"minhyung." tegur wookhee ketika mata sang dewa perang mulai berkaca-kaca dan suaranya mulai bergetar, "sejak guru meninggal, kau adalah satu-satunya orang yang peduli padaku di dunia ini."

"kau ingin menghalangiku?"

"saat kau terluka seperti ini, menghalangimu bukanlah hal yang sulit. tapi, aku tidak akan menghalangimu." suara wookhee menjadi lebih pelan, "jika ada kesempatan untuk menyelamatkan guru, menurutmu apa yang akan kulakukan?"

"pasti kau akan berusaha mati-matian meskipun ditentang dan harus menentang kehendak langit. kau tidak akan ragu sedikit pun."

wookhee tersenyum miring, "tentu saja."

minhyung sedikit merasa tersentuh karena rasa empati dari sahabatnya tersebut. kini ia bangkit berdiri dan berjalan dengan gagah keluar dari istana yongchan. ia benar-benar tak gentar, bahkan ketika sungai leetae penuh dengan guntur. ekspresinya baru berubah ketakutan ketika sebuah mata besar muncul dari balik awan gelap di atas sungai tersebut.

"minhyung, pulanglah." suara yoonoh bergema di seluruh sungai leetae.

"maafkan minhyung yang tidak bisa mematuhi perintahmu!" minhyung berucap dengan berani di atas perahunya sembari menatap mata besar yang membelah langit.

"kau terus-menerus mengabaikan perintah. sebenarnya untuk siapa?"

"melati!"

"apakah kau benar-benar mencintainya?"

"ya!"

mata itu menghasilkan petir yang sangat besar. minhyung menatap hal itu dengan waspada. ia mulai mengeluarkan sihir biru muda dari tangannya yang tak kalah besar. petir dari yoonoh dan sihirnya bertabrakkan, menghasilkan air yang sangat deras di langit.

yoonoh tentu saja lebih kuat. tak membutuhkan waktu terlalu lama, minhyung sudah tertampar dan tangannya terikat dengan sihir putih milik raja langit sooyoon itu.

"hatiku mencintai orang lain dan aku ingin berbahagia. apa yang salah?!"

"jung minhyung, sang peri berdosa, telah menerobos pintu peri, bersekongkol dengan mata-mata klan bulan, dan melanggar peraturan klan khayangan. gelar dewa perangmu akan dicabut dan kau akan dikurung di menara hatae." suara yoonoh menggelegar di langit.

🦊

injoon terduduk di air mancur istana dal dengan pikiran yang melayang. hari sudah hampir tengah malam saat itu. kuanlin yang kebetulan sedang berpatroli di sekitar istana langsung sigap ketika melihat bayangannya.

"siapa?!" tanya pria lai itu dengan tegas. injoon bangkit berdiri dan tersenyum lebar pada kuanlin.

"kak lai, ini aku, anggota kalian."

"apanya yang anggota kami? ini sudah pukul sebelas lewat lima belas menit malam. mengapa kau bertindak aneh dengan diam-diam duduk di sini?"

"tidak ada apa-apa. aku akan pergi sekarang."

"berhenti." kuanlin menodongkan senjatanya di leher injoon sehingga si mungil itu segera menghentikan langkah, "katakan apa tujuanmu berkeliaran di waktu hampir larut malam?"

fairy and devil | nomin, markminWhere stories live. Discover now