05

181 8 3
                                    

Teringat dengan kulkas yang sudah kosong di tengah perjalanan pulang, Eve memutuskan untuk berubah haluan ke pusat perbelanjaan yang tak jauh dari jalan menuju apartemennya. Sesampainya di pusat perbelanjaan, Eve membuka tas kerjanya dan mengeluarkan tas belanja kain yang dilipat kecil seukuran telapak tangan. Setelah melebarkan tas kain itu, Eve segera bergabung dengan keramaian yang hilir mudik dari satu toko ke toko yang lain. Dan mayoritas orang yang memenuhi tempat ini adalah para ibu yang juga memiliki tujuan sepertinya, yaitu mengisi rak kulkas yang nyaris kosong. Menghentikan langkah di toko ikan, Eve memerhatikan dengan saksama deretan ikan segar dan mulai memilih dalam hati. Selesai belanja ikan, Eve menuju toko sayur dan bergabung bersama para ibu yang sedang memilah-milah sayuran. Ada sekitar berapa menit Eve berkeliling dan berhenti begitu tas belanjanya sudah penuh. Menjadikan toko kue dessert sebagai tempat terakhir, Eve akhirnya melangkah keluar dari pusat perbelanjaan dan segera menuju parkiran sepeda.

Memasukkan tas kerja ke dalam keranjang, Eve menyampir tas belanjaan di bahu dan mulai mengayuh sepeda dengan hati-hati. Pria itu bahkan sampai mengerem dengan kaki agar tubuhnya tidak oleng oleh perbedaan massa. Memerhatikan lampu lalu lintas dan menunggu bersama para penyeberang yang lain, Eve melirik jam tangannya dan beralih pada langit.

Malam ini enaknya makan apa, ya? pikirnya serius.

Begitu lampu berubah hijau, Eve diam sejenak untuk membiarkan para pejalan kaki pergi lebih dulu baru kemudian dirinya yang kembali mengayuh dan melaju di jalur khusus sepeda. Sekitar beberapa menit kemudian, Eve akhirnya sampai dan memasuki area halaman apartemen sambil menghela napas lega.

Memarkir sepeda di paling ujung kiri, Eve yang baru turun dari sepeda dikejutkan dengan seruan yang memanggil namanya. “Eve-kun! Kau baru pulang?”

Mencari asal sumber suara, Eve temukan Urata dan Soraru yang baru tiba dengan berjalan kaki. “Soraru-san! Urata-san! Ada apa?”

Mengangkat satu kantong besar berisi makanan dan camilan, Urata membalas riang. “Kemarin, kan, kita tidak sempat melakukan perayaan untukmu. Jadi malam ini kita akan berpesta!”

Eve menanggapi dengan tawa kecil. “Ya ampun, padahal kalian tidak perlu repot-repot.”

“Jangan percaya omong kosongnya. Dia hanya mau minum-minum,” celetuk Soraru yang kemudian dibalas oleh serangan siku di rusuk oleh Urata. “Diam kau, sialan!”

Akhirnya, Eve membawa Soraru dan Urata ke rumahnya dan mempersilahkan keduanya untuk masuk lebih dulu. Soraru dan Urata mengucap salam sembari mengganti alas kaki dengan sandal rumah yang disediakan di rak sepatu dekat pintu. Sedangkan Eve di belakang menjawab salam menyusul dan menurunkan tas belanjaannya sejenak. Berbalik untuk menunggu Eve, Soraru memerhatikan si junior yang saat ini sibuk merogoh lengan cardigan-nya lalu mengeluarkan segenggam snack kecil untuk kemudian di masukkan ke dalam keranjang yang tergantung di atas pintu.

“Aih, imut sekali kebiasaanmu ini, ya,” ledek Soraru.

Eve yang diledek mengulum senyum malu. Tapi kemudian berubah ekspresi menjadi waspada dan memberi ultimatum seraya tangan melindungi keranjang snack. “Yang disini jangan diambil, lho!”

“ ... kau pikir aku ini tukang jajan macam dirimu?”

“Tapi Soraru-san suka makan, kan?”

“Semua manusia juga suka makan. Ayo cepat masuk! Biar aku yang masak malam ini!”

Membawa kantong belanjaan ke dapur, Eve menyerahkan dapur untuk di kuasai Soraru dan menunggu hidangan siap bersama Urata yang entah sejak kapan sudah menyalakan TV sambil memangku chiki dan sebotol minuman bersoda. Tertarik untuk bergabung, Eve merogoh kantong makanan yang di letakkan diatas meja tamu dan memilah-milah jajanan. Menemukan yang cocok dengan seleranya, Eve mengambil beberapa umaibo dan duduk di samping Urata.

YOKU  ||  SouEveWhere stories live. Discover now