18. Pemuda Bersorban putih

24.3K 2.3K 335
                                    

"Terkadang yang mengerti perasaan kita justru orang lain, bukan keluarga kita sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Terkadang yang mengerti perasaan kita justru orang lain, bukan keluarga kita sendiri."

Kinaan Alfarez Dirgantara

•••
.
.

Happy reading 💌

👑👑👑

Jama'ah sholat Jum'at yang mulai berdatangan menatap heran segerombolan remaja yang memakai sarung dan baju koko di parkiran masjid. Yang mereka kenal hanya satu, yaitu laki-laki bermata hazel yang memakai sorban putih.

"Anjay! alim mendadak kalau ngikutin jejak ustadz Farez," ujar Arya setelah melihat penampilannya dan sahabatnya.

Alfian yang memakai kacamata hitam lantas mengangkat pecinya lalu menyugar rambutnya dengan tangan. "Kadar ketampanan gue bertambah berkali-kali lipat," ucapnya percaya diri.

"Bangga?"

"Oh, jelas. Ketampanan paripurna ini adalah nikmat yang Tuhan berikan buat gue."

"Udah dikasih nikmat tapi nggak pernah sholat."

Jleb

Bukan hanya Alfian dan Arya yang tertohok dengan perkataan Farez, tapi semua anak-anak Argos yang mendengarnya begitu juga Arthur. Mereka datang Jum'atan di masjid itu pun karena perintah dari Farez, bukan atas kemauan mereka sendiri.

"Anjir, langsung diulti."

"Jangan terlalu jujur gitu dong, Rez. Kan gue merasa jadi manusia paling berdosa," ucap Alfian dramatis.

"Bacot! Lo berdua kalau mau rusuh balik aja," sarkas Arthur, mulai kesal dengan kedua anggotanya itu.

"Jangan dong, bos!"

"Gue jamin deh kalau nggak ada kita, pasti mereka semua tertekan," ujar Arya sambil menunjuk anggota Argos yang lain.

"Mana tahan mereka sama pemimpinnya. Ketuanya galak, wakilnya dinginnya ngalahin kutub Utara sama kutub Selatan."

"Mau ngomong aja udah kayak nahan berak. Suuuuusaaaahhh banget!!"

"Apalagi si bos kalau udah marah, kentut aja nggak berani keluar gara-gara ditatap sama dia."

Alfian tertawa terbahak-bahak ketika Arya berbicara ngotot dan penuh penekanan. "Hahaha. Bener banget!"

Arthur yang tidak tahan dengan bacotan dua sejoli itu lantas mendekatinya. Namun Farez menahan lengan cowok itu supaya berhenti dan tidak membuat keributan. Netra hazelnya seolah menghipnotis sehingga mampu membuat bara api di dadanya berangsur padam.

"Jangan banyak tingkah di masjid!" tegas Arthur.

"Heheh. Santai aja bos. Kita bakal kalem nanti di dalem. Ya nggak, Ar?"

My Alim BoyfriendWhere stories live. Discover now