Sebab banyak sama tidak menjamin selamanya

18 0 0
                                    

Orang-orang bilang mereka adalah pasangan yang serasi. Mulanya memang begitu, mereka adalah sepasang dosen muda yang sukses. Sama-sama berwajah menawan, memiliki otak cemerlang bahkan semuanya pun bermula karena otak cemelang keduanya.

Semesta mempertemukan saat keduanya menempuh jenjang S-2 di Negri Sakura. Keduanya sama-sama mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di sana, dan antara satu dengan yang lainnya jatuh cinta karena cara pikirnya yang sejalan.

Tapi di antara banyaknya kesamaan ternyata tak selamanya menjamin kebersamaan.

Takdir memang telah menulis keduanya untuk bertemu pada ikatan yang sah. Kebahagiaan mereka sempurna saat dikarunia seorang putra bernama Bumi Agam yang mewarisi dengan sangat baik gen unggul ayah ibunya, poin utamanya adalah berwajah menawan dan otak cemerlang. Dan seorang putri yang manis berusia 6 tahun.

Tapi itu semua tak berlangsung lama, saat Bumi Agam menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya, perang antar dua orang yang saling mencintai itu pecah.

Sebenarnya dua orang itu lebih sering tak akur dibanding akurnya, Agam sering mendengar perseteruan keduanya.

"Anak-anak itu diurusin, jangan dibiarin bergaul sama sembarangan orang, mereka bisa saja membawa dampak yang buruk untuk Agam!" suara Anton dengan nada-nada tingginya sering terdengar oleh Agam.

"Hanya karena mereka tidak mempunyai pakaian yang layak, hanya karena mereka ngga punya mainan mahal seperti anak temannya kamu. Hanya karena mereka ngga berasal dari keluarga yang berada, Agam ngga diperbolehkan main dengan mereka."

"Faktor kemiskinan yang membuat seseorang melakukan criminal. Mencuri, berkelahi, bahkan pembunuhan."

"Kamu bisa ngomong gitu karena kamu ngga pernah ngerasain gimana rasanya jadi miskin. Mereka ngga bisa memilih ingin terlahir dari keluarga yang bagaimana."

"Aku ngga membatasi pergaulan Agam karena aku ingin dia bertumbuh menjadi anak yang rendah hati, tidak sombong, dapat menghargai apa yang ada pada dirinya, tau bagaimana caranya bersyukur." Renjani dengan pemikirannya yang sangat bertentangan dengan pikir Anton.

Seiring berjalannya waktu pemikiran mereka semakin sering bersebrangan yang menghasilkan banyak perdebatan yang tidak ingin Agam saksikan.

Puncak dari segalanya adalah saat keluarga ini harus kehilangan Ashila-adik Agam. Anton menyalahkan Renjani atas kematian Ashila.

"Kamu memang sukses menjadi dosen, tapi kamu gagal menjadi istri dan ibu yang baik!" Ujar Anton dengan nada yang tinggi.

"Andai saja kamu lebih peduli, maka Shila-anak saya yang malang mungkin masih ada di sini."

"Saya tahu, saya tahu betul saya bukan istri dan ibu yang baik. Tapi kamu mesti ingat jika kematian itu takdir yang tak terelakkan. Nggak ada yang bisa melawan takdir."

"Pakai bawa-bawa takdir segala, Jadi menurut kamu, kamu nggak salah tapi Tuhan yang salah? Gitu?"

"Gila ya kamu!" ujar Renjani tak habis pikir dengan Anton.

"Heh, jika benar saya gila itu karena kamu!"

"Putri saya masih kecil, dia seharusnya masih punya banyak waktu untuk melihat dunia. Kalau bisa saya memilih, saya lebih rela kamu yang pergi dibanding Putri saya. "

"Bukan saja kamu yang menderita, saya juga. Saya yang melahirkan Shila."

"Saya ibunya, bagaimana saya tidak terpukul atas kepergian putri saya sendiri?"

Bahagia itu Milik Siapa?Место, где живут истории. Откройте их для себя