⿻⃕⸵Chapter XII៚݈݇

146 49 32
                                    

Teriknya mentari mulai menyengat, pertanda bahwa sekarang sudah waktunya makan siang. Pemuda keturunan raja itu pun menghentikan aktivitas perburuannya. Pemuda berambut pirang sebahu dengan gaya wolf cut itu bernama Xander Kuroxwar, ia merupakan putra kedua Raja Alverd yang artinya ia juga merupakan seorang Pangeran di Kerajaan Luce.

Xander-atau yang biasa dipanggil Xan-pergi berburu sejak tadi pagi. Ia berhasil mendapat seekor rusa. Lelah berburu, cacing-cacing di perutnya mulai demo minta makan. "Fuah! Ayo kita pulang, aku sudah lapar!" serunya pada beberapa Knight yang turut menemaninya berburu.

"Pangeran Xan!" panggil Alwen yang menyusul mereka.

"Alwen? Kau sudah kembali?" tanya Xan sambil melemparkan alat-alat berburunya ke salah satu Knight agar dirapikan.

"Saya baru sampai. Kedatangan saya kemari adalah untuk menyampaikan pesan dari Yang Mulia untuk Anda," jawab Alwen.

"Dari ayah? Apa itu?"

"Pangeran Zen telah kembali."

Xan membelalakan mata tidak percaya. "Benarkah? Kau tidak sedang bercanda, kan? Kau tidak membohongiku, kan? Sungguh dia kembali?!" serbu Xan.

"Tentu saja, Pangeran. Saya tidak akan berbohong pada Anda," tutur Alwen.

"Benarkah?!" Xan bergegas, naik ke kuda putih miliknya, lalu melaju menuju istana. Alwen dan para Knight mengekor di belakang.

⿻⃕⸙͎

Suasana sedikit menegang di sini. Raja Alverd, Ratu Emily, serta Roen sedang menunggu tabib kerajaan yang sedang memeriksa Zen di kamarnya.

Kriet

Pintu kamar dibuka, menampilkan sosok pria paruh baya berambut panjang dengan surai putih dan berjenggot panjang hampir mencapai perut. Namanya Tabib Gain.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Raja Alverd khawatir.

"Pangeran baik-baik saja, dia hanya perlu istirahat. Saya tidak menemukan penyakit atau semacamnya. Mungkin ... tubuh pangeran sedang membiasakan diri dengan lingkungannya," tutur Gain menjelaskan.

"Membiasakan diri? Apa maksudmu?" tanya Raja Alverd tidak mengerti.

"Kita tidak tahu apa yang terjadi padanya selama 6 tahun ke belakang. Mungkin dia tertidur di suatu tempat, sehingga saat dirinya bangun, tubuhnya menjadi kaku dan harus menyesuaikan diri," jelas Tabib Gain lagi.

"Maaf menyela, Yang Mulia." Roen berucap, perhatian pun teralihkan padanya. "Sebelumnya Zen berkata padaku, kalau ..." Roen menjeda sejenak. "Kalau dia berasal dari dunia lain, yang terjebak di sini dan tidak bisa pulang."

Raja dan Ratu saling menatap satu sama lain, mencoba mengerti ucapan Roen. "Mungkin pangeran memang tertidur di suatu tempat dan bermimpi bahwa dirinya berasal dari dunia lain, jadi setelah dirinya bangun, pikirannya menjadi kacau dan membuat kondisi tubuhnya tidak stabil," tukas Tabib Gain.

Keempatnya kembali diam beberapa saat. Mungkin benar apa yang dikatakan Tabib Gain. "Untuk saat ini hanya itu yang bisa kita percaya," sambung Tabib Gain.

Raja dan Ratu pun masuk ke kamar Zen, begitu juga Roen dan Tabib Gain. Rasanya Ratu Emily ingin menangis, sudah lama sekali ia tidak melihat putranya terlelap seperti itu. Padahal dulu ia sering menemani putranya tidur, atau menonton kedua putranya yang sedang berlatih pedang.

NEROLUCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang