EPISODE - FIFTEEN

42 4 0
                                    

_Happy Reading_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_Happy Reading_




Pagi harinya. Mereka sudah kembali bersekolah, Viken berangkat bersama Avys. Jarak rumah keduanya cukup berdekatan. Sepulangnya dari kota sebelah, Viken mengunjungi panti. Ada yang perlu ia pertanyakan. Sebab, sebelumnya ia menjenguk Ibunya. Dan mendapatkan sesuatu dari sana.


Saat Viken masih bayi. Ayahnya terlalu sibuk dengan pekerjaannya, tentu membuat sang istri atau Ibu dari Viken jengah dengan hal tersebut. Sering bertengkar hanya karena sang suami begitu menggilai pekerjaannya.

Kapan pulang? |

| Malam ini ada lembur
| Aku pasti pulang

Kamu bisa balik dulu ngga? |
Viken lagi rewel terus-terusan nangis |

| Bentar lagi... kerjaan belum kelar
| Kamu tenangin Viken dulu

Terus? Kamu pikir |
Aku ngga ada kerjaan setelah ini? |

| Aku lagi males berantem
| Jangan mulai...

Viken masih demam |
Aku khawatir mana setengah jam lagi |
Ada acara pemotretan |

Kamu mau jagain gantian viken kan? |
Sebentar aja, please! |

| Bukannya mau nolak
| Untuk saat ini ngga bisa
| Kamu dulu ya, yang jagain?

"Emang biasanya gitu kan? Aku terus yang ngalah." Pasrahnya. Tidak menghiraukan pesan terakhir dari sang suami. Dirinya memilih membawa anaknya ke dokter—antisipasi demamnya makin tinggi.

Dan berbagai pertengkaran yang kerap kali terjadi pada rumah tangganya. Dirinya sayang, tentu sayang dengan buah hatinya. Terlebih Viken sudah dinantinya sedari lama. Tetapi rasa kesalnya selalu saja meluap saat menghadapi sifat suaminya. Dirinya merasa di sini hanya ada dia dan Viken.

Suamimya selalu saja mementingkan pekerjaannya. Bukan melarang atau sebagainya. Tetapi bisa tidak? Barang sehari saja menganggap mereka berdua ini sebagai hal yang berharga?

Jalannya sudah buntu. Bahkan Ibu viken menyebut dirinya itu gila. Tanpa berpikir panjang saat itu juga, dirinya tega menitipkan anak semata wayangnya ke panti asuhan—pada saat itu terdengar kabar bahwa Umma bersedia dititipkan seorang anak. Pikirannya kalut, tak ada kata selain buntu. Dia hanya menginginkan sang anak mendapatkan kehidupan yang lebih pantas tentunya dengan kasih sayang.

Eye~Brows ▪︎ [ ᴛᴏᴍᴏʀʀᴏᴡ x ᴛᴏɢᴇᴛʜᴇʀ ]Where stories live. Discover now