Di balik Cerita

145 8 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Ayah kamu masuk rumah sakit lagi Naren".
Ibunya menangis saat mengatakan itu. Dua hari sejak kejadian ayahnya menaparnya, ayah dan anak itu tidak pernah bertegur sapa. Naren bahkan tidak pulang selama dua hari itu. Baru hari ini dia mendapatkan kabar bahwa ayahnya kembali masuk ke rumah sakit.

Naren tidak berani bertatap muka dengan ayahnya. Ada rasa malu juga rasa tidak berhak untuk bertemu dengan sosok yang sangat dia segani. Setelah mendapatkan telepon dari ibunya, Naren masih termenung. Duduk di area lahan luas yang bahkan dia tidak tahu di mana ini.

Hingga malam menjelang, dia masih berada di sana. Tidak beranjak barang sedetik pun. Sampai dering telepon miliknya kembali berbunyi. Dia menerima panggilan dari ibunya itu.

"Narenn"
Ucap sang ibu parau. Naren tidak tahu mengapa hatinya terasa diremat saat ibunya memanggil seperti itu.

"Ayah meninggal Ren. Ayah kamu pergi ninggalin kita".
Kalimat itu seperti menusuk tepat di jantung Naren. Dia meremat ponselnya dengan amat kuat. Tangannya gemetar, tidak tau harus merespon seperti apa perkataan ibunya.

"Pulang nak, temui ayah kamu untuk terakhir kalinya".

Perkataan itu lah yang membuat Naren berada di sini. Di ruangan di mana ayahnya sudah terbujur kaku. Wajah tua itu bahkan tidak lagi bisa memandang Naren dengan galak. Naren bersimpuh. Dia menggenggam tangan yang selama ini selalu menjaganya.

"Ayaah, Naren minta maaf".
Satu tetes air mata membasahi pipi cowok itu. Dia menggenggam tangan sang ayah lebih kuat lagi.

Bu Wina hanya mampu menangis melihat itu. Dia tidak menyangka suaminya akan meninggalkan dia dan anaknya dalam keadaan seperti ini. Di mana ayah dan anaknya bahkan tidak berbicara satu sama lain. Dalam kesalahpahaman yang tidak sempat terselesaikan.

"Ayah, Naren minta maaf. Naren bikin ayah kecewa".
Hanya kalimat itu yang selalu Naren ulang. Sampai dia harus melihat ayahnya masuk ke dalam peti. Di tempat peristirahatan terakhirnya.

Pemakaman yang dilakukan secara cepat. Beberapa kenalan ayah dan ibunya hadir di sana. Naren hanya mampu berdiri diam. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Rasanya dunia hancur hanya karena kebaikan yang dia berikan pada nasib seseorang.

"Naren".
Cowok itu menoleh. Di depannya berdiri gadis yang menjadi akibat dari permasalahan ini.

"Aku mau minta maaf".
Naren terkekeh. Permintaan maaf itu rasanya sudah basi. Dia memandang sinis pada Sara. Gadis yang terlihat pucat dengan penampilan serba hitam itu.

"Saya rasa permintaan maaf sudah tidak berlaku apa-apa. Bisa kita akhiri ini semua? Jangan pernah temui saya lagi. Hidup saya sudah hancur karena perbuatan kamu".
Ucap Naren tanpa tau perkataannya itu menyakiti Sara. Dia sudah tidak peduli. Untuk apa berbuat baik, jika balasannya berkali-kali lipat menyakiti Naren.

Falling Into You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang