Chapter 1

4 1 0
                                    

Seorang laki laki dengan kemeja putih berkerah menggerakan pulpennya, menggores-gores kertas yang sudah terpenuhi dengan angka. Ia menghela nafas sebentar lalu berdiri dan menyerahkan lembaran kertas yang dikerjakannya kepada pria paruh baya di hadapannya.

"Tumben kamu lama mengerjakannya, Dipta." Ucap Pak Arya yang sedari tadi melirik anak muridnya mencoret-coret kertas dengan angka-angka tersebut.

"Iya, Pak saya tadi sedikit terkecoh dengan pertanyaan nya." Jawab Dipta seraya mengikuti jejak Pak Arya ke mejanya.

"Wah, ternyata kamu tidak terjebak dengan pertanyaan itu ya. Padahal tadi yang lain terkecoh dengan pertanyaan itu, hanya kamu sepertinya yang benar. Kalau begitu Bapak harus lebih susah lagi membuat pertanyaannya." Pak Arya melihat isi kertas jawaban Dipta dan tersenyum miring, ternyata murid nya yang satu ini sangat lah cerdik sehingga tidak terkena pertanyaan jebakannya.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak." Baru saja selangkah Dipta hendak meninggalkan ruangan kelas.

"Dipta, sebentar! Bisakah kamu antarkan buku ini kepada Prof Erlangga di kelas A Teknik Informatika? Bapak tidak sempat mengantarkannya karena terlalu sibuk, jadi daripada ditunda-tunda lebih baik cepat dikembalikan saja sebelum saya lupa."

"Hm, Baik Pak."

***

Naradipta W. Pratama Mahasiswa semester tujuh yang sedang melanjutkan studi S1 nya jurusan Statistika di Universitas Sentosa Noesantara. Salah satu Universitas swasta yang bergengsi di ibu kota, sudah pasti mahal biayanya. Dipta berhasil masuk USN bekat beasiswa yang diperolehnya, karena tanpa beasiswa sudah pasti ia tak akan bisa membayar biaya untuk berkuliah di sana. Apalagi dia hanya tinggal dengan ibunya yang hanya penjual catering harian. Semesta memaksanya untuk harus menjadi pribadi yang mandiri sejak di sekolah menengah atas hingga saat ini. Dari pagi hingga sore ia menghabiskan waktunya untuk berkuliah sedangkan di malam harinya ia bekerja paruh waktu menjadi barista di cafe milik temannya. Tidak hanya itu ia juga mengambil pekerjaan freelance untuk mahasiswa yang membutuhkan joki tugas dan lainnya. Dari situ lah ia dapat sedikit membantu ibunya mengurangi pengeluaran.

Hari ini sudah lah sangat melelahkan baginya, tadi pagi ia ada ujian statistika dan sekarang ia harus berjalan jauh menuju fakultas teknik dari fakultas MIPA yang jaraknya terbilang cukup jauh dengan jalan kaki, belum lagi dengan panasnya ibu kota di siang hari. Mau mengeluh pun ia tak bisa karena ini adalah salah satu tugas nya sebagai asisten dosen.

Tak lama ia sampai di depan pilar fakultas teknik. Ia segera jalan menuju kelas Teknik Informatika A. Dan akhirnya sampai juga ia, pintu kelas nya terlihat tertutup. Dipta mengetuk nya tiga kali dan terdengar sahutan orang di dalam nya.

"Masuk!"

Dipta memasuki ruang kelas yang diisi oleh tiga manusia, satu pria berparuh baya dengan kaca matanya dan dua lainnya adalah mahasiswa yang sedang dimarahinya.

"Kalian ini bagaimana, saya sudah bilang jika projek startup itu harus memiliki Ceo dengan kualifikasi bidang nya. Bukan cecunguk seperti kalian. Jika salah satu kalian lah yang menjadi Ceo sudah pasti hancur startup yang dibangun. Kalian harus mencari orang dari bidang manajemen atau fakultas lain yang mengerti jalannya bisnis!'

"Tapi Pak,"

"Permisi Pak saya ingin mengembalikan buku ini dari Prof Arya." Dipta menyela karena ia tak mau berlama-lama mendengar ocehan tiga manusia di depannya ini.

"Oh, sampaikan terima kasih saya kepada Pak Arya kalau begitu," Ucap Pak Erlangga dengan mengambil buku dari tangan Dipta. Pak Erlangga melirik wajah Dipta sebentar dan merasa mengenalnya

"Baik pak kalau gitu saya per.."

"Sebentar, kamu Naradipta Pratama bukan? Mahasiswa jurusan statistika yang memenangkan percobaan bisnis digital tahun lalu itu." Pak Erlangga menunjuk Dipta dan menaruh bukunya di atas meja.

"Betul Pak, saya Naradipta."

"Nah ini dia orang yang tepat. Aji, Gavin rekrut Dipta sebagai Ceo untuk perlombaan pekan retas nanti." Pak Erlangga tersenyum bahagia seperti telah menemukan harta berharga di depannya.

"Loh pak, tidak bisa kami saja tidak mengenalnya." Ucap pria dengan Hoodie Abu itu.

"Iya Pak, saya pun tidak bisa mengikuti nya karena jadwal saya yang lumayan padat." Sahut Dipta yang langsung menolak ajakannya karena ia sudah ingin fokus berkuliah saja di semester tujuh kali ini.

"Tidak perlu berkenalan segala macam kalian ini, Dipta ini kandidat yang sangat pas untuk menjadi Ceo untuk pekan retas. Walaupun dari jurusan statistika pemahaman nya tentang bisnis dan manajemen melebihi mahasiswa di bidangnya. Ia sudah banyak mengikuti perlombaan melawan mereka dan pasti menang."

"Maaf pak saya tidak bisa menerima penawaran Bapak karena di semester tujuh ini saya sudah tidak ingin mengikuti perlombaan karena ingin fokus kuliah saja. Terima kasih Pak, kalau begitu saya permisi."

Akhirnya Dipta pun keluar dari ruangan itu, ia pun segera pergi sedangkan di dalam masih menggaduhkan perihal siapa yang menjadi Ceo.

"Pokok nya Bapak tidak mau tahu harus Dipta yang menjadi Ceo di projek kalian. Dia itu figur yang sangat sempurna. Cepat kalian bujuk dia agar mau menjadi Ceo di projek ini sebelum kelompok lain yang mengambilnya." Ucap Pak Erlangga yang langsung keluar ruangan setelahnya.

Dua Mahasiswa di dalam ruangan itu hanya bisa menghela nafas.

"Pokoknya Bapak tidak mau tahu bla bla bla, kampret orang nya aja gak mau gimana bujuk nya coba, Vin? Emang sarap Pak Erlangga tuh, capek gue." Ucap si Hoodie Abu.

"Mau gimana lagi Ji, kalau kata dia harus, ya harus. Susah emang jadi mahasiswa." Sahut si jaket army.

***

Cakraji Rajendra, Mahasiswa semester tujuh Teknik Informatika yang merasa dia salah jurusan karena sudah capek dengan hal-hal coding. Jika berkeliaran di kampus, Cakraji atau biasa dipanggil Aji ini pasti tidak ketinggalan sohibnya yang selalu berada di sebelahnya, Gavin Mahendra. Aji ini berasal dari kalangan menengah dengan keluarga yang harmonis, sedangkan Gavin itu orang kaya yang gabut berteman dengan Aji. Kalau ditanya kenapa, Gavin selalu menjawab 'Gabut aja sih, lagian kasian gak ada yang mau temenin dia jadi gue temenin aja.'

Dan Aji selalu membalasnya 'Apa apa an, itu tuh gara-gara gue udah nolongin Gavin dari kating-kating yang sering malak dia. Karena gue tuh mantan preman di SMA, jadinya kating pada takut.'

Entah mana yang benar hanya semesta yang tahu kebenarannya.

Kali ini dua manusia itu ingin mengikuti acara pekan retas yang diadakan oleh perusahaan T-Tech. Itu adalah salah satu acara terbesar yang akan dilaksanakan di ibu kota minggu depan nanti, namun sudah h-7 mereka belum mendaftar karena masih kebingungan untuk mencari Ceo untuk startup yang akan mereka buat. Awalnya mereka setuju bahwa Gavin lah yang akan menjadi Ceo tapi ternyata pendapat mereka itu ditolak mentah-mentah oleh dosen mereka karena mereka tidak lah mengerti persoalan bisnis dan aspek-aspek lainnya. Apalagi acara itu adalah berkelompok dengan masing-masing kelompok memiliki orang dengan bidang nya masing masing yaitu, teknik Informatika pastinya, bisnis atau manajemen dan desain.

***

WHY 3,14 NOT 3?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang