chapter 03

72 54 75
                                    

Semoga suka!!(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semoga suka!!(⁠≧⁠▽⁠≦⁠).

□ □⁠ □⁠ 

~Secret area.

Sosok itu duduk di kursi. dengan pakaian serba hitam yg berbalutkan percikan api disekelilingnya, serta hawa panas itu. mampu membuat semua orang yg berada disana bergetar ketakutan.

Didepannya terdapat meja kecil yg menampung benda yg terbuat dari kaca, Seringai terbit diwajahnya, saat melihat partikel kecil didalam benda kaca itu bergerak. pergerakan disana mulai terlihat, partikel itu mulai hidup, Akhirnya, setelah sekian lama.

Suara bariton ia suarakan membuat semua bergidik ngeri, tidak ada yg bisa dilakukan selain menundukkan kepala kepada sang penguasa yg sedang berbahagia.

"Sebentar lagi," Suara itu ditekan, "Peristiwa yg telah lama ditunggu akan terjadi," Tawanya menggelegar diakhir kalimat membuat atmosfer disana bertahan kentara.

°°°

"GruAahGhhh..."

Uhhh... nikmat mana yg kau dustakan batin Vera puas setelah menggelegar kan sendawa saat merasakan kenyang setelah menyantap habis makan siang diatas meja.

Menyandarkan bahu ke kursi serta menepuk pelan perut yg sedikit membuncit, Vera terkekeh geli melihat perutnya seperti balon.

"Kau, tidak takut akan melambung ke udara dengan perutmu yg membuncit itu?" tanya Sargas yg menatap jengah kearahnya.

Vera menatap Sargas dengan mengejek, "Bilang saja kalau kau cemburu karna aku menghabiskan daging tadi, bukan?"

Sargas mendengkus mendengar pertanyaan balik Vera,l tadi, dia sedikit terlambat datang dikarenakan ada sedikit urusan sebelum menuju meja makan, dan berinisiatif menyantap daging yg ia dengar dari pelayan koki.

Namun, ternyata dia kala cepat saat menatap beef dengan Baluran saus yg menggoda itu sudah berada dipiring Vera dengan memuncak, 'dasar rakus' itulah rapalan Sargas saat melihat setiap serat yang memasuki mulut Vera, beberapa waktu lalu.

Dimeja makan itu terdapat tiga orang disana. Vera, Bi Genis dan juga Sargas. Tuan? tidak ada, bi Genis tadi mengatakan jika tuan tidak bisa ikut serta makan siang. Entahlah katanya tuan sedang ada pekerjaan.

"Melambung? Itu lebih baik, aku takut tonjolan itu akan meledak sebentar lagi, kita tunggu saja" bi Genis menambahi dengan candaan diakhir.

Sekarang giliran Vera yg mendengkus, mereka ini suka sekali menggodanya.

Kini matanya beralih menatap benda yg beberapa waktu lalu yg terlempar kearahnya, meringis merasakan kenikmatan yg tadi ia rasakan dari benda itu. Karet? Tapi kenapa bisa sesakit itu.

"Bi Genis" panggil nya sambil menunjuk benda yg tergeletak disana "Kau dapat dari mana benda itu? Aku seperti tidak asing dengan bentuknya" menatap lekat benda tersebut.

Bi Genis ikut melihat yg dikatakan Vera, "Oh... itu aku menemukan nya disamping kolam ikan, kau tidak ingat? Itu sendok untuk menyuapi ikan-ikan manja mu"

Mulut Vera membentuk O sambil kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi, pantas saja ia merasa familiar, kenapa dia bisa melupakan sendok legenda itu, memejamkan mata dan tidak mau ambil pusing mengenai benda itu.

Hah ... Mendengar kata ikan, Ia jadi ingin berkunjung, sudah lama tidak kesana.

°°°

Di tempat lain, lebih tepatnya lorong kecil ruangan disebelah sana, terdapat dua orang pelayan biasa yg sedang bergosip.

"Kau melihatnya?" tanya nya, "Salah satu dari Mereka tadi tidak sengaja memecahkan benda kaca disudut ruangan itu"

"Iya, aku juga melihatnya" sahutnya menoleh kearah sang teman, "Dan, aku yakin tuan akan marah jika mengetahuinya" sambung nya memberi tahu.

Tadi mereka melihat salah satu pelayan disana memecahkan benda kaca yg biasanya selalu ada di setiap sudut ruangan, mereka juga bingung kenapa dikediaman ini selalu ditaruh benda semacam itu, bahkan tidak pernah absen disetiap pandangan dikediaman ini.

"Sudahlah, ayo kembali berkerja" menarik temannya meninggalkan tempat itu, "Matahari sudah berhenti menjilat, lebih baik kita cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan kita dan pulang" lanjutnya sambil berlalu.

Tanpa mereka sadari bahwa ada sosok lain mendengarkan pembicaraan mereka dari balik tembok, pikirannya berkelana mengenai hal apa yg akan terjadi dari dampak tersebut.

Sosok itu keluar dari persembunyian. Melangkah mendekati jendela. Sambil memasukkan tangan ke saku celana, melirik kebawah, disana terdapat lahan taman yg memanjakan mata, menghela nafas gusar, apa ini sudah waktunya?

°°°

Kaki kecil itu bersenandung ria diatas granit putih yg sepanjang jalur di lalui, "huaa, sudah lama aku tidak berkunjung kesini" ucapnya saat berhenti didepan hamparan bunga yg menyapu pandangan.

Tawanya tidak bisa dibendung saking bahagianya, tersenyum ceria seperti tiada beban, mengitari lahan yg semula granit menjadi rumput-rumput halus yg memanjakan kaki, alas kaki yg sedari tadi membalut kakinya, entah kemana perginya.

Memejamkan mata, menghirup rakus udara yg ia rindukan, garis melengkung berwarna merah muda itu tidak pernah absen disana, iris mata kucing tersebut perlahan terbuka, menatap lentera merungguh memenuhi penglihatan.

Tersenyum saat matanya menyapu pandangan, didepannya terdapat lahan taman yg ia anggap teman baginya, taman bunga yg terdapat danau kecil berpenghuni ikan-ikan kesayangan, pohon serta tanaman buah merambat yg berbagai jenis, dan jangan lupakan hamparan bunga yg memanjakan mata.

Telunjuknya mengacung kedepan mengabsen berbagai bunga, "tulip, mawar, lavender, daffod--" suaranya tercekat, Mulutnya tidak bisa melanjutkan ucapan saat melihat sesuatu diujung sana, ia meremang.

°°°

Derap langkah kaki dari beberapa orang tergesa-gesa menuju taman belakang, napas bergemuruh tidak teratur saking cepatnya berlari, menggelincir aliran bening di pelipis tidak membuat gundah tuk terus berlari, satu nama dibenak mereka, VERA!


***
huhuu ... Vera kenapa ya?
See'u guys. (⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

Tbc.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Vera bellezza [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang