60. Hukuman

7.1K 228 4
                                    


Arga tidak bisa tenang meski baru saja bicara dengan istrinya lewat telepon. Hatinya bergemuruh hebat, tak bisa untuk tenang sebelum memastikan kondisi Rania baik-baik saja. Pria itu pun mengemudikan mobilnya dengan cepat, tanpa memperdulikan apapun lagi.

Ketika sudah sampai di halaman rumah, dia parkir dengan sembarangan dan langsung buru-buru mencari Rania. Memanggilnya berulang kali sambil ke sana kemari.

Byur!

Begitu menangkap kehadiran istrinya yang tengah berjuang hidup, Arga berlari kencang ke arah kolam renang lalu melompat ke sana begitu saja.

Viona yang sempat berpapasan walaupun tak sempat saling menyapa dengan saudaranya itu, langsung memucat panik.

Sementara itu Rania sudah berhasil selamat dan terbatuk memuntahkan air. "Apanya yang sakit sayang, katakan?!" seru Arga dengan menuntut panik.

Rania mengusap perutnya dan menunduk lemas. Seolah hal itu menjadi petunjuk untuk jawabannya pada Arga.

Arga semakin cemas dan ikut mengusap perut istrinya. Tak bisa berdiam saja di sana diapun membawanya ke kamar.

"Mas Arga, aku bisa jelaskan!" seru Viona mengikutinya.

Arga tak memperdulikannya, tapi Viona tak menyerah begitu saja. "Mas Arga dengarkan aku dulu!" seru Viona kembali.

Dia tak mau kakaknya itu marah, apalagi sampai membenci dirinya karena perempuan yang sangat membuatnya muak yakni Rania. Viona tak mau itu terjadi, dan bermaksud meyakinkan kakaknya supaya berpihak padanya.

"Kenapa sih harus segitunya? Perempuan jala--ng itu baik-baik saja Mas Arga!!" ujar Viona berteriak kesal.

Saat itu Arga masih diam dan tak bicara. Dia tak bisa memikirkan apapun lagi selain istrinya. Melihat Rania pucat dan terus merintih sambil mengusap perutnya, membuat pria itu cemas setengah mati.

Meletakkan istrinya di tempat tidur dan barulah kemudian dia berbalik. Matanya langsung memerah marah, lalu dengan tak terduga mendorong Viona sampai hampir terjungkal jatuh. Beruntunglah Arga tak membiarkan adiknya itu jatuh atau tepatnya tak membiarkan Viona terjatuh di kamarnya.

Blam!

Arga yang terlihat kesetanan mendorong adiknya kasar setelah membawanya keluar kamar, tapi tak hanya itu. Cap lima jarinya segera melayang tak terkontrol begitu saja.

Plak!!

"Itu untuk segala perkataan burukmu tentang istriku dan selama ini sudah membuatku salah paham!" geram Arga memperingatkan.

Plak!

"Untukmu yang sudah membuatku tanpa sadar menampar pipi istriku. Kau sudah memfitnah dirinya selama ini dan kamu tahu Viona, harusnya aku bungkam saat aku melihat CCTV-rumah ini. Karena kamu adalah adikku, tapi setelah sekarang, aku harus katakan bahwa aku muak mempunyai adik tidak mempunyai hati nurani seperti kamu!" kecam Arga dengan kejam.

Viona menunduk pucat, entah karena bersalah atau karena ketakutan setelah ditampar Arga.

"Kamu tahu apa yang kamu lakukan? Kamu hampir saja membunuh anak dan istriku, lalu kamu bilang mau menjelaskan apa, kalau rencanamu untuk menyakiti Rania gagal, begitukah?"

Viona terus-terusan di posisi yang sama dan tak berani mengangkat kepalanya. Jujur saja memang ada rasa bersalah di dalam lubuk hatinya, tapi ego dan dendam membuatnya tak memperdulikan hal itu sama sekali.

"Awas saja kalau sampai istriku kenapa-napa, aku takkan mengampunimu!!" peringat Arga yang sebelum kemudian membating pintu dan menutupnya.

Barulah kemudian dia kembali mengurus Rania. Menghubungi dokter dan membantu istrinya itu mengganti pakaiannya dengan yang kering. Tak lupa juga istrinya.

Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang