7. A Horror

4.1K 355 4
                                    

Sial, sial, sial. Panggil aku sial saja ya. Bagaimana tidak? Baru senang beberapa menit karena berhasil memotret file rahasia itu, aku malah memecahkan vas besar milik sekolah, kesayangan kepala sekolah lagi.

Dan sekarang disinilah aku, sendiri, dikelas XII IPA 2. Sedang mengerjakan soal yang susahnya setengah mati dari Ms. Penelope. Aku menekan tombol diponselku dan melihat sekarang jam 17.04. Udah sore banget.

Kalian pasti bingung kenapa aku sendirian? Well, ini karena, hukumanku ternyata lebih berat dari Bella. Satu jam yang lalu kelas ini terdapat 5 murid, termasuk aku dan Bella. Tapi rupanya hukuman ku dari yang lain lebih berat. Jadi aku ditahan lebih lama satu jam.

Harusnya 4 menit yang lalu aku sudah pulang. Tapi sialnya aku. Satu jam yang lalu Ms. Penelope juga pulang karena ada urusan mendadak. Jadi dia menyuruh, kakek penjaga perpustakaan untuk menjagaku. Bukannya apa, tapi kakek ini sudah sangat tua, kepalanya dipenuhi rambut yang sudah memutih, punggungnya sudah agak bongkok dan jalannya pun sangat lambat. Dari 10 menit yang lalu dia ketoilet, dan sampai sekarang masih belum balik.

Sebenarnya bisa saja aku langsung pulang, tapi aku tidak enak padanya, jadi aku memutuskan untuk menunggu sampai dia balik saja. Sambil memainkan ponselku tentu saja.
.
.
.

Sudah 5 menit dan kakek itu belum kembali juga. Tunggu 5 menit lagi deh baru aku mencarinya.
.
.
.
10 menit kemudian baru kakek itu datang sambil meminta maaf. Katanya dia agak tersesat. Karena kasihan, aku tersenyum dan berkata tak apa.

Hehe aku memang bilang aku akan menunggunya 5 menit dan lalu akan memcarinya, tapi karna terlalu malas kuputuskan untuk menunggu lima menit lagi, dan ternyata dia balik, tidak sia-sia kan.

Aku keluar dari pintu kelas dan menyadari lorong diluar kelas sudah gelap. Hanya lampu kelas yang barusan buat detention yang menyala dan sekarang sudah mati juga, jadi hanya sisa lampu remang-remang dari beberapa lampu yang masih dinyalakan.

Lorong terasa sangat dingin, bulu kudukku mendadak berdiri. Astaga, aku jadi takut. Bunyi kreek terdengar, itu suara pintu ditutup. Aku menoleh ke belakang untuk melihat Sr, tapi yang membuatku terkejut, Sr itu sudah tidak ada. Aku langsung melotot. Sangat takut. Dan parahnya otakku memutuskan untuk berpikir yang terburuk.

Apa kakek itu sebenarnya tidak ada?

Apa dari tadi aku berhalusinasi tentang kakek itu?

Bukankah kedua korban yang meninggal secara mengenaskan itu kejadiannya setelah mereka selesai detention?

Ini horror. Horror. Horror sekali!

Lari aja? LARI!

Aku langsung berlari secepat kemampuanku, adrenalin mengalir ditubuhku, setelah beberapa lorong aku beristirahat sebentar. Sambil berdoa perlindungan kepada Tuhan.

Ponselku berdering, membuatku kaget. Aku melihat nama mamaku dilayar. Aku mengangkatnya dan mamaku bertanya kenapa aku belum pulang dan sebagainya. Padahal tadi aku sudah memberitahu Adrian dan pasti Adrian sudah memberitahu mama. Tapi mama tetap saja yang khawatir. Setelah selesai aku menaruh ponselku kekantong kemeja.

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku. Aku berteriak sampai jatuh terjerembab kebelakang.

"Neng Judy, kenapa lari dan teriak?" tanya sebuah suara, suara milik kakek penjaga perpustakaan!

Aku langsung berdiri dan mundur kebelakang. Kakek ini ngos-ngosan dan keringat berjatuhan dari wajah berkeriputnya. Astaga pasti dia ikutan lari, melihatku lari.

"Kek, tadi habis keluar dari kelas, saya nengok kebelakang kenapa kakek udah ngga ada? Kakek manusia kan?" tanyaku. Aku memutuskan untuk bertanya soalnya kalau pun kakek ini hantu, pasti dia hantu yang baik.

The Haunted SchoolWhere stories live. Discover now