3. Pizzeria

5.8K 375 12
                                    

Mamaku membuka restoran Pizza dari aku masih umur 5 tahun. Restoran kami berjarak tidak terlalu jauh sama rumah kami. Jalan kaki juga bisa nyampe. Restoran kami sangat terkenal diperumahanku. Rasanya juga ngga kalah sama Pizza Hut, apalagi harganya masih terjangkau.

Biasanya, kalo hari libur kayak gini, dan lagi ga kemana-mana. Baca komik, baca novel, atau nonton film adalah kebiasaanku. Tapi hari ini berbeda, salah satu pegawai mamaku cuti.

30 menit yang lalu:

Telefon ku berdering ketika aku sedang membaca novel baru Ilana Tan. Penulis kesukaanku, novelnya selalu seru. Aku tidak menghiraukan bunyi telfonnya karna tau adikku akan mengangkatnya, aku terlalu malas.

"JUDDYYY!" Teriak Adrian dari lantai bawah.

"APAA?" Aku balas meneriaknya.

"TURUN, ADA TELEFON!"

Aku segera menaruh novelku terbalik diatas ranjang dan berlari turun. "Siapa?" Tanyaku pada Adrian yang masih memegang gagang telefon.

"Mom," katanya.

"Halo ma," sapaku ketika menaruh telefonnya disamping telingaku.

"Sayang, kamu bisa ke restoran ga?" Tanya mamaku.

"Lagi sibuk ma.. Emang kenapa?" Tanyaku yang menolak tapi juga penasaran.

"Hidiiih, mami tahu kamu dirumah juga cuman nonton ato ga baca novel, udah kesini aja, cepet, mama bener-bener butuh bantuan kamu, nanti mama kasih pizza fish decrisp kesukaanmu ya, cepet," kata mamaku. Itu nama pizza direstoran mamaku yang paling enak!

Akhirnya aku menyerah dan menuruti mama. Aku mengganti bajuku menjadi kaos putih dengan lengan pendek, bertuliskan BeAGirl(pesan yang agak tidak jelas) dan jeans biru muda panjang. Lalu membalas chat grup yang kubuat dengan Sam dan Bella, berpamitanan dengan Adrian dan aku langsung cao dengan sepedaku.

Setelah 5 menit, aku memarkirkan sepedaku lalu melepaskan helm sepeda berwarna pinkku. Bapak tukang parkir tersenyum padaku, aku mengenalnya. Aku tersenyum balik padanya dan langsung memasuki restoran mamaku yang ber-ac dingin dan lampunya berwarna kuning, dengan nuansa pewe(hehe, menurutku sih, soalnya kalo makan disini pw banget, dingin pula). Siang-siang jam makan seperti ini memang restoran mamaku pasti penuh pengunjung makanya ketika aku masuk hanya tinggal 3 dari 20 meja yang masih kosong, kebanyakan dari mereka masih menunggu pizza pesanannya jadi.

Aku langsung pergi kedapur yang penuh dengan oven pizza yang panas dan chef-chef bertopi tinggi putih dan pakaian dengan tulisan PanPizza didada, nama restoran mamaku.

"Judy!! Yayy kamu datang!" Kata mamaku menyambut.

"Mom, aku ngapain disini?" Kataku curiga.

Mamaku memberi cengiran lalu berkata, "Judy, salah satu tukang delivery kita ada yang ga masuk jadi kamu mau ga anterin pizza-pizza?"

"Hahhh? Tapi... males," kataku murung.

"Judy ayo dong! Kamu ga bosen apa dirumah?" Tanya mamaku sambil mengangkat-angkat alisnya.

Aku menggeleng. "Kenapa ga suruh Adrian aja sih?"

"Dia besok ada banyak ulangan," kata mamaku.

"Dia boong kali," kataku.

"Ngga, mama yang cek schedule nya sendiri kemaren, kalo ga pasti mama suruh dia yang bantu," kata mamaku. Benar juga sih, mamaku kan selalu lebih memercayai Adrian dalam menjaga barang-barang, pekerjaan, ya hampir semua.

I don't blame her, emang gue yang terlalu malas, benakku sambil tersenyum paksa.

"Yaudah ma, tapi aku dapet pizza kan nanti?" Tanyaku sambil nyengir.

The Haunted SchoolWhere stories live. Discover now