2. D'eight Coffee

5 0 0
                                    



Hampir 30 menit yang terlewati hanya mereka gunakan memilih tempat untuk mengerjakan tugas, tapi tidak kunjung menemukan tempat yang cocok. Hingga pada akhirnya mereka memilih untuk ke kafe yang biasa Fajri kunjungi hampir setiap pulang ngampus –D'eight Coffee. Kafenya lumayan, ada live music kalo malam, katanya. Ada rooftop-nya juga untuk menikmati senja. Dekorasinya sangat estetik, banyak lukisan-lukisan abstrak, dan barang-barang keren sebagai pajangan disetiap dinding dan sudut kafe itu. Karyawannya juga tidak kalah cakep dan ramah dengan karyawan kafe yang ada di dekat kosan Lovi.

Namun, Lovi tetap merasa tidak nyaman, karena yang ada di sini hampir 88% cowok semua. Dari pegawai sampai pelanggan pun tidak terlalu tampak sosok manusia cantik. Saat ini hanya ada beberapa yang bisa dihitung dengan jari, termasuk pemilik kafe yang sudah paruh baya dan dirinya, Lovi, sebagai pelanggannya.

Langit mulai menggelap dan tugas belum juga beres. Lovi meregangkan tangannya dan izin untuk ke toilet. Tanpa sepengetahuan Lovi, tiba-tiba Fajri di datangi seseorang. Dia seorang barista, yang ternyata dari tadi memperhatikan mereka berdua. Tanpa ba-bi-bu, cowok itu menghampiri Fajri dan menepuk pundaknya.

"Itu tadi cewek lo, ya?" godanya, mengarahkan dagunya ke arah Lovi yang pergi ke toilet.

Fajri hanya melihat cowok itu tanpa kata dan melanjutkan mengetik di laptopnya.

"Beneran cewek lo? Oke juga." kata dia lagi, masih menggoda Fajri.

"Aamiin aja, deh." Fajri tersenyum. Sepertinya dia agak malu.

"Oh, baru pdkt? Pantesan, gue perhatiin lo senyum-senyum terus, tapi ceweknya jutek banget, galak juga kayanya," katanya sambil tertawa.

"Udah lo, sana balik kerja!" usir Fajri sambil mengangkat tangan siap memukul temannya itu.

"Siap, bos. Jangan lupa kabarin perkembangannya, ya. Gue siap dengerin curhatan lo kalo ditolak," ejeknya sambil tertawa lalu pergi menghindari pukulan yang kemungkinan mendarat di badannya.

Tidak lama, Lovi datang dengan wajah yang terlihat segar. Mungkinkah dia mandi? Tidak, dia hanya cuci muka, karena wajahnya yang sudah mulai kusut juga merasakan kantuk dan letih. Makanya dia cuci muka biar seger dan nyaman mengerjakan tugasnya lagi.

"Gue lihat dari jauh, akrab bener lu sama karyawan di sini." Lovi mengomentari Fajri saat ngobrol dengan seorang karyawan tadi.

"Enggak juga sih, paling cuma sama beberapa orang aja, gak semua," Jelas Fajri, kemudian melihat seseorang yang sedang melayani pelanggan.

"Kalau yang tadi itu temen gue, jadi ya jelas akrab," tambahnya.

Karena hari sudah semakin malam, Fajri memutuskan untuk mengajak Lovi pulang setelah mereka makan. Iya, walaupun tugasnya belum sepenuhnya selesai. Namun, mereka bisa meneruskan di rumah. Fajri mengantar Lovi ke kontrakan karena kebetulan dia tidak bawa kendaraan hari ini. Awalnya Lovi menolak dan akan memesan ojek online tapi baru mau pesan ponselnya lowbat dan berakhir mengiyakan tawaran Fajri untuk mengantarnya pulang.

***


Sampai di kontrakan Lovi langsung membersihkan dirinya lalu merebah di atas kasur.

"Huft, akhirnya bisa rebahan lagi. Capek banget punggung gue." Dia bermonolog dan memejamkan mata.

"Mreooowww~"

Tiba-tiba Lovi tersentak dan duduk, terkejut dengan suara kucing di luar sana. Lalu dia seakan teringat sesuatu. Lovi meraih ponselnya yang masih tersambung dengan kabel charger. Dihidupkannya ponsel dan memeriksa pesan yang kemungkinan masuk malam ini. Benar saja ada satu pesan yang membuat Lovi fokus hingga terperanjat untuk mengambil laptopnya.

"Allahu akbar! Baru aja mau rebahan," keluhnya, tapi tetap dia kerjakan.

Pesan itu berisikan revisi naskah novel yang kemarin dia kerjakan dari penerbitan tempat dia bekerja. Posisi yang ditempati adalah Freelance Editor yang merangkap sebagai penulis. Karena kata atasannya suka dengan tulisan Lovi, banyak rekan juga yang mendukungnya untuk menulis supaya bisa diterbitkan dan dapat bonus dari bos. Cukup menggiurkan bukan? Makanya, Lovi lebih semangat ngerjain kerjaan dari pada kuliah. Namun, dia tetap berusaha untuk semangat menjalani keduanya. Walaupun kadang merasa lelah dan bosan mengerjakan tugas-tugas dari dosen yang kadang tidak diberikan nilai secara transparan.

"Akhirnya selesai juga." Dia menekan enter dan e-mail terkirim.

Dia kembali membuka ponselnya, sedari tadi bunyi terus. Siapa sih yang spam? Tumben banget, gumamnya.



To be continue ....

Segini dulu yaaa ....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Graduation LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang