Hari yang Panjang

380 36 0
                                    

Setelah serangan tadi, tiba-tiba saja Gibran turun dari mobil.

"Kau mau kemana?" Tanyaku bingung.

Dia tidak menjawab, dari yang Rini lihat Gibran tampak mengambil dua tas besar lalu memasukkan semua makanan kedalam tas sebelah kiri.

Sedangkan sebelahnya adalah tas untuk menyimpan jaket dan sebuah alat yang Gibran ambil.

"Turun" Suruh nya ketika melihat ku masih duduk tenang didalam mobil.

Aku tidak menjawab, hanya mematuhi aturannya saja.

Aku turun lalu dia memberikan tas makanan padaku.

"Bawa ini, kita harus jalan kaki" Ucap Gibran.

"Jalan kaki?" Jawabku dengan rasa yang lelah.

"Iya" Dia mengangguk kecil lalu mulai berjalan lebih dulu.

Mataku sempat mengintip kedalam bagasi yang sekarang tersisa 3 troli kosong saja.

"Pantes tas ini berat banget" Keluh ku merasa menyesal karena mengambil makanan terlalu banyak.

"Woy!! Kau mau diam aja atau mau pergi!?" Bentak nya ditengah kesibukanku berbicara sendiri.

"Eh iya" Aku langsung berlari kecil, lalu mengekorinya.

Kami berjalan melewati jalan yang sedikit menanjak.

"Sial" Gerutu Gibran ketika jalanan dihadapan kami sudah tertutupi oleh tumpukan batu yang berjatuhan dari gunung.

"Apa ini semua disebabkan oleh gempa?" Ujarku.

"Iya Mungkin, tapi belum sepenuhnya gempa juga sih" Jawab Gibran santai.

"Maksudnya?" Mataku melebar bingung.

"Huh gajadi, dasar cewek dongo" Ucapnya kasar

"Sialan"

Ia tiba-tiba saja melengos pergi tanpa menjawab perkataan ku.

"Emangnya ada ya jalan terobosan lain?" Tanyaku.

"Ga tau, tapi kita bisa mencoba kan" Jawabnya dengan mengangkat bahu.

"Baiklah" Aku lebih baik mengikuti saja dari pada harus bertanya panjang lebar.

Ditengah perjalanan kami, tiba-tiba saja sebuah dinding besar menghalangi.

"Gimana nih" Tanyaku yang merasa tidak ada jalan lain.

"Sepertinya kita harus lewat sana" Tunjuk Gibran kejalanan yang menanjak namun ditutupi sebuah pagar besi yang bertuliskan.

'Kawasan berbahaya, dilarang masuk!'

"Ini kawasan berbahaya" Ujar ku.

"Iya lalu?" Jawabnya yang kini mulai menaiki pagar itu.

Aku hanya menghela napas panjang, lalu mulai memanjat pagar itu.

Bruk!

Ia mendarat tepat seperti superhero, Gibran berbalik lalu menungguku untuk segera lompat.

"Ayo" Tangannya terulur berusaha menangkapku.

Tanpa ragu aku langsung melompat, dan dengan cepat ditangkap oleh nya.

"Tangkapan yang bagus" Pujiku.

"Heh! Ya dong" Dia berlaga sok keren lalu mengibaskan rambutnya merasa bangga.

"Sudahlah jangan kebanyakan gaya" Potongku yang kini mulai melangkah lebih dulu.

"Ini yang pinter kau atau aku" Selanya.

"Aku" Jawabku dengan pede.

"Oh kalau gitu, coba tunjukin kemana arah untuk pergi kelab?" Langkahnya berhenti lalu mulai menyilangkan tangannya.

KOTA ZOMBIE ✔Where stories live. Discover now