Intro | Aller

618 32 2
                                    

"Hah, akhirnya sampai juga."

Tas berat Ia jatuhkan di depan sebuah pintu. Merasa kekurangan pasokan udara akibat kegiatan beratnya, Ia pun menghirup napas sebanyak mungkin.

Tangannya masuk ke dalam saku jaketnya, "Di mana kuncinya, ya?"

Cukup lama Ia mencari, akibat terlalu banyak saku di jaket yang Ia kenakan. Namun pada akhirnya, Ia bernapas lega dan tersenyum sembari mengangkat apa yang Ia cari.

"Syukurlah. Kukira hilang," leganya dengan bahagia.

"Gunakan saja rumah kami yang ada di kota. Sebenarnya itu sebuah rumah kontrakan, tapi karena kau adalah keponakan kami, untuk kau kami beri gratis."

"Tante Chorong memang aneh," kikiknya sembari memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Kunci Ia putar, dan terbukalah pintu di hadapannya.

Aroma yang cukup nikmat menyeruak ke penciumannya. Wangi lavender yang bercampur dengan aroma sejuk, sepertinya ini sesuatu yang Ia suka.

"Kak Doyoung benar. Ini masih terawat dengan baik," gumam pria tersebut mengingat kalimat kakak sepupunya tempo hari. Ia mulai berjalan membelah ruangan, mengamati setiap hal yang ada di dalam sana.

Ia sedikit terheran melihat isi rumah tersebut. Sembari berkacak pinggang Ia bergumam, "Namun, rumah sebesar ini akan kutinggali sendiri? Ada lima kamar tidur dan aku sendirian?"

"Yah, syukurlah. Aku juga lebih nyaman tinggal sendiri," Ia menggeleng kecil, menyadari bahwa keadaannya sekarang menguntungkan untuknya.

Ia pun memilih untuk mencari kamar yang tepat untuknya. Setelah mengamati kelima kamar tersebut, Ia pun memutuskan. Salah satu kamar memang dirancang untuk dihuni oleh satu orang saja, sedangkan kamar lainnya untuk dua orang.

Segera kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut dan meletakkan barang-barangnya, "Benar. Lebih minimalis pasti akan lebih nyaman."

"Tapi, rasanya sangat aneh jika aku tinggal sendiri. Apa Tante Chorong mengatakan sesuatu tentang penghuni di rumah ini? Aku tidak ingat," lirihnya sembari mendudukkan diri di kasur yang ada di sana.

"Hah... Perjalanan dari Busan menuju Seoul benar-benar melelahkan. Untung saja kuliahku baru akan dimulai dua minggu lagi..." matanya terpejam seiring dengan tubuhnya yang mulai terbaring sempurna di sana. Ia menikmati waktu istirahatnya sejenak, sebelum akhirnya dering telpon menggugahnya.

Ia pun menjulurkan tangannya, berusaha meraih ponsel yang ada di nakas. Matanya membaca sejenak sang pemanggil, "Om Suho?"

"Halo, Om? Ada apa?" tanya pria tersebut setelah menempelkan ponselnya di telinganya.

"Hanbin, sudah sampai di rumahnya?"

"Iya, Om. Saya sudah sampai. Rumahnya bagus dan nyaman. Sepertinya saya akan betah di sini," balas Hanbin sembari tersenyum manis.

"Syukurlah. Om dan Tante sedikit khawatir kalau kau tidak nyaman. Jangan khawatir, kami tidak akan lepas pengawasan dari rumah itu, kok. Bagaimanapun juga rumah itu tetap kontrakan kami."

Dahi Hanbin mengernyit, "Eh? Tetap menjadi kontrakan?"

"Benar. Ah, kau tidak termasuk pengontraknya. Jangan khawatir, kau tidak perlu membayar."

"P-Pengontraknya??" mulut pria Sung itu terbuka lebar.

'TING! TONG!'

"E-Eh?" Ia menoleh pada suara pintu yang ada di ujung sana. Ia pun mulai kebingungan, dan pada akhirnya bertanya, "A-Apa akan ada orang lain yang tinggal di rumah ini, Om?"

Bon Voyage || ℤ𝔹𝟙-𝕂𝕖𝕡𝟙𝕖𝕣 Where stories live. Discover now