8] Galau

7.5K 1K 123
                                    

Ini sudah tiga hari sejak Pio mengirimiku pesan selamat tinggal.  Sejak itu pula ia tak sekalipun memberiku kabar apapun. Nomornya tak pernah aktif dan sepertinya ia benar-benar menghilang dariku. Pio tau cara menyiksaku. Ini siksaan paling berat yang ia berikan kepadaku.

Kemarin serta tadi siang aku mencoba pergi ke rumahnya. Tapi di sana aku hanya dapat menemui Virgo dan pembantunya. Pio tak ada di rumah. Kata Virgo, Pio sedang sibuk dengan sesuatu dan dia tidak pulang. Tapi Virgo memastikan bahwa Pio baik-baik saja—meskipun aku tau sesungguhnya ia tidak sedang dalam keadaan baik sama sekali.

Aku sudah seperti orang gila mencari keberadaan Pio. Aku bahkan bertanya kepada beberapa teman Pio mengenai keberadaannya, tapi mereka semua menjawab 'tidak tau'. Aku yakin mereka sebenarnya tau, tapi mereka tak mengatakannya. Aku tak tau harus ke mana lagi mencari Pio. Aku benar-benar ingin menemuinya. Aku merindukannya. Sangat merindukannya. Aku benar-benar ingin memeluknya.

Kuhapus air mata yang tanpa sadar telah mengalir di pipiku. Aku tak mau kehilangannya. Ini menyakitkan. Rasanya seperti ada yang menekan jantung dan menghimpit paru-paruku sehingga membuatku tidak bisa bernapas. Aku bisa mati jika seperti ini terus. Aku ingin menemuinya. Aku ingin hubunganku dan Pio kembali seperti semula.

Kini tiba-tiba sosok Lando melintas begitu saja di pikiranku. Dasar Lando perusak hubungan orang! Lando menyebalkan! Sangat menyebalkan! Gara-gara dia hubunganku dengan Pio terancam rusak. Oh tidak, hubunganku dan Pio memang sudah rusak!

Kembali air mata mengalir dari mataku tanpa bisa kucegah. Kenapa harus Lando penyebab semuanya? Meskipun aku sebal setengah mati dengannya, tapi aku tetap tak bisa membencinya. Bagaimanapun, Lando itu orang yang baik—meskipun menyebalkan. Bahkan kalau boleh dibilang, aku agak merindukannya. Ya! Aku merindukannya. Biasanya ia akan meramaikan hapeku dengan segudang pertanyaan bodoh mengenai 'cara mendekati cewek'. Sekarang, satu pesanpun tak kuterima darinya. Rasanya seperti ada yang hilang.

Andai Lando mengatakan semuanya dari awal, mungkin hubungan kami akan baik-baik saja. Mungkin kami bisa menjalin pertemanan—bahkan persahabatan—tanpa adanya salah paham seperti ini. Dan yang pasti, hubunganku dan Pio tak akan hancur seperti ini.

Sebenarnya, aku masih tak mempercayai bahwa cewek yang Lando sukai itu aku. Karena bagaimanapun, ia tak pernah menunjukan gelagat 'jatuh cinta' kepadaku. Tapi kalau benar yang ia cintai adalah aku, aku pun tak tau harus berbuat apa. Itu kalau benar yang ia cintai adalah aku. Dan kalau salah, mungkin aku akan bunuh diri karena malu. Ya, malu karena aku sudah marah-marah seenakku sambil menuduhnya bahwa orang yang ia sukai adalah aku. Aku benar-benar bisa gila memikirkan masalahku dengan Pio ataupun masalahku dengan Lando.

"Kak, makan gih," ucap seseorang dari arah pintu kamarku. Aku menoleh ke arah tersebut dan mendapati Irla tengah berdiri di sana sambil memandangku prihatin.

"Gak laper."

"Mama sama Papa ntar malem pulang, masak lo tega ngebuat mereka cemas dengan keadaan lo yang kayak begini."

"Gue lagi galau, gak usah diganggu," ucapku sebal sambil memeluk boneka beruang pemberian Pio.

"Ya paling enggak makan kek, biar lo tambah kuat galaunya," sindirnya yang membuatku kesal sendiri.

"Gue gak mau makan sebelum ketemu sama Pio!"

"Lo bakalan mati duluan sebelum ketemu Kak Scorpi kalau lo gak makan. Udah sana turun, makan! Keburu mati ntar!" katanya terdengar kesal. Setelah itu kudengar langkah kakinya menjauh dari pintu kamarku.

Kenapa aku punya adik menyebalkan seperti Irla, sih? Harusnya simpati kek, malah nyumpahi mati kayak gitu. Dasar durhaka!

Tapi benar juga, kalau aku mati bagaimana? Seharian aku juga belum makan apa-apa. Bagaimana kalau aku mati duluan sebelum bertemu dengan Pio? Astaga, mana mungkin sih, orang bisa mati karena galau dan belum makan! Gak ada kan, sejarahnya yang kayak begitu. Tapi, aku juga gak mau jadi orang pertama yang mati karena galau dan tidak makan.

[2] Dewi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang