[2] Fall In Love (?)

103 50 78
                                    

Bintang menghentikan motor ninja hitamnya disaat melihat seorang gadis bersama tiga orang siswa berseragam sekolah Sma Renjana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bintang menghentikan motor ninja hitamnya disaat melihat seorang gadis bersama tiga orang siswa berseragam sekolah Sma Renjana. "Ileana?" monolognya.

Melihat keadaan sahabatnya, Bintang turun dari motor dan mengambil beberapa batu yang tepat berada di bawah kakinya untuk diisi ke dalam ranselnya yang kosong.

Tanpa pikir panjang, ia melemparkan tas hitamnya itu tepat mengenai punggung seorang siswa yang berada di hadapan Ileana.

Bug!

"Bangs*t lo! Beraninya nyerang lewat belakang!" seru salah seorang dari mereka.

Bintang mengepalkan kedua tangannya memandang ketiga siswa itu dengan tajam. Ileana pun berlari menghampirinya dengan air wajah yang karut.

Dua temannya yang lain ikut turun dari motor dan berjalan menghampiri Bintang dengan sok berani.

Sebuah pukulan keras menghantam wajahnya, ujung bibir Bintang mengeluarkan cairan merah kental. Ileana dengan sepontan membekap mulutnya melihat keadaan pemuda itu.

"Tutup mata," ucap Bintang menatap Ileana sekilas.

Gadis itu hanya mengangguk mengikuti arahan, menutup mata dengan kedua telapak tangannya sembari merapalkan do'a.

Tidak terdengar suara apapun dari Bintang, hanya terdengar suara pukulan serta umpatan dari ketiga siswa itu. Beberapa menit kemudian, suasana menjadi tenang setelah mendengar suara deru mesin motor yang semakin menjauh. Dengan ragu, Ileana memberanikan diri membuka mata.

"Lo gakpapa kan?"

Ia termenung dengan mulut yang sedikit menganga, baru saja membuka mata, ia dihadapkan dengan wajah tegas nan tampan milik Bintang.

"Lo gak diapa-apain kan, Na?" Bintang kembali bertanya dengan sorot mata yang terlihat begitu khawatir.

Ileana tersadar dari lamunannya, ia mengangguk pelan. Tangannya refleks mengusap lembut ujung bibir pemuda itu yang masih berdarah. "Pasti sakit ya?" tanyanya.

Bintang terdiam sejenak kemudian menarik tangan gadis itu untuk naik ke atas motornya. "Iya. Biar gue anter."

•✮°───⋆⋅۝⋅⋆───°✮•

Suara alarm yang berdering begitu berisik. Masih dengan mata yang tertutup, Ileana bangun untuk mematikan benda bersuara nyaring itu.

Cahaya mentari pagi masuk melalui tirai kamarnya yang terbuka. "Bangun, Ileana." Suara lembut sang ibu menyapa indra pendengarnya. "Udah jam 7 nanti telat loh ke sekolahnya," imbuhnya mengeluarkan jurus andalannya agar sang putri cepat terbangun.

Ileana membuka matanya, melihat ke arah gantungan baju yang terpampang seragam sekolah putih abunya. "Ini lanjutan dari hari kemarin ya?" monolognya sembari menggaruk kepala.

Ia sudah pasrah dengan permainan semesta yang seenaknya terus memindahkannya ke waktu yang berbeda dengan takdir yang juga berbeda.

Ileana pun bangkit untuk segera bersiap-siap. Netranya mengarah pada jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Masih terlalu dini untuk berangkat sekolah, rasanya ingin marah kepada mamanya. Tetapi wanita itu sudah keluar dari kamarnya.

Lintas Waktu Where stories live. Discover now