5. Two Dead Bodies

5.1K 371 2
                                    

I'm not a perfect person
I never meant to do those things to you
And so I have to say before I go
That I just want you to know

I've found a reason for me
To change who I used to be
A reason to start over new
and the reason is you

Lagu The Reason dari Hoobastank melantun dari ponselku melewati earphone dan terdengar ditelingaku. Sedang asiknya aku mendengar lagu diplaylist ku ketika Adrian menepuk pundakku. Aku melepaskan satu earphone dari telinga kanan.

"Udah nyampe Jud," katanya lalu berdiri mengikuti murid-murid lain turun dari bus. Aku mencabut earphoneku yang tercolok diponselku dan memasukkannya kedalam tas. Sambil menunggu kemacetan murid-murid keluar dari bus, aku melihat dari jendela, disebrang, tempat kemarin festival berlangsung sedang ramai, banyak orang dengan pakaian polisi menjaga disana.

"Dek, liat deh itu kenapa rame-rame?" Aku menunjukkan Adrian tempat yang rame itu.
Sambil menyipitkan mata, dia mengangkat satu alisnya dan menjawabku, "gatau deh, mau liat ngga?"

Aku mengangguk dengan semangat. Banyak juga murid yang datang kesana, bahkan banyak orang tua yang sedang mengantar anaknya berhenti sebentar dan melihat, yang membuat jalanan macet. Aku dan Adrian menjadi orang yang terakhir turun dari bus.

Kami berjalan mendekati kerumunan penuh dengan manusia itu dengan susah payah, bukan cuman macet mobil disini, juga macet orang. Aku dapat mendengar banyak obrolan disini. Sepatah-patah aku mendengar orang berkata:

"Apa yang terjadi?"

"Omaigat, gue takut."

"Kayaknya bonyok gue suruh ngga masuk hari ini, gue langsung pulang."

Aku menatap mereka semua dengan bingung. Emang ada apaan sih? Dan yang paling membuatku bingung adalah terdapat dua keluarga, yang satu terdiri dari ibu dan ayah, dan yang satu lagi terdiri dari ibu dan ayah dan seorang anak kecil lelaki balita. Mereka menangis dengan histeris yang membuatku berpikir tentang kemungkinan terburuk yang akan kulihat. Sambil berkata, "misi." Berkali-kali, Adrian berhasil membuat kami berdiri dibarisan paling depan.

"AAAAAAAA."

Aku langsung teriak nyaring setelah melihat apa yang ada didepanku. Tanpa peduli dengan semua tatapan yang menatapku, aku langsung keluar dari kerumunan orang itu dan memegang jantungku yang berdetak sangat cepat.

Adrian menghampiriku. "Lo gapapa?" Tanyanya. Wajahnya juga terlihat kaget tapi tidak sekaget diriku, dia berusaha menahan rasa kagetnya dan berusaha terlihat tenang didepanku.

"Omaigat Adrian omaigat omaigat," kataku histeris.

Tiba-tiba dua sahabatku muncul dan menghampiriku. Dari wajah sama kagetnya denganku, aku tebak mereka juga sudah melihat apa yang dikerumunin orang.

"What the hell happened?" Tanya Sam sambil melotot.

Yang baru saja kami lihat, yang sedang ramai dikerumunin orang adalah dua mayat perempuan muda berseragam sekolah kami. Mereka tewas dengan keadaan mengenaskan. Wajah salah satu perempuan yang berambut pendek terlihat sangat ketakutan walau dia sudah mati. Matanya terbuka sangat lebar. Dan yang berponi terlihat mengerikan dengan banyak darah kering. Bibir mereka terlihat berwarna ungu. Mayat belum disentuh sama sekali karena tkp, disekeliling mayat ada penahan berwarna kuning, agar orang-orang tidak melewati batas itu.

Seumur hidup aku tidak pernah melihat mayat dengan banyak darah seperti itu. Memang sering di tv tapi perasaannya sangat berbeda di asli dan di tv. Di asli terasa sangat menyeramkan.

"Lo gapapa Jud, tadi kita denger lo teriak," tanya Bella khawatir. Sam menatapku dengan tatapan cemas juga. Dia menepuk punggungku beberapa kali. Adrian daritadi menepuk punggungku agar aku lebih tenang.

The Haunted SchoolWhere stories live. Discover now