Perlawanan

279 32 0
                                    

Ketika pandangan kami saling bertemu, Mutan itu semakin marah seolah-olah menatap benci kearahku.

Cengkramannya yang semakin kuat, membuat napasku seperti berhenti ditenggorokan.

Dor!

Tembakan terdengar beberapa kali, membuat Mutan itu akhirnya melepaskan tubuhku. Tubuhku terhempas jatuh ketanah.

"Uhuk!" Aku batuk-batuk.

"Rini lari!" Seru Gibran agar aku cepat bersembunyi.

Aku berlari ke sebuah kotak kayu yang tertumpuk rapi, disana aku melihat bagaimana Nathan dan Gibran mencoba mengalahkan Mutan itu.

"Arthur!" Pikiran ku langsung dipenuhi oleh keadaan Arthur sekarang.

Namun, aku tidak melihat Arthur maupun Rakha disini.

"Kapten!" Gibran terdengar panik, ketika melihat tubuh Nathan yang dibanting cukup keras ketanah.

Aku hendak menolong Nathan, namun Nathan menyuruhku agar tetap ditempat.

Nathan berusaha berdiri, lalu memancing Mutan itu agar menatapnya.

Melihat kesempatan, Gibran menembak kembali punggung Mutan itu. Jika diperhatikan kelemahan Mutan itu ada dipunggungnya, aku memutuskan mencari sesuatu yang sekiranya tajam.

Aku tidak menemukan apa-apa, kecuali cutterku. Tidak mungkin aku melawan mutan sebesar itu hanya dengan cutter saja.

BRAK!

Tubuh Gibran dilempar ke tempat persembunyianku.

"Gibran!" Aku membantu Gibran berdiri, namun sangat disayangkan kaki Gibran sepertinya terkilir.

Tembakan masih terdengar, aku memutuskan untuk melompat ke punggung Mutan itu. Aku mengacar lalu melompat tinggi.

Grep! Berhasil, aku berhasil mencapai punggung si Mutan.

Mutan yang merasa ada sesuatu dibalik tubuhnya mulai meronta, membuat ku hampir saja terjatuh.

"GRAA!!" Mutan menggaruk punggungnya, membuat cengkraman ku terlepas.

Bruk!

Tubuhku jatuh keaspal begitu saja. Walau sudah dicoba beberapa kali oleh Nathan dengan menembak punggungnya. Mutan itu tetap kuat, membuat mereka harus berpikir cara lain.

Aku hendak berdiri, ketika pandanganku tiba-tiba saja teralih keseorang gadis yang tidak lain adalah diriku didimensi sebelum nya.

Ia melemparkan sebuah pisau dapur kehadapanku, melihat itu otakku langsung menyuruh untuk menyayat lenganku persis dimimpi saat aku terpisah dengan Gibran.

Aku meraih pisau itu, lalu melihat diriku yang lama sudah menghilang. Aku beranjak berdiri, berbalik menghadap mutan itu.

"HEY! MUTAN!!"

Mutan itu berbalik karena suara ku yang keras, Nathan yang melihatku seperti ini langsung panik.

"LIHAT INI" Aku menyayat lenganku, membuat darah segar langsung mengalir. Ku sayat kembali agar darah semakin keluar cepat.

Tes!

Darah ku menetes, lalu Mutan berbadan besar itu langsung menjilati darahku yang menetes di aspal. Aku meraih kesempatan itu untuk menusukan pisau ku kepunggung si Mutan.

"GRAAAAAA!!!"

Jleb!

Ku terus tusukan pisauku dengan brutal, membuat darahnya terciprat kewajahku. Sudah tidak terdengar raungan mutan, sepertinya Mutan ini sudah mati. Aku turun dari tubuh Mutan itu, memegangi lenganku yang sudah basah oleh darah.

KOTA ZOMBIE ✔Where stories live. Discover now