Abian berjalan mencari tempat yang aman, di belakang pasar. Anak itu senyum-senyum tak jelas saat membuka dompet yang ia bawa pergi.

"Asikkk duitnya mayan" Ujarnya.

"OII..." Seruan itu membuat Abian menoleh.

"Waduh ada bang Joko" Gumamnya saat melihat preman pasar yang selalu memalak anak jalanan sepertinya, pria itu suka mangkal di pasar dan dekat lampu merah.

Abian langsung lari alias kabur, kalau tidak uang yang ia pegang bisa ludes di rebut.

Bang Joko pun tak tinggal diam, bersama dua anteknya ikut mengejar bocah yang sudah Joko hafal siapa. Hampir semua anak jalanan atau terlantar seperti Abian Joko hafal, karena mereka lah sumber penghasilannya.

"Haduh capek" Keluhnya karena rasanya tak kuat lagi berlari.

Tapi di belakang sana anak buah Joko masih mengejar. Mau tak mau lari lagi.

Abian mengambil nafas dalam sebelum kembali berlari lagi, dadanya pun mulai protes.

Abian berlari menuju jalan besar yang cukup sepi di samping pasar, jalan itu sering di jadikan jalan pintas karena tak terlalu banyak yang lewat, hanya ramai saat waktu-waktu tertentu.

Karena terlalu fokus melirik ke belakang, Abian tak sadar berlari ke jalanan. Naasnya sedang ada mobil yang melaju ingin lewat, kejadian tak di inginkan pun tak bisa di hindari, untungnya mobil sempat mengerem dalam meski tetap saja menyenggol tubuh pendek itu.

BRUKK...

Bunyi hantaman tubuh Abian dengan mobil terdengar nyaring, bahkan anak buah Joko yang menyaksikannya memilih meninggalkan anak itu.

Supir pemilik mobil turun.

"Hei kenapa berlari begitu saja ke jalanan" Omelnya pada Abian yang tengah meringis.

"Bantuin Bian dulu, malah ngomel sakit tau Om" Balas Abian ikutan kesal.

Supir itu menghela nafas, lalu membantu Abian bangun.

Terlihat lutut anak itu tergores, serta sikunya, sisanya tak ada yang berdarah.

"Apa parah?" Pertanyaan dengan nada tegas dan suara bass itu membuat Abian menatap pria ber jas yang baru saja keluar dari mobil.

Abian tak menjawab malah menunjukan siku dan lututnya yang tergores, lagian anak itu memang memakai celana pendek selutut.

"Gak parah tapi perih tauk" Ujar Abian saat lutut dan sikunya berdenyut.

"Naik" Perintah pria dewasa ber jas itu tegas.

"Gak usah Om nanti juga sembuh" Tolak Abian saat tau maksud dari kata naik.

"Saya bilang naik" Ulangnya sedikit keras, Abian sedikit tersentak lantas buru-buru mendekat ke mobil.

"Om supir bukain dong, telapak tangan Bian juga berdarah" Ujar Abian sambil menunjukan kedua telapak tangannya yang tergores batu kecil aspal.

Supir itu pun tak membantah, tak mau membuang waktu hingga membuat tuannya marah besar.

"Kembali ke Mansion utama" Perintah sang Tuan membuat supirnya mengangguk paham.

KATRESNAN [END]✔Where stories live. Discover now