laki-kaki yang selalu mau bermain dengan Elen. Dia selalu membela Elen disaat yang lain mengejeknya.

"Kamu mau ngapain di rumah saya?!" Bentak Luna, Ibunya Elang.

Sejak dulu Luna tidak suka kalau Elen bermain dengan putranya. Ia takut Elen membawa pengaruh buruk. Ditambah dia adalah anak haram dari seorang pemulung.

"K-ka-kak El, di-dimana, B-bu?" Tanya Elen sopan. Vanya selalu mengajarkan attitude yang baik kepada anaknya.

"El gak ada! Gak usah kamu ajak anak saya main lagi. Anak cacat kayak kamu cuman bisa nyusahin!"

Elen menundukkan kepala sedih. Selalu seperti ini kalau Elen yang menghampiri El duluan. Tidak, tidak, kalau Luna tahu El sedang bermain dengan Elen pun langsung ditarik pulang.

"Mama! Jangan kayak gitu dong sama Elen!" Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun keluar dari dalam rumah. Dia Elang.

"K-kak El!" Pekik Elen girang.

"Hai, Elen!" Balas El. "Ma, El mau main sama Elen sebentar."

"Apa?! Enggak! Dia itu cacat. Mending kamu main sama Gara, Dion, di kampung sebelah."

"Kata bu guru, kita gak boleh pilih-pilih teman. Lagian aku nyaman kalo main sama Elen."

"Ck terserah kamu lah!" Sengit Luna lalu masuk ke dalam rumah. Dengan kasar ia tutup kencang pintu rumah tersebut.

"Kata Mama aku jangan dimasukin hati ya Len? Ya udah, kita main yuk," Elen mengangguk. Setelahnya, El menggandeng tangan Elen.

Mereka berjalan berdua dan berhenti disebuah lapangan. Ada banyak anak-anak seusia mereka di sana. Ada yang bermain layangan, ada yang bermain engkling, dan ada yang bermain masak-masakan.

"Kamu mau main apa Len?" Tanya El masih menggenggam tangan Elen.

"K-kita ma-main la-layangan yuk!!" El mengangguk, ia membawa Elen ke tempat dimana ada tiga anak laki-laki bermain layangan.

"Denis, boleh pinjem layangannya?" Tanya El.

"Boleh, tapi tangan dipinjamkan ke si cacat ya. Takut kalau layangan aku ikutan cacat," Ledeknya lalu dua temannya yang lain tertawa.

Elen hanya diam ditertawakan oleh tiga anak laki-laki itu. Genggaman tangan El semakin menguat.

"G-gak usah aj-ja k-kak," Cicit Elen menunduk.

"Kenapa? Kita beli layangan sendiri aja! Aku punya uang 5 ribu." Ucap El membuat Elen berani mendongak.

"Ta-tapi na-nanti--"

"Ssttt, gak apa Elen. Kamu tunggu sini ya? Aku beli layangan di warung dulu."

El pergi ke warung dan meninggalkan Elen sendirian di lapangan. Matanya menatap ke arah tiga layangan yang terbang sempurna di atas langit.

Plek.

Sampai pada akhirnya Elen sadar ada yang melemparinya dengan batu bata yang sudah ditumbuk dan diberi air. Itu menjadi seperti gumpalan tanah liat.

Elen berbalik badan. Ada lima orang anak perempuan di belakangnya. Kelima anak itu tertawa puas lalu kembali melempari Elen menggunakan tumbukan batu bata yang sudah mereka basahi dengan air.

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now