"Terima kasih." ucap Yuna.

Tiba-tiba suasana menjadi ramai, orang-orang yang tadi dirinya temui di sepanjang jalannya berkumpul dan memainkan berbagai benda itu dan membuat suasana riuh yang menyenangkan.

Yuna benar-benar terpukau dengan sambutan itu, perempuan itu melihat Sing yang hanya tersenyum.

Laki-laki itu benar-benar cukup romantis dan perhatian kepadanya.

"Sing." Yuna merangkul lengan Sing.

Perempuan itu menyenderkan kepalanya ke bahu Sing. Dirinya menikmati keriuhan itu dengan senang hati.

"Terima kasih, kau adalah laki-laki terbaik yang aku temui sejauh ini." ucap Yuna.

"Terima kasih juga, aku benar-benar bersyukur bertemu perempuan seramah dan semanis dirimu, Yuna."

***

[Masa kini, 2023]

Ketegangan pagi itu berubah, ketika tiba-tiba sebuah lagu terdengar dari dalam saku jaket Davin.

Seseorang memanggilnya. Segera laki-laki itu mengangkatnya.

"Apa? Oke, gue ke sana." ucap Davin.

Davin melihat Leo dan Sing.

"Gue duluan, kita bisa bicarain ini lagi nanti." ucap Davin yang bangkit dari duduknya.

"Lo mau kemana? Lo ninggalin gue sama Sing?" tanya Leo.

"Gue ada urusan, gue ini juragan sapi! Sibuk banget gue. Gue balik lagi nanti siang."

"Tapi...."

"Kalo Laper makan aja apa yang ada di dapur, gue pergi duluan." Davin bergegas pergi dari sana. Dirinya benar-benar meninggalkan keduanya sendirian di desa tanpa penghuni itu.

Leo melihat dengan gugup Sing. Situasi saat ini belum di jelaskan dengan baik oleh Sing.

Yang Leo tau saat ini, bahwa Sing adalah seorang vampir. Meski Leo masih belum percaya sepenuhnya.

"Lo.... Apa lo mau makan gue? Kalo iya, kenapa nggak sekalian pas di hutan." ucap Leo dengan nada terbata-bata itu.

"Aku tidak memangsa manusia, aku tidak sejahat itu." ucap Sing.

"Omong-omong, kenapa lo bisa ada di hutan? Sebenarnya apa yang terjadi?" Leo mencoba untuk bertanya. Dirinya tidak tau harus melakukan apa di tempat itu hanya dengan Sing.

"Entahlah. Aku tidak ingat."

"Jadi, ingatan lo terpotong-potong gitu?"

Sing mengangguk.

Leo berdiri dari duduknya, laki-laki berkaos putih dengan kemeja merah itu memilih untuk pergi menuju ke dapur untuk mengambil dua Snack dan dua air mineral.

Dirinya kembali dan menemukan Sing yang kembali melihat anyaman-anyaman itu.

"Sing, lo mau keluar, nggak? Kayaknya suasana di luar adem, deh." ucap Leo.

Sing mengangguk setuju. Leo segera memberikan satu Snack dan satu air mineral itu ke Sing yang bingung.

"Ayo!" Leo membuka pintu dan terasa jelas hembusan angin pagi itu.

"Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Sing bingung.

Keduanya berada di luar teras. Leo meletakkan makannya dan diikuti oleh Sing.

"Gimana kalo kita olahraga?"

"Apa? Apa maksud mu?"

"Nggak ada hp, nggak ada orang dan nggak ada tv. Gue nggak tau mau bersih-bersih rumah ini gimana. Jadi, menurut gue olahraga adalah hal yang terbaik, sambil nunggu Davin dateng." Terang Leo.

Sing masih diam.

"Gue nggak tau, kehidupan 123 tahun lalu, yang gue tau sekarang adalah kehidupan ini membosankan." ucap Leo.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Lari? Lo tau lari, kan? Nah, kita lari dari sini ke ujung gapura dan balik lagi ke sini. Gimana?" usul Leo.

"Tentu saja. Apa kau sanggup? Sepertinya kau laki-laki yang lemah." ucap Sing tanpa memahami ucapannya.

"Dih, jangan lihat dari luarnya. Gue ini kuat luar dalam!" ucap Leo, sembari melepaskan Kemeja kotak-kotak yang dirinya letakan di meja bundar itu.

Leo bahkan mencoba untuk menunjukkan ototnya ke Sing.

"Laki gue! Sejati!!" ucap Leo.

"1,2,3." Sing berlari terlebih dahulu. Itu membuat Leo terdiam untuk beberapa detik.

"Lho... Kok.... Lho...."

"Woi, Sing! Lo curang!!" Leo tidak terima. Dirinya memaki dengan keras dan berlari menyusul Sing.

"Tidak. Aku tidak curang, kau saja yang lambat!"

"Kata siapa? Curang itu, woi!!"

****

Vampayeer || Xodiac ✅Where stories live. Discover now