03| Si aneh, Elina.

61 19 13
                                    

❝Aku berharap kita tidak akan pernah melewati fase people come and go, na

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝Aku berharap kita tidak akan pernah melewati fase people come and go, na. Karena cuma kamu sahabat yang aku punya.❞

Selamat membaca ⚘

Perkenalkan ini Elina, orang paling aneh dan tidak pernah menghakimi Kansha setelah mamanya. Lucu sekali mengingat bagaimana persahabatan mereka di mulai, kala itu Kansha tengah menikmati makanan di kantin sekolah di temani dengan buku favoritnya.

Elina ternyata juga penggila sastra, ia suka sekali dengan buku, sampai harus memakai kacamata karena saking sukanya, buku membuat mata Elina berubah menjadi mata empat. Tapi, buku juga yang membuat mereka berdua besahabat. Karena buku lah yang membuat Elina pergi duduk disamping Kansha yang tengah menikmati makanannya sendirian.

"Gue udah baca buku itu loh", ucapnya lalu duduk disamping Kansha. Kansha tersentak kaget, entah sejak kapan Elina sudah berada di sini.

"Iya-iya. Si paling anak sastra" Kansha menutup buku yang berjudul Laut bercerita. Kemudian fokus pada makan siangnya.

"Mau tahu endingnya gimana ga?", Raut wajah Elina tampak iseng. Ia suka sekali memberikan spoiler tanpa diminta Kansha.

"Gue udah tahu gimana ending nya, na. Ga perlu lu spoiler, ini buku udah gue baca sepuluh kali." Berbeda dengan Elina, Kansha sangat suka membaca kembali buku yang telah ia baca.

"Sha, mau lu baca berapa kali pun, endingnya bakalan tetap sama", Elina menyomot gorengan milik Kansha, reflek Kansha langsung menabok tangannya.

"Bodo amat", ucap Kansha, lalu menyuruh Elina membeli makanan sendiri. Elina pun beranjak dari tempat duduk dan menyuruh Kansha untuk menjaga tempat duduknya, karena ia mau membeli makanan.

"Makin gendut aja lu sekarang Sha", Kansha pun menatap Clara, teman sekelasnya yang kini tengah duduk bersama circlenya disamping meja tempat Kansha makan.

"Lagian makan mulu, diet Sha, badan lu udah kayak ibu-ibu. Gue sih bukannya body shaming ya, cuma ngingetin aja", Kansha hanya tersenyum, membalas ucapan Clara, sementara itu, yang lain hanya tertawa. "Bener kata lu Clar, baru SMA aja udah kayak ibu-ibu gimana nanti kalau udah jadi ibu-ibu beneran ya?", Sahut Siska. Beberapa orang yang mendengar itu pun langsung melihat ke arah Kansha, kemudian mereka tertawa karena ucapan Siska.

Elina yang baru datang pun sempat mendengar ucapan mereka.

"Kalian emangnya ga sadar ya-", Elina meletakkan makananya di atas meja lalu melanjutkan perkataannya, "Kalian tuh mirip tante-tante girang tahu ga si, lipstik merah banget udah kayak cabe-cabean, segala ngatain orang, anak sekolah apa lonte liar?", Clara dan Siska yang tak terima dengan perkataan Elina pun berdiri, dan berbalik mengatai Elina.

"Maksud lu apa ya, mata empat?!", Clara menghampiri Elina yang kini menatapnya sinis. Kansha mencoba melerai mereka berdua, "Udah-udah kalian kenapa si, jangan berantem, malu tahu diliat orang."

"Lu tanya aja sama temen cupu lu ini",

Kansha ingin sekali membalas ucapan Clara, namun ia tak ingin berurusan dengan Clara dan juga teman-temannya.

Kansha pun menarik tangan Elina, menjauh dari kantin. Karena saat ini semua mata sudah tertuju pada mereka.

"Sekali-kali lu harus ngelawan Sha kalau di katain kayak gitu!", Elina kesal karena setiap kali orang-orang mengatai Kansha, ia hanya tersenyum menerima. Elina tak terima, maka dari itu selalu Elina lah yang membalas mereka.

"Udah, gapapa kok. Lagian cuma dikatain, belum bikin gue mati. Gue gapapa na, makasih ya"

Kansha mencoba terlihat baik-baik saja, namun Elina tahu bahwa ucapan Clara dan Siska tadi akan terus berputar di kepala Kansha.

"Gapapa apanya, nanti juga lu nge repost tentang insecurity di tiktok. Lu kira selama ini gue gatau apa?", Ucap Elina saat mengingat beberapa repost an Kansha di tiktok.

"Ih, lu sering ngestalk gue ya", Elina menatap Kansha dengan sinis. "Ngestalk pala lu, orang sering muncul di fyp gue, capek tahu gue liatnya,"

"Hahaha, nanti gue hide dari lu deh," Kansha tahu bahwa perkataan Elina tidak benar-benar dari hati, ia sudah mengenal Elina cukup lama.

"Lu beneran gapapa kan? Jangan bundir pleasee", Kansha pun memelototi Elina, "Kebanyakan baca novel jadinya begini,"

"Yaudah, gimana nanti pulang sekolah kita ke gramedia? Lu boleh pilih buku yang lu suka, gue bayar", mendengar itu pun, Kansha tampak girang. "Kalau gue mau sepuluh buku boleh ga na?"

"Boleh kok, tapi nanti kalau satpamnya tiba-tiba nangkap lu, berarti itu gue yang laporin. Gue bilang aja ke pak satpam kalau lu nyuri sepuluh buk-" ucapan Elina terhenti saat Kansha menaboknya dengan buku yang ia pegang.

Elina meringis kesakitan, entah sudah berapa kali ia di tabok Kansha. Apalagi saat Kansha tertawa, bisa-bisa tangan Elina merah karena refleks nya Kansha.

"Sha, bisa ga sehari lu ga nabok gue? Sakit banget tahuuu," Kansha hanya menyengir, "Maaf na, reflek"

Tiba-tiba bel pun berbunyi, Elina jadi teringat mie ayamnya di kantin tadi. Gara-gara nenek lampir Clara dan Siska. Elina tidak jadi menikmatinya, dan sekarang bel sudah berbunyi, pertanda Elina harus mengikhlaskan mie ayamnya dan belajar dengan perut keroncongan. Kansha tahu bahwa Elina sedang lapar, ia pun mengeluarkan beberapa snack di dalam tasnya, dan memberikan snack itu pada Elina.

"Nih, buat ngeganjel lapar lu, tadi kan lu ga sempat makan. Gue masuk kelas dulu ya",

"Terimakasih monyet, kau lah sahabat sejatiku," ucap Elina sambil mencubit pipi Kansha.

Kansha hanya tertawa, lalu pergi ke kelasnya, Kansha dan Elina memang tidak sekelas.

Kansha kelas dua belas MIPA tiga, sedangkan Elina, dua belas MIPA empat, walaupun kelas mereka bersampingan, tapi Elina tetap sedih dan tidak terima dengan rolling kelas yang dilakukan setiap kenaikan kelas. Saat kelas sepuluh dan sebelas, Kansha dan Elina tak pernah terpisah, barulah saat kenaikan kelas dua belas mereka berbeda kelas.

Gendut Itu SalahWhere stories live. Discover now