07| Berlutut.

48 14 17
                                    

❝Orang-orang tidak akan pernah paham sampai mereka ikut merasakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Orang-orang tidak akan pernah paham sampai mereka ikut merasakan.❞

Selamat membaca ⚘


Kansha kini telah sadar, ia mengamati suasana sekitar, bukankah terakhir kali ia berada di kamar mandi sempit itu? Kenapa sekarang malah terbaring disini. Dilihatnya Riana yang tidur disamping ranjang rumah sakit.

Badannya terasa lemas, gerak geriknya berhasil membangunkan Riana.

"Sayang, kamu udah sadar. Mama panggil Dokter dulu ya." Ucap Riana, tersenyum ke arah Kansha. Senang karena putri semata wayangnya telah sadar.

Kansha mengangguk, walau banyak pertanyaan yang terpatri di dalam benaknya. Dokter itu memeriksa Kansha dengan seksama, lalu mengatakan bahwa Kansha sudah baik-baik saja, namun perlu beristirahat untuk beberapa hari ini.

Dokter tersebut pamit, membiarkan Riana dan Kansha bicara berdua.

"Sha, ada yang ganggu kamu disekolah?", Riana bertanya dengan hati-hati, ia menatap Kansha, berharap bahwa dugaannya salah. Tak mungkin ada yang mengganggu Kansha, anak baik yang Riana tahu tak pernah mengusik orang lain.

Mata Kansha berkaca-kaca saat mengingat kejadian yang selalu menimpanya disekolah, membuat Kansha tidak bisa tidur dengan tenang setiap malam, membuat Kansha takut untuk pergi sekolah.

Seperti jatuh dari ketinggian, Riana pun telah paham, walau Kansha tak menjelaskan, tapi Riana tahu bahwa memang dugaannya benar.

"Siapa?!, Bilang ke mama Sha. Biar mama kasih pelajaran ke mereka." Riana di penuhi amarah, kenapa anaknya bisa menjadi korban bullying padahal tidak pernah melakukan kesalahan? Bahkan Kansha adalah anak paling terbaik di dunia menurut nya.

"Kansha gapapa ma, mama ga perlu khawatir" Kansha tersenyum lirih, ia tak ingin Riana khawatir, tak mau menganggu pekerjaan mamanya. Karena Kansha tahu bahwa Riana pasti lelah, bekerja untuk memenuhi kebutuhan nya.

Maka dari itu Kansha tidak mau menambah beban sang mama.

Setelah beberapa menit Kansha sadar, tiba-tiba, Agung dan juga istri nya mengunjungi Kansha. Riana tak tahu apakah Agung benar-benar khawatir pada anaknya, atau hanya sekedar memenuhi kewajibannya sebagai seorang ayah, agar tidak mendapat cibiran bahwa dirinya tak bertanggung jawab? Apapun itu Riana tidak mau sampai Agung menggangfu hubungan Riana dan Kansha.

"Untuk apa anda kemari?", Riana memasang raut wajah tidak suka saat melihat Agung yang ada didepannya, dialihkannya pandangan pada perempuan yang berdiri disamping Agung. Perempuan yang merenggut kebahagiaannya, perempuan yang membuat Kansha kehilangan figur ayah.

"Saya ingin menjenguk anak saya, kenapa dia bisa masuk rumah sakit? Jika tidak bisa menjaga Kansha dengan baik, biarkan saya yang mengurusnya!"

"Kalau kesini cuma mau debat sama mama, mending papa keluar, Kansha gamau liat muka papa".

Hati Agung seperti di tusuki jarum. Mendengar hal yang menyakitkan itu keluar dari mulut putri kecilnya yang dulu amat dekat dengannya.

"Papa minta maaf Kansha", Agung mendekati Kansha lalu mencium pucuk kening putrinya.

Kansha hanya menerima kecupan itu dengan wajah datar, sungguh ia tak ingin melihat papanya, apalagi bersama dengan wanita yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil mereka.

"Ini tante Kirana bawain kamu buah, cepat sembuh ya sayang."

"Makasih" ucap Kansha tanpa menatap buah yang dibawa oleh Kirana.

Kirana pun meletakkan buah itu di atas meja. Lalu mengajak Agung untuk pulang secepatnya, ia tak betah dengan suasana yang mencekat pernafasannya ini.

"Ya sudah, papa pulang dulu ya, Kansha kalau ada perlu apa-apa telepon papa aja oke? Agung mencium Pipi serta kening anaknya, lalu memperingati Riana. "Kalau hal ini terulang lagi, saya ga akan segan-segan merebut Kansha dari anda!",

Riana hanya bersedekap dada, mengabaikan ucapan Agung. Lagi pula ia akan membawa Kansha dari kota ini. Jika bukan Riana yang memberi kabar mana mungkin Agung tahu keadaan Kansha? Riana menyesal telah memberitahu Agung. Seolah-olah jika Kansha hidup bersamanya, Kansha akan bahagia.

✿ׄ ᳝🦢

Kansha kini sudah pulang kerumah, namun ia masih istirahat seperti yang disarankan dokter. Saat hendak mengambil minum di dapur, tiba-tiba Kansha melihat mamanya sedang berbicara dengan seorang perempuan yang mungkin Kansha perkirakan seumuran dengan Riana.

Namun, tiba-tiba mata Kansha melotot, melihat Senan juga berdiri di samping perempuan yang sedang bercerita dengan Riana.

Deg.

Riana kini membalikkan badan, saat menyadari tatapan Senan ke arah dalam rumah. Riana lantas memanggil Kansha. Dengan hati-hati Kansha mendekati Riana, lalu bersembunyi di balik badan mamanya.

"Maafin aku, Kansha", ucap Senan. Mama Senan mengetahui kabar bahwa anaknya telah membuat anak orang masuk kerumah sakit, sayangnya ia mengetahui hal itu saat Kansha telah keluar dari rumah sakit.

Riana menatap Senan dengan tatapan benci, tapi tetap menghargai rasa tanggung jawab dari mamanya Senan, setidaknya ia tahu bahwa mamanya Senan merasa bersalah atas perilaku anaknya.

"Tolong maafin Senan, saya akan memberi pelajaran pada anak ini. Sungguh saya tidak pernah mengajarinya melakukan hal seperti itu bu, maafkan saya", ucap wanita tersebut, sambil berlutut pada Riana. Hati Senan sakit melihat mamanya yang berlutut di depan orang lain, karena ulahnya.

"Iya, tidak apa-apa. Semoga kejadian ini tidak akan terulang lagi, semoga tidak ada korban lain lagi, sudah ayo berdiri."

Senan terus menunduk, ada perasaan tak terima disana, Senan belum sepenuhnya menyadari kesalahannya. Ia masih membenci Kansha, menurutnya ini salah Kansha. Senan sudah berjanji pada dirinya, jika Kansha kembali ke sekolah, Senan akan memberi Kansha pelajaran yang lebih parah dari sebelumnya.

Senan menatap Kansha dengan penuh kebencian, ia sangat benci melihat Kansha. Walaupun Kansha tidak pernah berbuat salah, namun kini Senan tambah membencinya karena gara-gara Kansha lah mamanya sampai berlutut seperti itu.

Namun, semuanya tidak berjalan sesuai kemauan Senan, Kansha ternyata tidak pernah kembali lagi ke sekolah.

Gendut Itu SalahWhere stories live. Discover now