[Bab 02; Tujuh Tahun Berlalu]

Start from the beginning
                                    

Hasbi kembali berusaha menuntun Aruna, kali ini lebih kuat sampai tubuh Aruna limbung namun berhasil menyingkir.

" Abi, Abi!! " pecah, tangisnya tak lagi bisa ditahan. Ia terus memanggil Abi dan  berniat untuk menyusul namun Hasbi menahan. Dengan kuat bahkan kewalahan Hasbi menahan tubuh Aruna yang terus berusaha untuk berlari menyusul Abi.

" Abi! "

*tes!

Tetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata kiri membuat lamunan Aruna tentang kilas balik tersebut buyar. Raganya kini tengah berdiri di samping satu makam yang selalu terawat dan nampak cukup bersih meski terdapat beberapa rerumputan liar yang mulai tumbuh pada tepi makam.

Abiyasa Respati

Begitu kiranya nama yang terukir pada nisan usang yang mulai lapuk dimakan usia. Akibat sering terbasahi air hujan, kini warna asli kayu dari nisan tersebut sudah berganti, kehitaman dan sedikit kotor.

Terik matahari yang menyorot tepat pada wajah, tidak membuat Aruna mengeluh kepanasan ataupun menyingkir mencari tempat yang lebih teduh, ia kini justru berjongkok guna menabur bunga di sana.

" Hasbi bilang, hari ini ulang tahun pernikahan yang ke enam, itu artinya sudah tujuh tahun sejak kamu pulang mas " di sela ucapan, Aruna menyempatkan diri untuk mencabut rerumputan halus di tepi makam. Menyiram nisan dengan air mineral yang sempat ia bawa dari Cafe tadi.

Iya, Aruna tidak berbohong bahwa hari minggu ini ia perlu berkunjung ke Cafe tempat ia mengelola bisnis, namun ia tidak menghabiskan waktu di sana karena sudah berniat akan pergi ke makam Abi. Aruna lebih memilih menghabiskan waktu di makam Abi dibanding Cafe atau bahkan rumah sendiri, kasarnya.

" Maaf, karena sampai hari ini aku belum mampu untuk jatuh hati kepada Hasbi. Berusaha jatuh hati kepada Hasbi terlalu menguras tenaga, tapi aku tetap berusaha setiap hari kok mas.. "

" Aku akui, menikah dengan Hasbi hanya aku jadikan pelampiasan. Aku terlalu takut menerima fakta bahwa kamu sudah tidak di sini, jadi aku mau menikah dengan Hasbi karena berharap aku tetap bisa melihat diri kamu pada diri Hasbi. Tapi ternyata, hanya fisik kalian yang sama, lain-lainnya tidak. "

Betul, bahwa Abi dan Hasbi merupakan saudara kembar identik yang nyaris tidak memiliki perbedaan sama sekali selain dari karakter. Namun meski demikian, Aruna tetap hanya jatuh hati pada sosok Abi, tidak dengan Hasbi. Entah karena sudah menganggap Hasbi sebagai saudara sendiri sebelumnya atau karena alasan lain yang tidak disadari.

Abi memiliki perangai yang ceria, berbeda dengan Hasbi yang tampil lebih kikuk. Abi merupakan seorang social butterfly, tapi Hasbi, temanpun bisa dihitung jari.

Banyak hal dalam diri Abi yang mampu membuat Aruna jatuh hati setiap detik, namun semua usaha dan totalitas yang Hasbi lakukan untuk meluluhkan hatinya masih tetap tidak membuahkan hasil.

" Setiap kali aku berusaha untuk cinta pada Hasbi, selalu ada penolakan dalam diri aku. Aku heran deh mas, apa perasaan aku sudah ada di genggaman kamu seutuhnya? Sampai-sampai, gak tersisa untuk orang lain. Hahah, licik kamu mas "

Dua mata bernetra hitam tersebut kembali berkabut. Sebelum air mata benar-benar menetes, Aruna menutup wajah dengan kedua tangannya. Seolah merasa malu ketika menangis kini, khawatir ada yang memperhatikannya.

" Oh ya, hari ini aku masih dingin pada anak-anak. Senja dan Sore.. Aku merasa sangat bersalah sebetulnya setiap kali bertindak tegas tanpa tujuan, marah tanpa sebab yang berarti atau membentak tanpa permisi "

" Aku sayang mereka, secara utuh. Tapi aku paham bahwa tempramenku bisa melukai mereka, jadi aku lebih memilih untuk menghindar.. Aku takut dan gak mau mereka luka "

Serayu SenjaWhere stories live. Discover now