kesembilan

97 5 0
                                    

Arisha menenteng tas nya dengan lesuh, dia sudah menunggu cukup lama di teras rumah, pagi ini Arisha berangkat bersama abang sok dinginnya. Tapi tidak biasanya Brian lama, bahkan Brian selalu meninggalkan Arisha karena dirinya yang lama.

"Ohhh jadi gini rasanya menunggu, pantes bang Brian jengkel," guman Arisha.

Brian keluar dari dalam rumah, ada yang berbeda dari abangnya ini, kenapa pakaian nya berantakan? Kemana dasi nya? Kantung matanya gelap? Ada apa?? Arisha sangat penasaran, tapi dia enggan untuk bertanya terlihat dari wajah Brian yang tidak ingin mendengar ucapan orang lain bahkan sekedar memanggil namanya.

Dengan tidak melirik Arisha sedikit pun, Brian terlebih dahulu memasuki mobil dengan cepat Arisha mengikutinya.

Di tengah perjalanan Arisha tidak sengaja melihat Sonya menunggu di halte, " bang! Stop!" Ucap Arisha spontan. Brian langsung memberhentikan mobilnya karena kaget.

" kenapa?"  Tanya Brian datar.

Arisha menunjuk arah pandangnya dan di ikuti Brian.
" SONYA! LO NGAPAIN HAH? NAIK BEGO!" Teriak Arisha dari dalam mobil, Sonya yang mendengar itu langsung naik ke mobil Arishan.

Lumayan ong....loh bang Brian? Astaga! benak Sonya.

Sonya dapat merasakan tatapan dingin dari Brian, sial seharusnya tadi dia melihat dulu, seminggu ini Arisha selalu bersama sopir nya, kenapa pagi ini dengan Brian? Atau memang sudah pergi dengan Brian sejak lama?

" Sonya!" Panggilan Arisha menyadarkan Sonya.

" iyah? Apa? Kenapa Arisha?"

" kok lo nunggu di halte? Bang Newt tampan di mana?"

" ck panjang deh ceritanya, kalau gue ceritain pun lo ga bakal percaya dan bakal selalu mandang kagum bang Newt,"

" Lo benar sih, ketampanan menutupi segalanya,"

" bagi lo doang,"

Percakapan mereka seakan melupakan Brian yang menyetir di depan. Lagian siapapun pasti tidak merasakan kehadiran Brian yang sunyi itu. Rasanya benar-benar tidak ada.

**
Hari ini pelajaran olahraga kelas Newt, mereka tanding basket dengan anak kelas 10, tidak ada pertandingan serius namun cekcok tetap ada, Sonya yang kebetulan lewat dari lapangan tidak sengaja melihat Newt duduk berdua dengan seorang kakak kelas yang cukup Sonya kenal, kakak kelas itu terkenal sangat cantik dan pintar.

Kok Sonya tidak suka ya lihatnya? Apalagi Newt memperlakukan perempuan itu dengan lembut terlihat dari cara bicara, respon dan tatapannya. Apa pernah Newt memperlakukan dirinya seperti itu? Tidak ingin mengambil pusing, namun hati dan otak Sonya berkerja bertentangan.

" bang!" Panggil Sonya mengangetkan.

" ngapain lo disini?" Tanya Newt sinis, gadis yang disebelah Newt memperhatikan Sonya bingung, dia tidak tahu bahwa Sonya adalah adek Newt.

" Gakpp sih, ini kan lapangan sekolah, lagian aku...aku mau lihat bang Brian tampan main basket, kenapa ya? Dia hari ini lebih dingin dari biasanya? Hmmmm kena-

"Sejak kapan lo merhatiin dia gitu?" Potong Newt jengkel. Dia benar-benar tidak suka.

" lihat deh bang, ganteng banget ga sih??" sebenarnya Sonya tidak tahu apa yang dia katakan barusan, hanya saja dia ingin membuat Newt marah walau dia tidak tau ini bakal berefek atau tidak.

" B aja"

" mata abang sehat ga?"

" sehat lah, maksud lo mata gue katarak apa!"

" yodah sih, selow kok marah"

Newt mengepalkan tangannya kuat dan menarik Sonya menjauh dari lapangan. Newt mendorong tubuh Sonya ke dinding belakang perpustakaan dengan kasar.

Sakit anjing, batin Sonya

" Lo jangan puji orang lain di hadapan gue!"

" kenapa?" Sonya bingung dengan ucapan Newt.

" gue ga suka, lo hanya boleh puji Abang lo,"

Idih, secakep ape lu, benaknya.

" Iyah, maaf Abang," jawab Sonya lesuh, tuh kan benar Newt selalu kasar dengannya, tidak mungkin Newt bakal memperlakukan Sonya selembut kakak kelas itu.

Sonya mendongak menatap mata Newt, pandangan mereka dekat sekali, "itu pacar Abang?"

" bukan urusan lo,"

" kok gitu,"

" ya karena gitu," jawab Newt " cantik kan? Ga kayak lo, jelek" sambungnya.

Jleb, sakit banget cokk cokk, batin Sonya sedih.

" iya cantik, kalian cocok," Sonya tidak paham, kenapa suara nya terdengar sangat putus asa, dan rasanya Sonya ingin beranjak sekarang juga. Mama dan papa selalu memuji dan mengatakan Sonya sangat cantik seperti bidadari, tapi disaat orang tua mereka mengatakan itu pasti Newt nongol dan menyambung "bidadari got" selalu jahat memang.

Sebenarnya, Sonya tidak paham kenapa Newt suka sekali berkata kasar, memperlakukan kasar dan sesuka hati dengan Sonya, bahkan Sonya selalu berfikir kalau Newt tidak pernah menyayanginya. Tapi Sonya sangat sayang dengan Newt, Newt pahlawan kedua setelah papa.

Newt memandang wajah melow Sonya, senyum tipis terbit di bibirnya, kenapa adiknya ini lucu sekali

Gemesin banget sih Lo, kalau bisa gue cium, bakal gue cium habis-habisan, benak Newt.

"mikirin apa lo?" Sentak Newt.

" Ga, aku balik kelas dulu ya Abang," belum dapat jawaban dari Newt, Sonya langsung berlalu pergi.

**

" hei anak cantik, kamu lagi," saat Sonya melamun di halte, wanita yang tidak sengaja di tabrak Arisha kemarin bertemu lagi, kali ini pakaiannya terlihat santai, mungkin juga sedikit aneh, unggu muda mix hijau lumut? Fashion apa itu untuk seorang yang memiliki butik?

" Tante," jawab Sonya sopan.

" Sonya tinggal dimana? Dan kenapa nunggu di halte?" Tanya Teresa, ya wanita itu bernama Teresa.

Bersambung...

Teman-teman aku bakal revisi bila cerita sudah tamat. Oleh karena itu, maaf jika cara dan tataan kata yang tidak sedap untuk dibaca🙏

A Problem Where stories live. Discover now