531 - Di Dalam Lift

11 5 1
                                    

Setelah Dami, Handong dan Yoohyeon berhasil masuk ke dalam lift itu, semuanya langsung naik meninggalkan tempat itu bersamaan dengan semburan air yang muncul dari arah lorong di mana tentakel itu berada. Ketika lift naik ke atas, cucuran air juga menyelinap masuk dari arah atas menandakan kebanjiran di atas sana juga sudah mulai masuk menerobos lift tersebut.

Handong duduk sambil bersandar di dinding lift sambil mengangkat kedua tangan. “Kenapa juga aku melakukan semua ini? Seharusnya aku melarikan diri sendirian.”

“Karena meski kasar, kamu itu baik.” JiU membalas pelan sambil tersenyum, ia duduk di samping kanan Handong sambil mengelus pundak Handong, bahkan menarik rambut pirang gadis itu.

“Tak perlu menjawabku!” bentak Handong membuat JiU terperanjat lalu mendekat ke arah Gahyeon berada. Sedangkan Handong beranjak berdiri seolah tenaganya sudah kembali.

“Dia menakutkan deh,” gumam JiU dengan bibir cemberut sambil memeluk Gahyeon dari samping, mereka memang masih duduk.

“Kakak jangan membuatnya marah,” usul Gahyeon dengan suara yang pelan.

“Dia manis dengan rambut itu.”

“Jangan keras-keras, dia tak akan suka,” bisik Gahyeon.

“Sial, bangunannya benar-benar tenggelam.” Handong menggerutu tampak sangat kesal.

“Dan kita kehilangan komunikasi dengan Kak SuA dan kak Siyeon.” Gahyeon membalas sambil mengelus kepala White, meski ia sedang dipeluk JiU, tangannya masih bisa bebas..

“Mereka tidak akan mati,” sahut Dami pelan.

“Tapi aku tetap khawatir pada mereka.” Gahyeon segera membalas.

“Iya, aku ingin tahu kondisi mereka seperti apa.” JiU menimpali, masih saja belu melepaskan pelukannya.

“Kenapa kau tak menghubungi mereka saja?” Dami mengusulkan.

“Aku mau, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.”

“Terserahlah.”

Karena air tumpah dalam jumlah banyak dari atas, karena di dalam lift sana terdapat rongga-rongga kecil di sela bawah lantai, tak terjadi genangan sehingga JiU dan Gahyeon tampak tak keberatan tetap duduk sambil bersandar di sana.

“Banyak sekali ya air yang masuk.” JiU bergumam mendongak ke atas, air memang masuk melalui celah lift.

“Lantai di atas memang sudah terendam air.” Dami membalas pelan.

“Begitu rupanya.”

“Setelah melewati beberapa lantai, mungkin air akan berhenti masuk.”

“Liftnya lama sekali naik.” Handong tampak tak sabaran.

“Setidaknya benda ini tidak macet,” gumam JiU, perkataannya sontak membuat Handong memutar pandangan ke arahnya, ia langsung memelototi JiU tak senang.

“Ap ... Apa? Kenapa memandang aku seperti itu?” tanya JiU sambil melepaskan pelukan dari Gahyeon.

Handong pun membungkuk lalu menegur keras padanya. “Kenapa kau terus ikut-ikutan bicara? Membuatku muak tahu.”

“Handong, jangan bersikap seperti itu padaku. Kita teman baik ya kan, tak ada salahnya saling berbicara,” ucap JiU tampak takut-takut, ia semakin merapat pada Gahyeon.

“Aku tak suka gayamu yang sok imut.”

“Aku memang imut tuh.”

Handong berdesis sambil kembali menegakkan tubuhnya  mengangkat tinju seolah akan memukul. JiU langsung merengut lalu memeluk Gahyeon—lagi.

Nightmare - Escape the ERA 4th Stories (DreamCatcher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang