Shit! Brother Love?!

Start from the beginning
                                    

*****

Sudah hampir satu Minggu lamanya Rivanca tidak bisa menemuinya karena Meera sendiri juga tidak ingin bertemu bahkan gadis itu mulai sering pergi dijemput oleh Enggar untuk berangkat bersama ke sekolah. Tentu saja Enggar merasa sedikit bebas ketika Rivanca tidak ada disekolahnya lebih tepatnya karena Adhery yang melarangnya sementara sampai waktu dia habis kena masa diskorsing nya.

Meera juga bingung saat terakhir dia bangun beberapa hari yang lalu dengan bayangan malam yang memenuhi mimpinya, setelah Rivanca melakukan sesuatu padanya meski Meera tak mengetahuinya apapun yang terjadi menimpanya waktu malam itu. Meera juga bingung karena sakit dikepalanya lebih menyiksanya.

Walau sekilas sekelebat bayangan gelap familiar akan wajah samar Rivanca terlintas begitu saja dalam ingatannya sedikit tersisa. Wajah Meera memerah malu seketika dalam pikirannya yang hampir selalu muncul cowok itu.

"Kenapa aku jadi mikirin dia kok aneh banget sih?" gumam Meera kebingungan yang tak mengerti akan dirinya. Saat itu ia juga baru sadar mengalami menstruasi begitu terbangun di pagi harinya.

Meera tak begitu curiga akan dirinya sendiri yang terasa sedikit aneh ketika rasa nyeri dibagian pangkal pahanya begitu berdenyut ngilu ketika Meera mulai bergerak. Bahkan Meera sempat terdiam sesaat melihat pada bagian salah satu pahanya juga ikut membiru seperti ada bekas tapak cengkraman kuat yang tertinggal disana seolah mencakarknya.

Apa aku yang terlalu keras saat mengigau? Meera malah menyalahkan dirinya sendiri. Kebiasaan Meera pernah menyentuh tubuhnya sendiri masih teringat jelas ketika dia dulu hampir sering melakukannya.

Itupun tak cukup memuaskan kecuali disaat malam-malam tertentu sampai sosok bayangan aneh dalam mimpinya itu akhirnya datang untuk membuat Meera bisa merasakan sesuatu yang luar biasa, walau dia tak begitu menyadarinya saat ada seseorang yang ikut bersama dengannya akan sedikit membantu kesusahan gadis itu hingga berhasil mendapatkannya.

Untungnya Enggar datang ketika Meera mau berangkat sekolah jadi ia tidak perlu khawatir akan rasa sakitnya itu ketika ia akan berjalan jauh,, "Lo kenapa Meer? Kaki Lo lagi sakit?" tanya Enggar sedikit heran melihat cara jalan Meera sedikit mengangkang.

"Nggak tau nih, aku kayaknya lagi datang bulan deh umhh,," jawab Meera agak ragu entahlah dia bingung ketika teringat noda merah dikamarnya, padahal tanggal merah Meera masih beberapa hari lagi namun ini terlalu sedikit cepat dari biasanya. Enggar lantas tersenyum kecil seakan meangguk paham walau agak aneh baginya.

"Mau aku elusin gak perutnya? Kali aja ada dedek bayi aku tumbuh disana,," gurau Enggar tanpa sadar akan ucapannya itu sambil ingin menyentuh perut Meera dibalik seragamnya.

"Mana mungkin ah!" kesal Meera agak sensitivitas lalu menepisnya, ketika mereka berdua masih berada didepan pintu kostnya. Ia tidak mau bersentuhan dengan siapapun termasuk Enggar sedikit manyun dibuatnya.

Hingga pulang sekolah pun Enggar yang mengantarkan Meera dengan selamat. Mengingat wajah Meera juga sedikit pucat dibarengi rasa sakit perutnya dan kakinya tak biasanya berjalan masih perih Meera memilih untuk pulang cepat agar bisa beristirahat dengan tenang. Selepas Enggar pergi. Tak lama kemudian Rivanca datang untuk menemuinya pada sore hari itu. Cowok itu sedang menahan cemburu beratnya saat melihat Meera dekat dengan temannya diluar sana.

Rivanca ingin sekali masuk sekolah tapi harus menunggu lebih sabar lagi akan masa waktu dia kena skorsingnya sampai habis. Barulah  dia bisa kembali memasuki kelasnya dengan tenang tanpa usiran dari ketua OSIS.

"Meera buka pintunya sayang! Gue mau masuk anjing!!" teriak Rivanca tiba-tiba emosi sambil menggedor keras bahkan dia juga menendang-nendang pintu rumah kost itu tanpa ampun yang sedang Meera tahan agar tak mudah terbuka walau gadis itu sudah menguncinya dari dalam takut kalau Rivanca akan berhasil membukanya paksa menerobos ingin masuk.

Bad The GengWhere stories live. Discover now