delapan

649 53 7
                                    

● ●

Setelah ke resepsionis Hagan mendorong kembali kursi roda Rei kearah kamar Dokter Iwan. untuk memeriksa kaki Rei dan tentu saja soal terapi jalan , biaya Hagan yang tanggung karena bagaimanapun ia suaminya. Untung saja ia bekerja paruh waktu tanpa sepengetahuan Mae Tefan.

"Kamu tau ruangan nya Mas?" Tanya Rei mendongak , Hagan mengangguk dan berhenti di salah satu pintu ruang dokter.

Tangannya terulur mengetuk pintu , beberapa kali hingga terdengar sebuah sautan yang menyuruh masuk saja.

Hagan membuka pintunya dan kembali mendorong kursi roda Rei , tak lupa ia menutup kembali pintu.

Dokter Iwan mendongak dan tersenyum menatap kedua manusia di hadapannya.

"Selamat sore." Sapanya dengan ramah.

"Sore dok." balas Rei sedangkan Hagan hanya mengangguk.

Setelah menjelaskan apa tujuan mereka datang kesini , tanpa tunggu lama dokter segera melakukan pekerjaannya.

jadwal terapi pun di buatnya dan sekarang dua pasangan ini berada di taman kota , hanya untuk mencari angin segar karena bosan berada di apartemen , Reilo sih. Hagan kan sekolah , kesana kemari.

"Rei , kenapa lo terima perjodohan kita?" Tanya Hagan dengan pelan , ia berjongkok di samping kursi roda Rei , padahal di belakang ada kursi taman.

"bukan soal kakiku ko aku mau nerima , tapi emang dari lama aku s-suka sama k-kamu." balas Rei dengan gugup , Hagan sedikit tersentak dengan jawaban lelaki mungil di hadapannya. Namun ia kembali menetralkan wajahnya.

"Oh , pantesan kata Mae Abang terlalu Om om. Ternyata ngincer adeknya toh." balas Hagan lagi , Rei menggaruk tengkuknya dan tertawa canggung.

"hehe , Mas mau ice cream!" serunya menunjuk pedagang Ice di samping pohon. Hagan mengerutkan halisnya dan mengalihkan atensi ke arah yang di tunjuk Rei , ia mengangguk dan berdiri.

"lo tunggu disini." Ujarnya dan segera berlari kearah pedagang , Hagan kembali dengan membawa satu Ice cream.

Rei menerimanya dengan senyuman yang tak luput dari wajahnya "Thank you. Kamu mana Ice nya?" tutur Rei menatap Hagan yang malah menggeleng dan kembali duduk.

"Varian coklat cuma satu itu , jadi gua ga beli lagi."

"loh kenapa dikasih aku?kan bisa aku rasa lain Mas." balas Rei , Hagan kembali menggeeleng , ia malah mengusap kepala Rei.

"Engga , yang penting lo bisa nikmatin ice nya."

Rei mengangguk , ia mulai menikmati Ice di tangannya. Hagan mendudukkan bokongnya di kursi taman setelah memindahkan Rei ke hadapannya.

"Suka?" tanyanya dengan pandangan yang tertuju pada bibir kotor Rei , si empu mengangguk dan tersenyum. "I like it! makasih Mamas" balasnya , Rei terdiam. Ia menatap Hagan dan mendekatkan wajahnya pada sang Suami , seolah tau apa yang hendak Rei lakukan. Hagan malah membalas tindakan Rei , ia membuat Rei memundurkan wajahnya.

Cup,

Rei melotot kaget dengan menatap Hagan yang juga terdiam , darahnya berdesir, ia rasa perutnya terdapat banyak sekali kupu kupu beterbangan. Yang di kecup ujung bibir , yang bereaksi hatinya.

"Reilo. kenapa ngelamun , hm?" Hagan menyadarkan si empu , tanpa merasa berdosa sedikitpun?!!

"k-kamu cium aaku,??" tanya Rei dengan sedikit gemetar , Hagan mengangguk dan mengerutkan kedua halisnya. Ia memegang bahu Rei dan mengusapnya lembut.

"Rei , kenapa? gasuka ya? maaf. gemes banget soalnya." tutur Hagan merasa bersalah , Rei memalingkan wajahnya.

"Arhhh! BUNDAAAA REI SALTINGG!!" teriaknya membuat Hagan sedikit tersentak , saat mengerti situasi ia tergelak . Kemudian membersihkan bibir Rei.

"ish udahh! gakuatt , salting berattt!!" seru Rei tersipu , Rei harap setelah ini Hagan tidak cuek lagi terhadapnya meski sedikit kemungkinan.

••※••

INGAT KAN JIKA SI REI BELUM DI SENTUH LEBIHH!!

"lo lagi ngapain?" tanya Hagan saat melihat Rei yang ia dudukan di atas sofa dengan sebuah kain woll di pahanya. Yaps , Rei sedang merajut.

"Aku lagi buat gantungan kunci mobil ataupun Apart buat kamu pake nanti , semoga kamu suka ya?" balas Rei sesekali mendongak , ia menyelesaikan pekerjaannya dan menyerahkan hasil karyanya itu pada Hagan.

"Aku lagi buat gantungan kunci mobil ataupun Apart buat kamu pake nanti , semoga kamu suka ya?" balas Rei sesekali mendongak , ia menyelesaikan pekerjaannya dan menyerahkan hasil karyanya itu pada Hagan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hehe maaf ya ga memuaskan , soalnya baru ngerajut lagi" lanjut Rei , Hagan menerima gantungan kunci itu dan duduk di samping sang Suami.

"kenapa bunga matahari? , iya kan ya?" tanya Hagan , Rei tersenyum dan mengangguk. Ia memegang tangan Hagan.

"Ini ibaratnya kamu di hidup aku , selalu terang meskipun panas. Aku tau kok , kamu pasti dongkol ya. Kesel , bahkan mungkin benci sama aku karena perjodohan ini."

"Rei-

"Aku belum selesai bicara Mas , secara aku kan lumpuh hehe. Cacat dan gabisa ngapa ngapain , bisanya nyusahin. mungkin karena itu juga mereka jodohin kita , dan kamu malah jadi korban." lanjut Rei , ia mendongak menatap Hagan.

"Jangan gitu , Awalnya gua juga dongkol banget dan gabisa nerima. tapi gua nyoba buat damai sama perasaan benci gua" balas Hagan , ia menyimpan rajutan Rei dan menarik si empu kedalam pelukannya.

Rei menduselkan wajahnya di dada Hagan , ia memeluk pinggang si Suami dan terisak pelan. Hagan yang tau jika Rei menangis tersenyum tanpa ia sadari.

"Maaf kalo selama ini gua ketus sama lo , bantu gua buat nerima pernikahan ini dan cinta sama lo ya?" Rei mengangguk mendengar ucapan Hagan , ia harap Hagan benar benar ingin menerima kehadirannya.
Ini pertama kali dalam hidup Rei , Hagan mengajaknya untuk berpelukan sebelum tidur!

●●●

Duh:v Aa Hagan ini bikin anak orang kepayang.. wkwkkw jangan lupa vote nya say. Maaf gajelas + telat up.

Di Jodohkan || HyuckrenWhere stories live. Discover now