╰┈➤ b a g i a n ✧ ˚ · . 1 ✧

571 42 8
                                    

Januari 2020.

Kala itu seragamnya masih putih abu-abu, rambutnya hanya sepanjang di atas bahu, wajahnya putih pucat dan tak pernah tersenyum. Jika diajak berteman, justru menjauh. Remaja itu, Lara namanya. Faleesha Glara Harshita.

Tidak ada alasan pasti mengapa dirinya punya nama panggilan Lara, yang kebanyakan orang tahu, artinya kesedihan, sakit, susah hati. Mungkin karena hidupnya yang memang demikian, sakit.

Pulang sekolah di hari Selasa, Lara mendapati selembar amplop berwarna putih yang tergeletak di meja ruang tamu. Lara buka amplop itu, setelah melihat nama lengkapnya tertera disana. Memastikan amplop itu memang untuknya, berhak dibukanya.

Formulir Pendaftaran Mahasiswa Baru
Tahun Ajaran 2020/2021

Terdapat catatan kecil yang dipisah dengan formulir, berisikan tulisan: Formulir ini bisa diisi dalam bentuk soft file yang dikumpulkan ke email, sertakan persyaratan lainnya, seperti kartu keterangan sehat, tes buta warna, SKCK, fotokopi KK, KTP, ijazah, transkrip nilai yang asli dan lainnya. Bentuk hard file nya, bisa diserahkan ke bagian PMB apabila kamu sudah dinyatakan diterima dan diperkenankan untuk membayar daftar ulang. Terima kasih.

Formulir kosong itu diremas oleh Lara, menyalurkan perubahan perasaannya, kesal, marah, kecewa tentunya.

"Lara, kamu sudah buka amplopnya?" suara yang sangat Lara kenali terdengar, semakin merusak suasana hatinya.

"Bagaimana, sudah kamu pikirkan? Kamu akan mendaftar di kampus yang mana, Ibu punya beberapa pilihan. Kamu akan mengambil bidang kesehatan, 'kan?"

Lara terdiam, tubuhnya kaku, tangannya mengepal kuat disisi tubuh, air matanya mati-matian ia tahan.

"Kalau mau yang dekat, satu jam dari rumah, pilih yang itu saja. Yang formulirnya sedang kamu pegang."

Lalu saat Ibunya kembali bicara, Lara tak tahan lagi menahan. Air matanya luruh, rapuh, seperti jiwanya ikut runtuh.

"Kampusnya bagus, akreditasinya juga baik, ada Fakultas Ilmu Kesehatan dengan berbagai program studi. Tapi, pilihan kamu tetap pada Ilmu Keperawatan, 'kan?"

Sejenak membalikkan badan, Lara menghapus air matanya kasar. "Terserah Ibu," dari dulu selalu begitu. Lara hanya akan sekolah ditempat yang sudah dipilih, diatur oleh sang Ibu.

"Ibu senang sekali, Lara. Ibu nggak sabar lihat kamu pakai seragam putih, sebagai mahasiswa keperawatan."

Ya, sebagai mahasiswa keperawatan. Itu bukan mimpinya, itu mimpi Ibunya. Dan sebagai anak yang tidak ingin durhaka, Lara kembali mewujudkan mimpi Ibunya. Bukan mimpinya sendiri.

Semesta Lara, penuh kasih yang menyakiti.

❜ ─ ─ ❛

Januari 2022.

Tiap-tiap manusia yang bernyawa, selalu memiliki harapan untuk hidup bahagia. Tidak ada yang berharap mengalami kesedihan yang panjang.

Mungkin perlu dikoreksi, sebab hidup memang isinya tentang sedih, tangisan, berduka. Anggap saja itu cara Tuhan untuk memperlihatkan indahnya pelangi di masa mendatang. Pelangi harapan, kebahagiaan.

Beranjak dewasa, gadis yang rambutnya tidak pernah dibiarkan panjang itu, mulai mengerti. Bahwa senang dan sedih adalah satu kesatuan yang tidak akan pernah hilang, tidak akan pernah berhenti kita rasakan, sampai kita mati.

Semesta LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang