08| Penyesalan.

45 11 27
                                    

❝Hukum alam itu nyata, siapa yang menyakiti juga pasti akan tersakiti nantinya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

❝Hukum alam itu nyata, siapa yang menyakiti juga pasti akan tersakiti nantinya.❞

Selamat membaca ⚘

Disinilah Kansha sekarang, berdiri menatap sekolah barunya di kota kembang. Setelah kejadian itu, Riana memutuskan untuk memindahkan putri nya di salah satu sekolah menengah pertama di Bandung. Walaupun Riana kesusahan mengurus segala berkas, karena Kansha sudah kelas sembilan, kelas ujian. Tapi Riana tetap mengusahakan agar Kansha tetap bisa hidup dengan tenang. Walaupun harus beberapa kali di bawa ke ahli, dengan biaya yang mahal. Riana tak perduli, yang penting Kansha mendapat penanganan dari orang profesional, agar luka itu tak bersemayam di ingatan putrinya.

Dengan pelan, Kansha melangkah kedalam kelasnya setelah di antarkan Riana. Ia di ajak Bu Sri untuk memperkenalkan namanya terlebih dahulu.

Kansha begitu gugup, takut bercampur aduk. Khawatir jika nanti ia akan diperlakukan buruk lagi, namun Kansha mengumpulkan keberanian lalu memperkenalkan namanya.

Terdengar tepuk tangan disana, saat mereka mendengar bahwa Kansha pindahan dari sekolah favorit di Yogyakarta, kota sebelum Kansha pindah.

"Silahkan duduk disana nak"

Bu Sri mengarahkan Kansha menuju salah satu tempat duduk yang memang belum terisi. Kansha mengangguk lalu ia duduk, sebelum duduk Kansha memastikan bahwa kursinya masih tetap di posisi yang sama, teringat saat Senan menarik kursinya dulu. Setelah memastikan hal itu, baru lah Kansha bisa duduk dengan tenang, mencerna pelajaran yang baru saja Bu Sri berikan, materi kali ini cukup mudah, karena sudah dipelajari di sekolahnya yang dulu.

Karena kepintarannya, Kansha jadi memiliki beberapa teman. Kansha tak perduli jika harus merelakan jawaban-jawaban tugas yang susah payah ia kerjakan, asalkan mereka mau berteman dengannya dan tidak menganggunya. Ia tak mau membuat Riana sedih dan repot lagi.

Riana yang melihat Kansha sering kali membawa teman kerumah untuk sekedar mengerjakan tugas, tampak senang. Karena putrinya kini telah memiliki teman. Namun, Riana tak mengetahui bahwa itu semua karena Kansha pintar dan rela jika ia hanya dimanfaatkan.

✿ׄ ᳝🦢

Berbeda halnya dengan Kansha yang menghabiskan tahun terakhir di sekolah menengah pertama dengan tenang, walaupun masih mendapat ejekan dan dimanfaatkan, namun setidaknya ia tidak dibully separah saat masih di Yogyakarta, sedangkan Senan merasakan hal yang dulu ia lakukan pada Kansha.

Tuhan begitu adil, pada setiap orang yang menghadapi penderitaan dengan sabar.

Setelah semua teman-teman sekelasnya tahu bahwa Kansha masuk rumah sakit gara-gara Senan, mereka menjauhinya. Rekaman waktu lalu yang di rekam oleh Sania dan Andre, menyebar.

Guru-guru juga bahkan ikut mengucilkannya, ia selalu ditegur, bahkan saat tidak melakukan kesalahan apapun.

Seakan semua hal yang dirasakan Kansha berbalik padanya. Seperti saat ini, Senan sedang mencari tasnya di selokan. Disaat seperti ini lah, Senan mengingat semua perlakuan buruknya pada Kansha.

Di tahun terakhir Sekolah Menengah Pertama ini, Senan begitu merasa menderita, seperti sedang hidup di neraka. Ia tak mempunyai teman, Arabela, Sania dan Andre meninggalkannya. Mereka menjauhi Senan, bahkan mengkhianati nya.

"Ngapain lu disana, lagi temenan sama sampah? Ohiya gue lupa, lu kan sebelas dua belas sama sampah." Ucap Andre saat melihat Senan diselokan, dengan tatapan jijik.

Senan pun beranjak dari sana, kemudian balik menatap Andre.

"Ini semua, gara-gara kalian!"

Perasaannya tak karuan, ia menggebu-gebu.

"Kita? Lawak banget, kita ga bakalan ngelakuin itu semua kalau bukan karena hasutan lu. Dasar tukang bully, ga tahu diri!" Balas Andre, membuat Senan semakin tersulut emosinya.

Satu pukulan pun melayang ke pipi Andre. Senan lalu memegang kerahnya, kemudian memukul Andre berkali-kali. Sania dan Arabela yang melihat itu pun melerai mereka, tapi Senan tak bisa di kendalikan, ia terus memukul Andre dengan brutal. Mengakibat lebam di wajah Andre, serta hidungnya berhasil mengeluarkan cairan merah saat Senan memukulnya disana.

"Lepasin gue, kalau ga kalian juga gue pukul!" Bentak Senan pada Arabela dan Sania. Ancaman Senan berhasil membuat mereka ciut. Mereka berdua pun pergi dari sana, kemudian memanggil penjaga sekolah

Karena perkelahian itu, Senan di hukum. Ia tidak diizinkan masuk sekolah selama tiga hari. Senan tak perduli, yang penting ia sudah melampiaskan amarahnya. Karena Andre lah dalang dari semua, Andre yang menyebarkan rekaman itu di akun sekolah.

Senan baru mengetahui hal itu, saat sadar bahwa Andre sebenarnya adalah bagian dari Osis, posisinya sebagai seksi dokumentasi dan juga publikasi. Maka dari itu tak heran jika Andre memiliki akses untuk memasukkan Video tersebut di akun sekolah.

Andre mengedit video tersebut sedemikian rupa agar hanya Senan lah yang terpampang disana. Ia melakukan itu semua karena kesal pernah di perlakukan buruk oleh Senan. Mereka berdua telah berteman sejak SD, saat itu Andre selalu menjadi bawahan Senan.

Senan selalu memerintahkan Andre untuk melakukan hal ini itu seperti mengerjakan tugasnya, membelikan makanan saat di kantin memakai uang Andre, Andre tak lupa dengan semua hal menyakitkan yang telah Senan torehkan padanya itu. Maka dari itu Andre memanfaatkan situasi untuk membalaskan dendam pada Senan. Situasi saat Andre mengetahui bahwa Kansha masuk rumah sakit. Andre mengetahui hal itu dari Senan juga. Saat itu, sepulang dari rumah Kansha, Senan mengunjungi Andre, lalu menceritakan bahwa Kansha masuk rumah sakit karena ulah mereka.

Sejujurnya, saat melakukan hal itu pada Kansha, Andre juga merasa bersalah. Ia tahu betul bagaimana perasaan Kansha saat itu. Namun Andre tak bisa berbuat apa-apa selain mematuhi perintah Senan. Katakan saja jika Andre egois, namun ia hanya ingin menyelamatkan dirinya.

Setelah merasakan apa yang Kansha rasakan dulu, barulah Senan sadar. Bahwa dulu ia telah melakukan hal buruk pada Kansha. Seandainya saja ia menyadari hal ini lebih awal, maka Senan tak akan membuat hal seperti itu pada Kansha. Andai kata Kansha masih berada disini, ia akan berlutut, semua keinginan Kansha akan di penuhinya. Namun semua itu tidak mungkin, karena Kansha tak pernah kembali lagi ke sekolah.

Hidup dengan ketidak tenangan untuk menghadapi hari esok itu menyakitkan, itulah yang dirasakan Senan. Setiap hari hidupnya penuh dengan teror, bahkan teman sekelasnya membuat grup tanpa ada dia di dalamnya. Setiap hari Senan mendengar ucapan buruk yang dilontarkan padanya. Mulai dari situlah Senan memutuskan untuk mencari Kansha saat lulus Sekolah Menengah Pertama nanti. Ingin memperbaiki semua yang telah ia lakukan.

*Flashback off*

Gendut Itu SalahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt