⿻⃕⸵Chapter XVII៚݈݇

99 30 12
                                    

Setelah beberapa hari perjalanan, akhirnya Roen dan Raja Carlos, beserta rombongannya sampai di Negeri Animare. Mereka langsung menuju Desa Baohu, tempat para warga Desa Eina mengungsi akibat penyerangan yang terjadi di desa mereka.

"Yang Mulia!" Salah seorang prajurit menyadari kedatangan Sang Raja, memberi hormat, diikuti prajurit yang lain.

"Bagaimana keadaan di sini?" tanya Raja Carlos.

"Semua warga Desa Eina telah di evakuasi, 13 orang dinyatakan tewas dan 35 orang mengalami luka-luka," jawab salah satu prajurit menjelaskan.

"Bagaimana dengan keluarga Aguero?" Roen yang bertanya.

Prajurit itu diam sejenak, "Kami sungguh mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkan Nyonya Aguero, hanya kedua cucunya yang selamat, mereka mengalami luka ringan, dan sekarang ada di tenda pengungsian."

Raut muka Roen berubah menjadi gelisah dan khawatir, ia pamit, lalu segera berlari menuju tenda pengungsian. "Berhenti!" pekik seorang Mao Sage-Ras Manusia Kucing-menodongkan cakar-cakar besi yang menjadi senjata andalannya yang dipasang pada kedua tangannya.

"Kau mau ke mana? Tidak seharusnya seorang Petinggi Kerajaan Luce ikut campur dalam masalah Kerajaan Animare!" Gadis kucing itu tidak membiarkan Roen lewat.

"Minggirlah!" ketus Roen.

"Kau mungkin penguasa di Negerimu, tapi di sini kau hanya orang asing. Lebih hormatlah sedikit."

Roen berdecak sebal. "Apa maumu? Aku sudah dapat izin resmi dari Raja Carlos."

Gadis bertelinga dan berekor kucing dengan bulu putih itu menurunkan cakar besinya. "Sifat angkuhmu tidak berubah ya, Roen Aguero."

"Dan kau juga masih sama menyebalkanya seperti biasa, Cellia." Cellia merupakan teman bermain Roen setiap kali berkunjung ke Negeri Animare saat menengok nenek dan adik sepupunya saat masih kecil dulu.

"Enzo dan Eva baik-baik saja, mereka sudah diobati oleh tim medis." Akhirnya Cellia mengantar Roen ke tenda pengungsian, menemui adik sepupunya yaitu Enzo dan Eva.

"Kak Roen!" Cane Mage cilik itu berlari kecil menghampiri kakak sepupunya, memeluk Roen dengan erat, matanya bengkak. Enzo menyusul Eva , wajahnya sendu. Roen membalas pelukan Eva, mengusap kepalanya dengan lembut.

"Enzo," panggil Roen sembari mengulurkan tangan. Bibir Enzo gemetar, menahan tangis, ingin terlihat lebih kuat dan tegar dari adiknya. Roen meraih tangan kecil Enzo dan menariknya dalam pelukan, memberi kehangatan, seolah memberitahu bahwa mereka tidak sendirian, masih ada dirinya di sini, kakak tertua mereka.

"Maaf ... aku tidak bisa melindungi kalian ...," lirih Roen.

Enzo menggelengkan kepala, melonggarkan pelukan, lalu menatap Roen dengan sembab, "Ini salahku! Salahku karena aku tidak cukup kuat untuk melindungi nenek!"

Roen tersenyum, berusaha menenangkan hati adik-adiknya. "Ini bukan salah siapa pun, yang harus kita lakukan sekarang adalah mengalahkan Kaum Darkness dan mengembalikan senyum semua orang. Berhentilah menangis. Kesedihan, amarah, kekecewaan, rasa benci, iri, dan perasaan-perasaan buruk lainnya adalah sumber kekuatan mereka. Kita harus kuat."

Roen kembali mengusap kepala mereka dengan lembut. "Apa nenek sudah dimakamkan? Aku ingin memberi penghormatan terakhir. Setelah ini kalian akan tinggal bersamaku di Kerajaan Luce, oke?"

Enzo dan Eva mengangguk, kemudian mereka mengantar Roen ke pemakaman nenek, memberi penghormatan, lalu segera pamit dan bergegas kembali ke Kerajaan Luce.

NEROLUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang