EPISODE - TWO

107 11 6
                                    

_Happy Reading_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_Happy Reading_




Mengerjakan tugasnya dengan khidmat. Semua itu tak luput dari pandangan teman sekelasnya yaitu Eugene, beranjak mengambil sebilah pensil yang tergeletak di samping kursi milik Lycan.

Dan tanpa disengaja pula, netranya terpaku akan goresan di kaki kanan Lycan.

"Eugene, kenapa diem di situ?"

Teman sebangkunya melayangkan remasan kertas hingga mengenai bahunya. Barulah ia tersadar, ludahnya sedikit tersekat. Bangkit dan kembali ke tempatnya lagi. Eugene melamun bahkan pensil yang semula diambil olehnya lantas tak berguna. Beberapa pertanyaan kian berputar pada isi kepalanya.

Tugas anatominya bahkan dianggurkan begitu saja. Notif dari ponsel membuatnya kembali tersadar lalu membaca isi di dalamnya. Ajakan dari teman panti, Ia sedikit tersenyum getir. Ternyata benar seseorang yang sudah tidak ada lebih dipedulikan.

"Apa gue harus pergi, biar dipeduliin?" Lanturnya.

"APA LO BILANG BARUSAN?!"

Pekikan itu membuat hampir seisi kelas menatap dengan geram. Termasuk Lycan ikut menoleh ke sumber suara, setelahnya mereka kembali melanjutkan tugasnya.

"Congormu!"

"Lagian omongan lo jelek banget. Gue paham ya maksud dari ucapan lo barusan." Menepuk bahu kiri temannya, "Inget bro. Lo hidup bukan buat diri sendiri. Jadi... untuk urusan ini gue rasa sesekali lo harus manja, jangan pulang sendiri."

Temannya benar ia memang berpikiran seperti itu. Bedanya ingin mengakhirinya sendiri, konyol memang. Eugene harus mencapai impiannya. Sedikit mustahil namun apa salahnya mencoba dan tetap berusaha. Sekiranya bisa mencapai apa dari tujuannya.

Tetapi makna dari ucapan temannya bahwa dirinya hidup bukan untuk sendiri juga membuatnya berpikir. Kalau dia pergi...

"Udahlah lanjut bikin tugas."

+
×
+

Kembali berkumpul, tak pernah absen mengunjungi makam kakak keduanya. Letaknya di pemakaman dekat panti mereka. Ya, bagaimanapun tinggal Soule yang masih berada di dalam Panti Asuhan—Desire.

Ibu panti—Umma saat diberitahukan kabar mengenai Soule tentu shock hingga beberapa minggu harus di rawat. Terlebih Soule memang alasan terbesar Ia mendirikan panti asuhan tersebut.

"Kita jahat ya? Ngga tau kalau Kak soule pergi sesaat di mana kita akan berkumpul kembali." Tak kuasa dirinya, dada pun kini seakan sesak menatap gundukan tanah itu.

Benar, kelimanya sudah hidup berpencar saat satu persatu telah menemukan keluarga. Lain dengan Soule yang masih menjadi anak panti sampai detik kepergiannya. Dibalik itu mereka tetap memutuskan untuk bersekolah di tempat yang sama.

Eye~Brows ▪︎ [ ᴛᴏᴍᴏʀʀᴏᴡ x ᴛᴏɢᴇᴛʜᴇʀ ]Where stories live. Discover now